Jumat, Mei 27, 2011

Bandara Aek Godang: Prasarana Untuk Mempercepat Akses dari dan ke Tapanuli Bagian Selatan

Bandara Aek Godang adalah salah satu dari tujuh bandara yang ada di Sumatra Utara. Selain, Bandara Polonia (MES, Kode IATA) yang direncanakan relokasi ke Kuala Namu yang masuk kategori bandara kelas satu dengan status bandara internasional dibawah naungan PT Angkasa Pura II (persero), enam bandara lainnya hanya dikategorikan sebagai bandara perintis yang berada dibawah kendali UPT Dirjen Pehubungan (sekelas perum).  Bandara Aek Godang (AEG) bersama dengan Bandara Pinangsori (SIX) di Tapanuli Tengah dan Bandara Binaka (GNI) di Nias saat ini dikategorikan sebagai bandara kelas tiga.

Bandara Aek Godang lokasinya di jalan lintas Aek Godang-Sibuhuan Km 1,5 Desa Janji Manahan, Kecamatan Hulu Sihapas, Kabupaten Padang Lawas Utara. Jarak tempuh dari Kota Padang Sidempuan sejauh 30 Km. Posisi bandara ini berada di koordinat 01° 24' 00,37" LU dan 99° 25' 49,62" BT dengan elevasi 281 M di atas permukaan laut (MSL). Pembangunan bandara dimulai pada tahun 1978 semasa Gubernur Sumatra Utara dijabat Marah Halim Harahap. Panjang landasan pacu (runway) sepanjang 1.400 M dengan lebar 23 M terbuat dari aspal (bandingkan dengan Bandara Pinang Sori (1750x30 meter). Terminal domestik seluas 200 M2.

Pada fase ini bandara hanya didarati pesawat sekelas C-212 yang berkapasitas 12 penumpang. Fasilitas bandara Aek Godang ini juga bisa didarati pesawat tipe CN-235 yang memuat menumpang 35 orang (Merpati CN-235). Selama ini lalu lintas penerbangan di Bandara Aek Godang biasanya dilakukan pesawat komersil Susi Air yang berkapasitas 12 penumpang dari Medan ke Aek Godang selama 45 menit (bandingkan dengan perjalanan darat selama 10-11 jam). Pada masa ini penerbangan empat/lima kali sehari dengan tiket normal seharga Rp 630.000. Sedangkan pada hari/jam tertentu bisa mencapai 750.000. Dalam beberapa tahun terakhir ini dilaporkan jumlah penumpang mengalami peningkatan. Jam operasi antara jam 7.00 hingga jam 17.00 WIB. Jadwal penerbangan dari dan ke Aek Godang sebagai berikut:
.

Jadwal Penerbangan dari dan ke Aek Godang

Hari
Rute
Waktu (WIB)
Senin - Minggu
Medan-Aek Godang
06.30-07.40
09.30-10.40
12.40-13.50
15.30-16.40
Aek Godang-Medan
07.50-09.00
10.50-12.00
14.00-15.00
16.50-18.00
Selasa, Kamis,
Jumat dan
Minggu
Medan-Aek Godang
07.30-08.40
Aek Godang - Medan
16.15-17.25
Aek Godang-Padang
08.50-10.00
Padang-Aek Godang
14.55-16.05
Padang Sidempuan:
Jl. Sisingamangaraja No. 58 B
Telp. 0634-28726
HP. 081361288555
Medan:
Jl. Adi Sucipto No. 5 Polonia
061-7870206
.

Saat ini bandara telah dilengkapi penanaman rumput dipinggir bahu landasan yang  bertujuan untuk keperluan navigasi saat pesawat hendak mendarat di siang hari. Fasilitas ini juga dapat digunakan sebagai landasan take off pesawat kecil dan bahkan bisa berfungsi sebagai pelindung pesawat jika tergelincir keluar landasan. Panjang landasan hubung (taxiway) yang menghubungkan (landasan pacu) runway dengan apron (parkir) adalah 78 M dan landasan parkir (apron) berukuran 58 M. Fasilitas lainnya dari bandara adalah telekomunikasi (HF-SSB), fasilitas navigasi (NDB), penunjang fasilitas penerbangan dan operasi bandar udara (windsock) jalan masuk dan parkir kendaraan.

Dalam perkembangan terakhir, Lion Air merencanakan membuka rute Bandara Aek Godang–Polonia melalui anak perusahaannya, Wings Air. Rencana pembukaan rute tersebut dibeber Direktur Keuangan Wings Air, Edward Sirait, bersama Bupati Tapsel Syahrul Pasaribu yang mewakili juga Bupati Madina Hidayat Batubara, Bupati Padang Lawas Utara Bachrum Harahap, Walikota Padangsidempuan Zulkarnain Nasution, dan Bupati Padang Lawas, Basyrah Lubis. Wings Air akan menggunakan pesawat ATR 72-600, dengan penerbangan dua kal sehari, untuk rute terbaru itu. Untuk tahap awal, akan digunakan sistem blok seat, dimana lima pemkab/pemko yang ada di kawasan Tabagsel, menawarkan masing-masing akan mengganti biaya tiket dua seat jika pesawat Wings Air dengan kapasitas 72 penumpang itu tidak full seat.

Jalan raya menuju bandara, dari arah Gunungtua ke P. Sidempuan
Ke depan, jika ada perluasan bandara menjadi 2.250 x 40 M bandara dapat dilandasi Pesawat Jet berbadan besar akan terkendala karena keberadaan Tor Simitcak dan Tor Sibualbuali yang mengapit lokasi bandara. . Ke depan tampaknya harus ada alternatif baru. (Sumber: dikompilasi dari berbagai sumber/Akhir Matua Harahap)

 
--------------
Catatan: Panjangnya landasan pacu (runway) biasanya tergantung dari besarnya pesawat yang dilayani. Untuk bandara perintis yang melayani pesawat kecil, landasan cukup dari rumput ataupun tanah diperkeras (stabilisasi). Panjang landasan perintis umumnya 1.200 meter dengan lebar 15 meter, misal melayani Twin Otter, Cessna, dll. pesawat kecil berbaling-baling dua (umumnya cukup 600-800 meter saja). Sedangkan untuk bandara yang agak ramai dipakai konstruksi aspal, dengan panjang 1.800 meter dan lebar 20 meter. Pesawat yang dilayani adalah jenis turbo-prop atau jet kecil seperti Fokker-27, Tetuko 234, Fokker-28, dlsb. Pada bandara yang ramai, umumnya dengan konstruksi beton dengan panjang 3.600 meter dan lebar 30 meter. Pesawat yang dilayani adalah jet sedang seperti Fokker-100, DC-10, B-747, Hercules, dlsb. Bandara international terdapat lebih dari satu landasan untuk antisipasi ramainya lalu lintas.

ATR 72-600

Pada hari kamis 2 Oktober 2007, CEO ATR Stéphane Mayer, mengumumkan seri pesawat terbaru -600 pada konferensi pers yang diadakan di Washington, D.C. ATR 42-600 dan ATR 72-600 baru akan dilengkapi dengan teknologi terbaru yang dibangun dengan pengalaman berharga yang didapat dari pesawat sebelumnya, dengan memiliki efisiensi yang lebih tinggi, kehandalan yang baik, konsumsi bahan bakar dan biaya operasi rendah. Pesawat ini akan dilengkapi dengan mesin standard PW127M (mesin baru menyediakan peningkatan 5% tenaga termodinamikasaat lepas landas, performa yang lebih baik pada landasan pendek, dalam kondisi cuaca panas dan ketinggian. Dilengkapi dengan “fungsi boost” yang digunakan untuk menambah tenaga, hanya digunakan saat lepas landas), Dek penerbangan dengan kokpit digital dilengkapi dengan lima layar LCD yang akan menggantikan EFIS (Electronic Flight Instrument System) yang dipakai saat ini. Sebagai tambahan, sebuah Multi-Purpose Computer (MPC) akan meningkatkan kemanana penerbangan dan kemampuan operasional. Sistem avionik baru, yang disediakan oleh Thales, akan memyediakan kapabilitas CAT III dan RNP. Pesawat ini juga dilengkapi sistem pencahayaan baru dan kursi yang lebih nyaman dan ruang barang di atas kepala yang lebih besar. Pesawat seri -600 akan secara bertahap diperkenalkan pada paruh kedua tahun 2010. Menggunakan registrasi tes sementara F-WWEY prototip ATR 72-600 terbang perdana pada 24 Juli 2009; Pesawat ini dikonversi dari sebuah ATR 72-500.

Tidak ada komentar: