*Suatu sketsa Kota Padang Sidempuan
Ini adalah suatu sketsa (analisis sederhana)
berdasarkan fakta-fakta sejarah yang ada.Mungkin para generasi yang lebih muda
tidak menyadari bahkan mungkin tidak mengetahui, bahwa Kota Padang Sidempuan
masa kini, ternyata di jaman doeloe memiliki dinamikanya sendiri.Bagaimana Kota
Padang Sidempuan tumbuh di masa doeloe? Mari kita lacak!
***
Setelah pengembangan pendidikan, prioritas
pemerintah di Padang Sidempuan adalah peningkatan layanan kesehatan. Namun dalam hal layanan kesehatan ini harus
dibedakan layanan kesehatan untuk orang-orang Eropa/Belanda dan untuk
orang-orang pribumi. Untuk orang Eropa/Belanda sudah ada sejak awal ketika
garnisun dibangun dan memiliki dokter militer. Dokter militer inilah yang
melaksanakan klinik dan apotik di garnisun tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh
pejabat-pejabat sipil Belanda. Tentu
saja penduduk pribumi tidak memiliki akses terhadap klinik dan apotik ini.
Untuk orang-orang pribumi layanan kesehatan baru sekadar vaksinasi, sebab
persoalan besar bagi pejabat Belanda adalah epidemiki kolera dan lainnya. Untuk
melaksanakan tugas vaksinasi ini, dilatih dan diangkat pegawai yang berasal dari
penduduk pribumi.
Sementara kondisi ekonomi di Afdeeling en Ankola lagi bagus-bagusnya. Produksi kopi makin meningkat karena harga kopi dunia khususnya kopi dari Mandheling en Ankola terus menjadi harga tertinggi di dunia. Infrastruktur yang makin membaik seharusnya ongkos evakuasi (kirim) kopi ke pelabuhan-pelabuhan seharusnya lebih murah tapi dalam kenyataannya harga pembelian kopi tetap tidak berubah. Pendapatan petani dan bagian dari penerimaan para koeria tidak berubah. Kolaborasi antara pegawai pemerintah (pakhuismeester) dengan pedagang (Tionghoa) tercium oleh para koeria bermain mata. Dewan koeria lantas mengambil sikap dan protes.
Sementara kondisi ekonomi di Afdeeling en Ankola lagi bagus-bagusnya. Produksi kopi makin meningkat karena harga kopi dunia khususnya kopi dari Mandheling en Ankola terus menjadi harga tertinggi di dunia. Infrastruktur yang makin membaik seharusnya ongkos evakuasi (kirim) kopi ke pelabuhan-pelabuhan seharusnya lebih murah tapi dalam kenyataannya harga pembelian kopi tetap tidak berubah. Pendapatan petani dan bagian dari penerimaan para koeria tidak berubah. Kolaborasi antara pegawai pemerintah (pakhuismeester) dengan pedagang (Tionghoa) tercium oleh para koeria bermain mata. Dewan koeria lantas mengambil sikap dan protes.
Java-bode: nieuws,
handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-10-1878: ‘Kongsie Koeria dalam perdagangan kopi.
Kongsie ini merupakan bentuk perlawanan terhadap institusi yang sudah ada
(pakhuismeeiters dan koffie mantries) yang sering main mata dengan pihak
partikelir terdapat di Sipirok, Padang Sidempoean, Muara Sipmgie dan Natal’
Sikap para koeria ini mendapat respon dari
pemerintah. Khawatir akan timbul antipati dan petani malas-malasan bertanam
kopi, pemerintah mengizinkan para koeria berperan dalam perdagangan, khususnya kopi.
Dampaknya langsung terasa, harga-harga yang diterima petani menjadi lebih
besar, sementara inflasi tetap terjaga stabil. Akibatnya pundi-pundi para
koeria makin tebal. Implikasinya, horja para koeria pun menjadi jorjoran.
Produksi yang meningkat dan konsumsi yang meningkat akan memberi dampak
berganda (multiplier effect). Ekonomi Ankola khususnya di Padang Sidempuan
berada pada top performance.
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 26-08-1879:
‘kunjungan Resident Boyle dari Sibolga tiba di Padang Sidempoean tanggal 6 Juli
untuk bersiap-siap ke Padang Lawas. Kunjungan dalam penjajakan ke Padang Lawas.
Residen didampingi oleh pejabat di Padang Sidempoean dan juga Sipirok. (juga
disebutkan) dalam perjalanan pulang, Residen di Padang Sidempoean pada tanggal
10 Agustus dikunjungi oleh Maharadja Soetan, koeriahoofd Batoenadoea dan
tanggal 11 Agustus oleh Marah Eden koeriahoofd dari Oeta Rimbaroe. Tanggal 12
Residen tiba kembali di Sibolga’.
Sementara itu, produksi beras meningkat
kembali. Ini disebabkan harga-harga beras meningkat naik, petani-petani yang
awalnya produksi subsisten coba peruntungan dengan membuka lahan-lahan baru dan
menaikkan produktivitas.
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 30-10-1879
(lanjutan-seorang peneliti flora dan fauna bernama W. Kramm menulis tanggal 19
Oktober 1879): ‘dari Sipirok saya ke selatan, Saroematinggi, 93 tiang dari
Padang Sidempoean..di sini tidak banyak serangga. Banyak beras dan dikirim ke
tempat lain, seperti halnya di Panjaboengan, Padang Sidempoean dan Sipirok. Tempat
penduduk asli lainnya hanya cukup untuk mereka gunakan sendiri’.
De locomotief:
Samarangsch handels-en advertentie-blad,
08-04-1880 (surat pembaca dari Padang Sidempuan): ‘kehidupan sangat tenang di
sini. Sangat indah dan dikelilingi sawah dan dibatasi oleh bukit-bukit tinggi
yang sebagian gundul sebagian lagi ditutupi hutan. Padang Sidempoen hasil panen
padi mencukupi sepanjang tahun. Tidak demikian di Sipirok, adakalanya gagal
panen’.
Ekonomi kopi dan ekonomi beras yang makin
aduhai. pemerintah menfasilitasi pembangunan pasar, yang sudah sejak lama semakin
semrawut, dengan menata ‘pasar jonjong’
dengan bangunan pasar semi permanen. Kebijakan perdagangan yang dipusatkan,
lebih memilih Pasar Siteleng daripada Pasar Siborang. Pasar semi permanen ini
kemudian dibangun di Pasar Siteleng yang lokasinya adalah tempat dimana pada
masa kini Pasar Pajak Batu.
***
Sidang Polisi (pidana/perdata) di Padang Sidempuan doeloe |
***
Lantas pemerintah memberlakukan standarisasi
pengadilan. Sistem pengadilan diperluas, untuk garis depan diangkat para jaksa
dari golongan pribumi dan digaji tetap. Eksekusi pengadilan yang selama ini
para terdakwa di bawah pengawasan langsung militer atau dikirim ke Padang, kini
dialihkan menjadi urusan sipil. Karena itu penjara di bangun di Mandheling en
Ankola yang ditempatkan di Padang Sidempuan. Pembangunan penjara ini dilakukan
akhir tahun 1870-an. Lokasi penjara ini terletak di seberang Pasar Baru yang
sekarang (tahun 1980-an awal, penjara ini masih eksis).
***
Eropa dan pribumi berbaur di Padang Sidempoen tempo doeloe |
Keadaan pada tahun 1880, selain yang sudah disebutkan terdahulu (Garnisun/markas militer, rumah/kantor Residen, Kantor Postel, Kweekschool, Pasar dan Penjara) adalah sebagai berikut:
- Pesanggrahan, tempat para tamu, para pejabat yang belum memiliki tempat tinggal dan para wisatawan. Lokasi pesanggrahan ini berada di lokasi Kantor Walikota yang sekarang.
- Sekolah Eropa, sekolah dasar yang diperuntukkan bagi anak-anak bangsa Eropa yang lokasinya terletak pada bangunan BPDSU/Bank Sumut yang sekarang.
- Kuburan orang Eropa yang lokasinya antara Pasar Siborang dengan Kampung Losung yang sekarang.
- Kantin militer, semacam café, lokasinya lahan dimana SMPN 1 yang sekarang. Nama Kampung Kantin timbul dari fasilitas militer ini.
- Alun-alun kota yang menjadi ‘alaman bolak’ yang sekarang
- Pos polisi ditempatkan di antara alun-alun kota dengan pasar yang lokasinya pos polisi kota (pos kota) yang sekarang.
- Kantor Topografi yang berada di ujung jalan Sitombol.
- Perumahan pegawai bangsa Belanda berkembang di sekitar jalan sudirman yang sekarang antara Gedung Nasional dengan Bank Bumi Daya/Bank Mandiri yang sekarang
***
Surat pos dari Padang Sidempoen ke Rotterdam, 1889 |
Pasar, masjid dan alun-alun kota adalah tiga fasilitas
umum yang kerap menjadi ciri dari suatu awal mula tumbuhnya suatu perkotaan,
sebagaimana banyak ditemukan di kota-kota di Nederlansche Indie khususnya di Jawa.
Kota Padang Sidempuan juga memiliki riwayat yang sama.
***
Di Kota Padang Sidempuan, tidak hanya menjadi
pusat pemerintahan dan militer, pusat perdagangan dan komersil, dan pusat
pendidikan, tetapi juga pusat pengembangan budaya. Karenanya, orang-orang
terpelajar juga sudah mulai berdatangan, tetapi juga semakin banyak muncul
orang-orang terpelajar. Kweekschool Padang Sidempuan di satu sisi menjadi
tempat dimana murid-murid dan guru-guru melakukan proses belajar dan mengajar,
tetapi juga di ‘kampus; ini juga semakin terasa gaung dunia akademik.
Java-bode: nieuws,
handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 25-02-1881: ‘L.K. Harmsen (Direktur Kweekschool Padang
Sidempoean) menerbitkan laporan etnografi tentang objek yang berbeda Sipirok
dan Padang Sidempoean’.
De locomotief:
Samarangsch handels- en advertentie-blad,
02-12-1881: ‘telegram dari Batavia yang mana C.A. van Ophuijzen (dari
Probolinggo) ditugaskan untuk mendukung guru di Kweekshool Padang Sidempoean’.
Het nieuws van den
dag: kleine courant, 10-01-1882: ‘pengangkatan (beslit) C.A. van
Ophuijzen sebagai guru di Kweekshool Padang Sidempoean’.
Proses belajar mengajar di Kweekschool Padang
Sidempoean tidaklah mudah di awal masa penyelenggaraannya. Selain guru-gurunya
belum komplit (bertambah secara bertahap), juga adaptasi para muridnya juga
tidak langsung tune in yang boleh jadi karena standar pengajaran di Kweekschool
Padang Sidempuan yang tinggi. Dalam masa belajar banyak murid yang jatuh sakit
dan bahkan mengidap beri-beri. Namun lulusan pertama Kweekschool Padang
Sidempuan tercapai juga. Dari 18 murid yang terdaftar hanya lima yang gagal
ujian. Dalam perkembangan lebih lanjut rasio kelulusan Kweekschool Padang
Sidempuan makin besar.
Java-bode : nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 06-05-1882 (surat pembaca): ‘Padang Sidempoean juga
mendirikan rumah sakit, lalu ketika ditemukan masalah kesehatan pada murid-murid
Kweekschool Padang Sidempoean, permasalahannya diserahkan kepada rumah sakit.
Hampir setengah dari murid menderita beri-beri. Dokter setempat lalu mengatur
penciptaan dan perluasan layanan dengan membuat bangunan pengganti bangsal yang
lantai seluruhnya dari anyaman bamboo. Ide ini muncul karena anggaran yang
terbatas. Rumah-rumah para guru Eropa seharusnya sangat lapang namun
kenyatannya tidak. Karena ekonomi pemerintah sedang mengalami permasalahan keuangan
yang besar. Saya juga mendengar terbatas makanan bergizi untuk para pekerja
yang menyebabkan banyak sakit dan hanya dianggarkan satu dolar per hari per
orang. Itu bukan satu-satunya permasalahan, hal yang terbesar adalah bahwa pasien banyak yang
absen dari pengajaran dan juga banyak biaya-biaya yang harusnya dari negara untuk
kebutuhan sekolah itu’.
Java-bode: nieuws,
handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 25-09-1882: ‘C.A. Ophuijsen akan mengajarkan bahasa
Melayu di Kweekshool Padang Sidempoean dengan mendapat tunjangan sebesar 50
Gulden per bulan di atas gajinya’.
Sumatra-courant:
nieuws- en advertentieblad, 07-06-1884: ‘Mr
Van Ophuijsen, asisten guru di Kweekschool Padang Sidempoean, pada paruh
pertama bulan Juli datang ke Padang untuk melakukan ujian untuk mendapatkan
sertifikat kemahiran dalam survei agronomi’.
Bataviaasch
handelsblad, 10-07-1884: ‘pada bulan April telah
dilangsungkan wisuda dimana dari semua murid kelas tertinggi terdapat lima
murid yang gagal’. [Bandingkan dengan berita sebelumnya: Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 12-10-1882: ‘para calon
guru di Kweekshool Ford de Kock yang mengikuti ujian semuanya gagal’.]
Bataviaasch
handelsblad, 30-06-1885: ‘guru-guru utama kweekschool di
Probolinggo dan Padang Sidempoean akan mendapatkan tunjangan prestasi. Kepala
sekolah, D. Grivel di Padang Sidempoean akan mendapatkan penghasilan
keseluruhan sebesar 800 Gulden pada bulan terakhir’.
Sumatra-courant:
nieuws- en advertentieblad, 04-01-1887: ‘C.A.
van Ophuysen berhasil ujian di Batavia dalam bidang pertanian di bawah
bimbingan onderwijers J Endea dan GJF
Biegman yang akan digunakan dalam pendidikan sekolah kweekschool Padang
Sidempoean’.
Java-bode: nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 15-01-1887: ‘pada ujian akhir yang diselenggarakan pada
11 November 1886 di sekolah Kweekschool Padang Sidempoean yang berpartisipasi
sebanyak enam murid, yang mana semuanya berhasil’.
Bataviaasch
nieuwsblad, 02-02-1887: ‘C. A. van Ophuijzen diangkat
menjadi kepala sekolah di Kweekschool
Padang Sidempoean’.
Bataviaasch
nieuwsblad, 01-09-1887: ‘ujian dari kelas tertinggi di
Kweekschool Padang Sidempoean yang dilaksanakan 11-13 Juli 1887 dari tujuh
murid yang mengikuti, semuanya dinyatakan berhasil’.
De locomotief :
Samarangsch handels- en advertentie-blad,
20-08-1888: ‘pada ujian akhir yang diselenggarakan pada bulan Juni tahun ini di
Kweekschool Padang Sidempoean dari sembilan murid yang mengikuti ujian semuanya
memenuhi syarat’.
***
Sekolah yang diasuh dengan guru yang pintar
akan menciptakan sekolah yang bagus. Demikian juga sekolah yang bagus akan
menghasilkan lulusan yang cerdas-cerdas. Jika sebelumnya, Kweekschool Tanobato
adalah sekolah guru terbaik di Sumatra’s Weskust, maka kini giliran Kweekschool
Padang Sidempoean adalah sekolah guru terbaik kala itu, boleh dibilang bahwa
Kweekschool Padang Sidempuan adalah sekolah guru terbaik di Nederlansche Indie.
Kisah sukses ‘maha guru’ Willem Iskander di Kweekschool Tanobato, ternyata di
Kweekschhol Padang Sidempuan juga lahir seorang ‘maha guru’, dialah C. A. van
Ophuijzen. Atas prestasinya, Ophuijzen dipromosikan sebagai Inspektur
Pendidikan. Dan dalam perkembangan akdemiknya, Ophuijzen di kemudian hari
menjadi professor di Universiteit Leiden, Negeri Belanda.
Bataviaasch
handelsblad, 28-01-1890: ‘pengangkatan C. A. van
Ophuijzen sebagai Wakil Inspektur pendidikan di Hindia Belanda, yang kini
sebagai asisten guru di Kweektchool Padang Sidempoean (Sumatra’s Westkust).
Ketentuan pengangkatan ini berlaku hingga mulai hari ketika penggantinya hadir.
Kemungkinan yang menggantikannya adalah guru Kweekschool Padang Sidempoean yang
tidak aktif L.K. Harmsen’.
(bersambung)
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber
utama, antara lain:
- Topographisch Bureau, Batavia, Batavia: Kaart van Padang Si Dimpoewan en Omstreken (1880).
- Kaart van het Gouvernement Sumatra's Westkust : opgenomen en zamengesteld in de jaren 1843 tot 1847 / door L.W. Beijerink met medehulp van C. Wilsen... et al. Beijerink, L.W., Topographisch Bureau, Batavia, 1852.
- Peta 1830
- Peta 1908
- Peta 1943
- Etappekaart Sumatra's West Kust, 1845
- Almanak Pemerintahan Belanda
- Koran-koran Belanda
- Laporan Tahunan Pemerintahan Belanda
- Observasi pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar