Senin, Juni 07, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (36): Silua Zaman Kuno Angkola Mandailing; Lomang, Alame, Sasagun, Itak, Kipang, Lampet, Panggelong

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Apakah ada ‘panganon’ zaman kuno di Angkola Mandailing? Di wilayah lain, penganan atau camilan boleh jadi adalah hal sekunder. Akan tetapi penganan di Angkola Mandailing adalah hal bersifat primer yang mungkin sama pentingnya dengan masakan. Sebab panganon di Angkola Mandailing adalah semua makanan pokok seperti nasi dan masakan yang diolah seperti rondang, arsik, sup, holat dan sebagainya adalah panganon. Panganon dari kata dasar pangan, sedangkan makan adalah mangan (bukan manganon). Jadi: mangan dan panganon dua hal yang berbeda, namun pengertian mangan adalah makan nasi dengan lauk plus sayur.

Lantas mengapa panganon, penganan atau camilan bersifat primer. Hal ini karena penganan adalah hal yang pokok dalam adat yang disebut silua (oleh-oleh), Silua bisa penganan, bahan makanan atau benda-benda yang lain. Namun silua dalam bentuk penganan menjadi sangat khas dan primer secara adat. Jenis penganan primer tersebut adalah penganan atau camilan yang tahan lama terutama lomang, sasagun, alame dan itak. Penganan ini biasanya dihadirkan pada saat hari besar atau acara besar (horja). Penganan seperti kipang dan panggelong biasanya camilan sehari-hari yang dapat dijadikan silua tetapi bukan bersifat adat. Dalam hal inilah penganan yang besifat adat menjadi primer dalam adat yang sama pentingnya masakan (untuk mangan) bagi penduduk Angkola Mandailing.

Lalu bagaimana sejarah penganan zaman kuno di Angkola Mandailing secara adat? Seperti disebut penganan secara adat antara lain lomang, sasagun, alame dan itak. Terus, bagaimana dengan penganan sehari-hari seperti kipang dan panggelong? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Panganon Secara Adat: ; Lomang, Sasagun, Alame, Itak

Penganon secara adat di Angkola Mandailing semuanya diolah dengan bahan dasar dahanon (beras) bersama gula (merah) dan kelapa. Beras yang digunakan umumnya dahanon sipulut (beras ketan) dan gula merah (gulo bargot). Tidak ada gula putih (gula tebu) karena pada zaman kuno hanya ada gulo bargot. Penganan terbuat dari beras ketan, gula merah dan kelapa inilah yang kita sebut dalam hal ini penganan zaman kuno.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Panganon Sehari-hari: Kipang, Panggelong, dan Lainnya

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: