Jumat, Juni 18, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (47): Nama BATAk, Penduduk Asli di Pedalaman Sumatra; Nama Melayu, Nama Jawi dan Nama Minangkabau

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Seperti halnya penduduk (pulau) Jawa awalnya satu, penduduk Sumatra juga awalnya satu. Nama pertama yang muncul untuk penduduk Sumatra ini adalah Batak. Pada awal peradaban tersebut, penduduk Jawa sudah menyebar ke kepulauan di timur (Nusa Tanggara). Demikian juga penduduk Batak dari Sumatra juga menyebar ke Semenanjung, kawasan Laut China Selatan dan bahkan hingga Sulawesi dan Maluku. Tentu saja pada saat itu belum terbentuk Melayu dan juga belum terjadi Melayunisasi di wilayah Minangkabau yang sekarang. Hal itulah mengapa aksara mirip aksara Batak ditemukan ke wilayah Gajo dan wilayah Lampung, serta Filipina dan Sulawesi.

Kapan nama Batak muncul sulit diketahui persis. Namun nama Batak diduga merujuk nama Sanskerta (India) dari nama Debata, yang kemudian mengalami reduksi dari pihak luar (asing) dengan nama yang bermacam-macam seperti Bata, Bateh, Batech, Battah, Bathang, Batac, Batak. Besar dugaan nama Bata[k] tidak merujuk pada nama tempat, tetapi merujuk pada nama sesuatu (Debata) yang kemudian menjadi nama kawasan (wilayah). Hal serupa ini juga dengan Jawa, tidak merujuk pada nama tempat tetapi suatu kawasan (wilayah) yang subur dan banyak persawahan. Ada peneliti Belanda yang menyebuk nama Djawa merujuk pada nama Saba (mungkin ada kaitannya dengan nama sebutan penduduk Batak di Sumatra untuk pulau di selatan sebagai saba=sawah.

Lantas bagaimana asal-usul nama Batak dan perkembangannya sesuai perjalanan waktu? Christiaan Benjamin Nieuwenhuis, seorang etnografer Batak (1887) menyatakan mengungkap sejarah Bata adalah tugas yang sulit untuk menemukan apa yang terjadi berabad-abad yang lalu sementara orang-orang semakin banyak yang ingin tahu apa yang terjadi, karena sangat minim tulisan yang berbicara tentang fakta dan era; dimana tradisi [Batak] ada, tetapi juga sangat sulit dihubungkan dengan sejarah bangsa lain. Para peneliti Belanda banyak yang mengikuti pendapat Nieuwenhuios tersebut. Tapi itu sudah lebih dari satu abad yang lalu pesimistis itu berlalu. Kini, di zaman now semakin banyak fakta dan data yang tersedia. Oleh karena itu mari kita perkaya dengan berangkat dari pemahaman Nieuwenhuis. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Batak: Melacak Candi dan Prasasti

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bangsa Batak: Dari Satu Kesatuan hingga Beragam dari Aceh hingga Lampung

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: