Minggu, September 15, 2013

SMA Negeri 1 Padang Sidempuan: Eks Kweekschool dan HIS di Era Belanda


Belanda pertama kali masuk ke Tapanuli Selatan 1833 (Douwes Dekker). Setahun kemudian Pemerintah Belanda memulai pemerintahan sipil. Baru di era Godon pada tahun 1853 Belanda memperkenalkan pendidikan barat di Tapanuli Selatan. Sepulang dari Belanda (berangkat bersama Godon) dengan sertifikat guru bantu dari Amsterdam, Willem Iskander anak seorang tokoh di Mandailing pada tahun 1864 membuka sekolah guru (kweekschool) di Tanobato. Sekolah guru ini kemudian tahun 1874 ditutup karena Willem Iskander sendiri berangkat lagi ke Belanda (dan tidak kembali lagi).

Foto-1. Gedung tua SMA N 1 Padang Sidempuan (Foto: internet)
Sekitar tahun 18?? ibukota Residen Tapanuli di Panyabungan dipindahkan ke Padang Sidempuan. Penutupan Kweekshool Tanobatu terkait dengan pembangunan Kweekshool Padang Sidempuan. Sebelum ada kweekshool di Padang Sidempuan sekolah penduduk pribumi sudah didirikan terlebih dahulu yang berlokasi di SD2/SD10 yang sekarang. Kemudian pada tahun 1879 di Padang Sidempuan didirikan Kweekschool. Sebagaimana Peta 1880 (Peta-1), lokasi Kweekschool ini merupakan area yang kini menjadi area SMA1, SMA2, SPG, SD 16, SD 23, SD14 dan SMP 3. Pada waktu itu, sekolah orang Eropa  (Europese Lagere School) didirikan yang berada di pusat kota, yang berlokasi tepat di depan rumah Residen atau kini tepatnya di gedung BPDSU/Bank Sumut yang sekarang. Adanya kebijakan pusat, Kweekschool Padang Sidempuan ditutup pada tahun 1891. Untungnya sudah banyak lulusan Kweekschool Padang Sidempuan. Pada tahun 1908 terdapat 19 sekolah yang didirikan Pemerinta

Setelah kweekschool ditutup pada tahun 1891, lokasi dan gedung kweekshool ini tidak diketahui dijadikan untuk apa sampai akhirnya muncul Hollandsch Inlandsche School (HIS) yang menempati gedung eks Kweekschool. Sekolah HIS sendiri pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 1914 seiring dengan diberlakukannya Politik Etis. Sekolah ini ada pada jenjang Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs) atau setingkat dengan pendidikan dasar sekarang. Sekolah ini diperuntukan bagi golongan penduduk keturunan Indonesia asli, sehingga disebut juga Sekolah Bumiputera Belanda.

Foto-2.  HIS di Padang Sidempuan (sekitar 1936-1939)
Pada tahun 1920 Belanda mendirikan HIS di Padang Sidempuan yang diperuntukkan bagi anak-anak ambtenaar, pegawai, serdadu KNIL, anak-anak raja dan anak pedagang dengan dikutip biaya sekolah yang cukup tinggi. Bahasa pengantar dalam sekolah ini adalah Bahasa Belanda. Sekalipun demikian, guru-gurunya adalah orang Indonesia dengan kepala sekolah seorang Belanda. Untuk pendidikan bagi penduduk pribumi sudah ada sekolah penduduk pribumi yang berlokasi di SD2/SD10 yang sekarang. HIS ini pada tahun 1936-1939 masih eksis (Foto-2).

Foto-3. MULO Padang Sidempuan (sekitar 1936-1939)
Setelah HIS berkembang dan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang lebih tinggi, tamatan HIS ini bisa dilanjutkan ke MULO. MULO (singkatan dari bahasa Belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) adalah Sekolah Menengah Pertama pada zaman kolonial Belanda di Indonesia. Meer Uitgebreid Lager Onderwijs berarti pendidikan dasar lebih luas. MULO menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Pada akhir tahun 1930-an, sekolah-sekolah MULO sudah ada. Sekolah MULO Padang Sidempuan dibangun di atas lahan kantin militer yang kini gedung MULO tersebut menjadi gedung SMP Negeri 1 Padang Sidempuan sekarang. Tampilan gedung MULO Padang Sidempuan pada tahun 1936-1939 diperlihatkan dalam Foto-3.

Pada tahun 1932, Dewan Sekolah HIS Padang Sidempuan dilakukan reorganisasi (lihat De Sumatra Post, 25-08-1932) yang mana untuk bertindak sebagai ketua adalah Mangaraja Parlindoengan (Demang), sedangkan wakil ketua adalah Soetan Maharadja Moeda (Djaksa). Untuk sekretaris dijabat oleh Sjakirin Loebis dan wakilnya Abdul Hakim. Bendahara adalah Kali Gadombang. Kelengkapan dewan terdiri dari beberapa komisaris (board), yaitu: Soetan Soripada Moelia (guru), Soetan Borotan (guru), Soetan Goeroe (kepala sekolah), Moeammad (guru dari HIS), Haroen Nasoetion (guru dari HIS), dan Firman (guru dari HIS). Untuk pelindung dewan ini adalah Patoean Gorga Pinajoengan (Kepala Kuria Losung Batu).

Jumlah populasi orang Belanda/Eropa di Padang Sidempuan sesungguhnya tidak banyak. Namun di tempat dimana orang Belanda/Eropa cukup banyak didirikan sekolah menengah atas atau Hogere Burger School (HBS) seperti di Medan pada tahun 1925. Siswa yang diterima di HBS Medan (IPA) diantaranya adalah lulusan dari MULO. Mayoritas pada HBS ini adalah anak-anak Belanda sedangka anak-anak bumiputra hanya beberapa orang saja. HBS Medan adalah satu-satunya yang terdapat di Pulau Sumatra. Tamatan MULO Padang Sidempuan banyak yang melanjutkan pendidikannya ke HBS (di Medan). 

***
Pada masa pendudukan Jepang sekolah-sekolah berbau Belanda (HIS, MULO dan HBS) ditutup.  Sebagai gantinya didirikan Sekolah Menengah Umum (SMU) yang disebut Cu Gakko. Namun ini tidak lama karena Jepang sudah tidak berdaya oleh sekutu. Sekolah- sekolah ini diambil alih oleh Pemerintah Indonesia. Provinsi Sumatera Utara sendiri baru terbentuk pada tahun 1948. Sampai tahun 1953 hanya ada satu SMA negeri yakni di Medan (eks HBS). Tahun 1954 didirikan  SMA negeri di Padang Sidempuan. Sekolah ini menempati lokasi/gedung eks HIS yang persisnya berada di Jalan Merdeka. Sebelumnya sudah ada terlebih dahulu SMP Negeri yakni SMP Negeri 1 Padang Sidempuan (eks Gedung MULO) dan SMP Negeri 2 Padang Sidempuan.

Peta-1. Topografi Padang Sidempuan, 1880 (lokasi kweekschool)
Kebutuhan untuk SMA semakin dirasakan seiring dengan semakin banyaknya lulusan SMP di Padang Sidempuan. Untuk mengantisipasi ini perlu ditambah SMA. Pada tahun 1968 SMA Negeri Padang Sidempuan dimekarkan dengan dibentuknya SMA Negeri 2 dimana nama SMA Negeri Padang Sidempuan menjadi SMA Negeri 1 Padang Sidempuan (Foto-1). Sebelum dimekarkan SMA ini sebelumnya sudah dibentuk SMP Negeri 3 Padang Sidempuan. SMP baru ini menggantikan tempat yang sebelumnya menjadi gedung Sekolah Guru B (SGB). Sedangkan Sekolah Guru A (SGA) menjadi SPG. Gedung SGB/SMP N 3 ini tepat berada di belakang SMA N 2 Padang Sidempuan. Sedangkan SGA/SPG berada di belakang SMA N 1 Padang Sidempuan. Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar: