Jumat, November 28, 2014

Bag-5. Sejarah Padang Sidempuan: ‘Perkembangan Sosial Ekonomi dan Kweekschool Padang Sidempoean Sekolah Guru Terbaik di Nederlansche Indie’



*Suatu sketsa Kota Padang Sidempuan

Ini adalah suatu sketsa (analisis sederhana) berdasarkan fakta-fakta sejarah yang ada.Mungkin para generasi yang lebih muda tidak menyadari bahkan mungkin tidak mengetahui, bahwa Kota Padang Sidempuan masa kini, ternyata di jaman doeloe memiliki dinamikanya sendiri.Bagaimana Kota Padang Sidempuan tumbuh di masa doeloe? Mari kita lacak!

***
Setelah pengembangan pendidikan, prioritas pemerintah di Padang Sidempuan adalah peningkatan layanan kesehatan. Namun dalam hal layanan kesehatan ini harus dibedakan layanan kesehatan untuk orang-orang Eropa/Belanda dan untuk orang-orang pribumi. Untuk orang Eropa/Belanda sudah ada sejak awal ketika garnisun dibangun dan memiliki dokter militer. Dokter militer inilah yang melaksanakan klinik dan apotik di garnisun tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh pejabat-pejabat sipil Belanda.  Tentu saja penduduk pribumi tidak memiliki akses terhadap klinik dan apotik ini. Untuk orang-orang pribumi layanan kesehatan baru sekadar vaksinasi, sebab persoalan besar bagi pejabat Belanda adalah epidemiki kolera dan lainnya. Untuk melaksanakan tugas vaksinasi ini, dilatih dan diangkat pegawai yang berasal dari penduduk pribumi.

Sementara kondisi ekonomi di Afdeeling en Ankola lagi bagus-bagusnya. Produksi kopi makin meningkat karena harga kopi dunia khususnya kopi dari Mandheling en Ankola terus menjadi harga tertinggi di dunia. Infrastruktur yang makin membaik seharusnya ongkos evakuasi (kirim) kopi ke pelabuhan-pelabuhan seharusnya lebih murah tapi dalam kenyataannya harga pembelian kopi tetap tidak berubah. Pendapatan petani dan bagian dari penerimaan para koeria tidak berubah. Kolaborasi antara pegawai pemerintah (pakhuismeester) dengan pedagang (Tionghoa) tercium oleh para koeria bermain mata. Dewan koeria lantas mengambil sikap dan protes.

Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-10-1878: ‘Kongsie Koeria dalam perdagangan kopi. Kongsie ini merupakan bentuk perlawanan terhadap institusi yang sudah ada (pakhuismeeiters dan koffie mantries) yang sering main mata dengan pihak partikelir terdapat di Sipirok, Padang Sidempoean, Muara Sipmgie dan Natal’

Sikap para koeria ini mendapat respon dari pemerintah. Khawatir akan timbul antipati dan petani malas-malasan bertanam kopi, pemerintah mengizinkan para koeria berperan dalam perdagangan, khususnya kopi. Dampaknya langsung terasa, harga-harga yang diterima petani menjadi lebih besar, sementara inflasi tetap terjaga stabil. Akibatnya pundi-pundi para koeria makin tebal. Implikasinya, horja para koeria pun menjadi jorjoran. Produksi yang meningkat dan konsumsi yang meningkat akan memberi dampak berganda (multiplier effect). Ekonomi Ankola khususnya di Padang Sidempuan berada pada top performance.

Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 26-08-1879: ‘kunjungan Resident Boyle dari Sibolga tiba di Padang Sidempoean tanggal 6 Juli untuk bersiap-siap ke Padang Lawas. Kunjungan dalam penjajakan ke Padang Lawas. Residen didampingi oleh pejabat di Padang Sidempoean dan juga Sipirok. (juga disebutkan) dalam perjalanan pulang, Residen di Padang Sidempoean pada tanggal 10 Agustus dikunjungi oleh Maharadja Soetan, koeriahoofd Batoenadoea dan tanggal 11 Agustus oleh Marah Eden koeriahoofd dari Oeta Rimbaroe. Tanggal 12 Residen tiba kembali di Sibolga’.

Sementara itu, produksi beras meningkat kembali. Ini disebabkan harga-harga beras meningkat naik, petani-petani yang awalnya produksi subsisten coba peruntungan dengan membuka lahan-lahan baru dan menaikkan produktivitas.

Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 30-10-1879 (lanjutan-seorang peneliti flora dan fauna bernama W. Kramm menulis tanggal 19 Oktober 1879): ‘dari Sipirok saya ke selatan, Saroematinggi, 93 tiang dari Padang Sidempoean..di sini tidak banyak serangga. Banyak beras dan dikirim ke tempat lain, seperti halnya di Panjaboengan, Padang Sidempoean dan Sipirok. Tempat penduduk asli lainnya hanya cukup untuk mereka gunakan sendiri’.

De locomotief: Samarangsch handels-en advertentie-blad, 08-04-1880 (surat pembaca dari Padang Sidempuan): ‘kehidupan sangat tenang di sini. Sangat indah dan dikelilingi sawah dan dibatasi oleh bukit-bukit tinggi yang sebagian gundul sebagian lagi ditutupi hutan. Padang Sidempoen hasil panen padi mencukupi sepanjang tahun. Tidak demikian di Sipirok, adakalanya gagal panen’.

Ekonomi kopi dan ekonomi beras yang makin aduhai. pemerintah menfasilitasi pembangunan pasar, yang sudah sejak lama semakin semrawut,  dengan menata ‘pasar jonjong’ dengan bangunan pasar semi permanen. Kebijakan perdagangan yang dipusatkan, lebih memilih Pasar Siteleng daripada Pasar Siborang. Pasar semi permanen ini kemudian dibangun di Pasar Siteleng yang lokasinya adalah tempat dimana pada masa kini Pasar Pajak Batu.

***
Sidang Polisi (pidana/perdata) di Padang Sidempuan doeloe
Konsekuensi dari perubahan sosial penduduk (dari subsisten menjadi surplus, dari ekonomi barter ke ekonomi moneter) memberi pengaruh ke hal-hal yang lain. Interaksi antar penduduk semakin intensif, gesekan-gesekan antar individu menjadi mudah memanas, masalah-masalah perdata dan pidana menjadi kerap terjadi. Peranan rapat (pengadilan) oleh para koeria yang selama ini mungkin hanya cocok pada masyarakat yang homogen terutama di pedesaan (luar kota), tetapi masyarakat Kota Padang Sidempuan sudah menunjukkan ciri-ciri masyarakat kosmopolitan, sebagai akibatnya pengaruh koeria maupun keputusan rapat menjadi kurang efektif. Kepala kampong dibentuk atau terbentuk sendiri oleh masyarakatnya yang berada di pemukiman-pemukiman penduduk di Padang Sidempuan.

***
Lantas pemerintah memberlakukan standarisasi pengadilan. Sistem pengadilan diperluas, untuk garis depan diangkat para jaksa dari golongan pribumi dan digaji tetap. Eksekusi pengadilan yang selama ini para terdakwa di bawah pengawasan langsung militer atau dikirim ke Padang, kini dialihkan menjadi urusan sipil. Karena itu penjara di bangun di Mandheling en Ankola yang ditempatkan di Padang Sidempuan. Pembangunan penjara ini dilakukan akhir tahun 1870-an. Lokasi penjara ini terletak di seberang Pasar Baru yang sekarang (tahun 1980-an awal, penjara ini masih eksis).

***
Eropa dan pribumi berbaur di Padang Sidempoen tempo doeloe
Komunitas orang-orang Eropa di Padang Sidempuan. sejak 1857 yang tinggal sudah silih berganti dan jumlahnya dari waktu ke waktu makin banyak. Orang-orang Belanda yang tinggal di Padang Sidempuan selain pejabat pemerintah juga dari kalangan para guru-guru bangsa Belanda plus para wisatawan, para peneliti dan para investor. Tentu saja jumlah pasukan militer yang makin membengkak. Di dalam kota dengan sendirinya fasilitas-fasilitas orang Eropa makin lengkap. Dalam perkembangannya, fasilitas untuk orang Eropa/Belanda di Padang Sidempuan adalah dibangunnya rumah sakit yang cikal bakalnya sesungguhnya adalah klinik militer.

Keadaan pada tahun 1880, selain yang sudah disebutkan terdahulu (Garnisun/markas militer, rumah/kantor Residen, Kantor Postel, Kweekschool, Pasar dan Penjara) adalah sebagai berikut:

  • Pesanggrahan, tempat para tamu, para pejabat yang belum memiliki tempat tinggal dan para wisatawan. Lokasi pesanggrahan ini berada di lokasi Kantor Walikota yang sekarang.
  • Sekolah Eropa, sekolah dasar yang diperuntukkan bagi anak-anak bangsa Eropa yang lokasinya terletak pada bangunan BPDSU/Bank Sumut yang sekarang.
  • Kuburan orang Eropa yang lokasinya antara Pasar Siborang dengan Kampung Losung yang sekarang.
  • Kantin militer, semacam café, lokasinya lahan dimana SMPN 1 yang sekarang. Nama Kampung Kantin timbul dari fasilitas militer ini.
  • Alun-alun kota yang menjadi ‘alaman bolak’ yang sekarang
  • Pos polisi ditempatkan di antara alun-alun kota dengan pasar yang lokasinya pos polisi kota (pos kota) yang sekarang.
  • Kantor Topografi yang berada di ujung jalan Sitombol.
  • Perumahan pegawai bangsa Belanda berkembang di sekitar jalan sudirman yang sekarang antara Gedung Nasional dengan Bank Bumi Daya/Bank Mandiri yang sekarang

***
Surat pos dari Padang Sidempoen ke Rotterdam, 1889
Fasilitas-fasilitas lainnya di dalam kota, yang merupakan swadaya masyarakat dan partisipasi swasta adalah masjid dan penginapan. Sebuah masjid pembangunan secara bertahap yakni masjid yang sejak lama sudah ada seiring dengan perkembangan Pasar Siteleng. Masjid ini pada masa ini disebut Masjid Raya Lama yang lokasinya kini berada di belakang pertokoan. Sedangkan penginapan yang ditujukan awalnya untuk kepentingan para saudagar-saudagar lokal berkembang menjadi losmen yang dikenal kemudian hari sebagai Sentral Losmen.  

Pasar, masjid dan alun-alun kota adalah tiga fasilitas umum yang kerap menjadi ciri dari suatu awal mula tumbuhnya suatu perkotaan, sebagaimana banyak ditemukan di kota-kota di Nederlansche Indie khususnya di Jawa. Kota Padang Sidempuan juga memiliki riwayat yang sama.

***


Di Kota Padang Sidempuan, tidak hanya menjadi pusat pemerintahan dan militer, pusat perdagangan dan komersil, dan pusat pendidikan, tetapi juga pusat pengembangan budaya. Karenanya, orang-orang terpelajar juga sudah mulai berdatangan, tetapi juga semakin banyak muncul orang-orang terpelajar. Kweekschool Padang Sidempuan di satu sisi menjadi tempat dimana murid-murid dan guru-guru melakukan proses belajar dan mengajar, tetapi juga di ‘kampus; ini juga semakin terasa gaung dunia akademik.

Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 25-02-1881: ‘L.K. Harmsen (Direktur Kweekschool Padang Sidempoean) menerbitkan laporan etnografi tentang objek yang berbeda Sipirok dan Padang Sidempoean’.

De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 02-12-1881: ‘telegram dari Batavia yang mana C.A. van Ophuijzen (dari Probolinggo) ditugaskan untuk mendukung guru di Kweekshool Padang Sidempoean’.

Het nieuws van den dag: kleine courant, 10-01-1882: ‘pengangkatan (beslit) C.A. van Ophuijzen sebagai guru di Kweekshool Padang Sidempoean’.

Proses belajar mengajar di Kweekschool Padang Sidempoean tidaklah mudah di awal masa penyelenggaraannya. Selain guru-gurunya belum komplit (bertambah secara bertahap), juga adaptasi para muridnya juga tidak langsung tune in yang boleh jadi karena standar pengajaran di Kweekschool Padang Sidempuan yang tinggi. Dalam masa belajar banyak murid yang jatuh sakit dan bahkan mengidap beri-beri. Namun lulusan pertama Kweekschool Padang Sidempuan tercapai juga. Dari 18 murid yang terdaftar hanya lima yang gagal ujian. Dalam perkembangan lebih lanjut rasio kelulusan Kweekschool Padang Sidempuan makin besar.

Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 06-05-1882 (surat pembaca): ‘Padang Sidempoean juga mendirikan rumah sakit, lalu ketika ditemukan masalah kesehatan pada murid-murid Kweekschool Padang Sidempoean, permasalahannya diserahkan kepada rumah sakit. Hampir setengah dari murid menderita beri-beri. Dokter setempat lalu mengatur penciptaan dan perluasan layanan dengan membuat bangunan pengganti bangsal yang lantai seluruhnya dari anyaman bamboo. Ide ini muncul karena anggaran yang terbatas. Rumah-rumah para guru Eropa seharusnya sangat lapang namun kenyatannya tidak. Karena ekonomi pemerintah sedang mengalami permasalahan keuangan yang besar. Saya juga mendengar terbatas makanan bergizi untuk para pekerja yang menyebabkan banyak sakit dan hanya dianggarkan satu dolar per hari per orang. Itu bukan satu-satunya permasalahan, hal  yang terbesar adalah bahwa pasien banyak yang absen dari pengajaran dan juga banyak biaya-biaya yang harusnya dari negara untuk kebutuhan sekolah itu’.

Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 25-09-1882: ‘C.A. Ophuijsen akan mengajarkan bahasa Melayu di Kweekshool Padang Sidempoean dengan mendapat tunjangan sebesar 50 Gulden per bulan di atas gajinya’.

Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 07-06-1884: ‘Mr Van Ophuijsen, asisten guru di Kweekschool Padang Sidempoean, pada paruh pertama bulan Juli datang ke Padang untuk melakukan ujian untuk mendapatkan sertifikat kemahiran dalam survei agronomi’.

Bataviaasch handelsblad, 10-07-1884: ‘pada bulan April telah dilangsungkan wisuda dimana dari semua murid kelas tertinggi terdapat lima murid yang gagal’. [Bandingkan dengan berita sebelumnya: Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 12-10-1882: ‘para calon guru di Kweekshool Ford de Kock yang mengikuti ujian semuanya gagal’.]

Bataviaasch handelsblad, 30-06-1885: ‘guru-guru utama kweekschool di Probolinggo dan Padang Sidempoean akan mendapatkan tunjangan prestasi. Kepala sekolah, D. Grivel di Padang Sidempoean akan mendapatkan penghasilan keseluruhan sebesar 800 Gulden pada bulan terakhir’.

Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 04-01-1887: ‘C.A. van Ophuysen berhasil ujian di Batavia dalam bidang pertanian di bawah bimbingan onderwijers J Endea dan  GJF Biegman yang akan digunakan dalam pendidikan sekolah kweekschool Padang Sidempoean’.

Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 15-01-1887: ‘pada ujian akhir yang diselenggarakan pada 11 November 1886 di sekolah Kweekschool Padang Sidempoean yang berpartisipasi sebanyak enam murid, yang mana semuanya berhasil’.

Bataviaasch nieuwsblad, 02-02-1887: ‘C. A. van Ophuijzen diangkat menjadi kepala sekolah di Kweekschool  Padang Sidempoean’.

Bataviaasch nieuwsblad, 01-09-1887: ‘ujian dari kelas tertinggi di Kweekschool Padang Sidempoean yang dilaksanakan 11-13 Juli 1887 dari tujuh murid yang mengikuti, semuanya dinyatakan berhasil’.

De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 20-08-1888: ‘pada ujian akhir yang diselenggarakan pada bulan Juni tahun ini di Kweekschool Padang Sidempoean dari sembilan murid yang mengikuti ujian semuanya memenuhi syarat’.

***
Sekolah yang diasuh dengan guru yang pintar akan menciptakan sekolah yang bagus. Demikian juga sekolah yang bagus akan menghasilkan lulusan yang cerdas-cerdas. Jika sebelumnya, Kweekschool Tanobato adalah sekolah guru terbaik di Sumatra’s Weskust, maka kini giliran Kweekschool Padang Sidempoean adalah sekolah guru terbaik kala itu, boleh dibilang bahwa Kweekschool Padang Sidempuan adalah sekolah guru terbaik di Nederlansche Indie. Kisah sukses ‘maha guru’ Willem Iskander di Kweekschool Tanobato, ternyata di Kweekschhol Padang Sidempuan juga lahir seorang ‘maha guru’, dialah C. A. van Ophuijzen. Atas prestasinya, Ophuijzen dipromosikan sebagai Inspektur Pendidikan. Dan dalam perkembangan akdemiknya, Ophuijzen di kemudian hari menjadi professor di Universiteit Leiden, Negeri Belanda.

Bataviaasch handelsblad, 28-01-1890: ‘pengangkatan C. A. van Ophuijzen sebagai Wakil Inspektur pendidikan di Hindia Belanda, yang kini sebagai asisten guru di Kweektchool Padang Sidempoean (Sumatra’s Westkust). Ketentuan pengangkatan ini berlaku hingga mulai hari ketika penggantinya hadir. Kemungkinan yang menggantikannya adalah guru Kweekschool Padang Sidempoean yang tidak aktif L.K. Harmsen’.


(bersambung)

*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama, antara lain:
  • Topographisch Bureau, Batavia, Batavia: Kaart van Padang Si Dimpoewan en Omstreken (1880).
  • Kaart van het Gouvernement Sumatra's Westkust : opgenomen en zamengesteld in de jaren 1843 tot 1847 / door L.W. Beijerink met medehulp van C. Wilsen... et al. Beijerink, L.W., Topographisch Bureau, Batavia, 1852.
  • Peta 1830
  • Peta 1908
  • Peta 1943
  • Etappekaart Sumatra's West Kust, 1845
  • Almanak Pemerintahan Belanda
  • Koran-koran Belanda
  • Laporan Tahunan Pemerintahan Belanda
  • Observasi pribadi

Tidak ada komentar: