Minggu, Juni 06, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (34): Musik Batak Zaman Kuno, Sejak Era Hindoe Boedha; Gondang dan Pemujaan Kepada Para Leluhur

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Lagu sekko-sekko, demikian seorang penulis sejarah berpendapat, adalah nyanyian kuno sebagai rasa sukur kepada sang pencipta karena pohon sekko diciptakan secara khusus untuk penduduk Batak yang berguna untuk seluruh manusia di muka bumi. Sekko adalah nama pohon di Angkola Mandailing yang kemudian disebut kemenyan dalam bahasa Sanskerta. Nama kemenyan di daerah Toba bukan sekko tetapi haminjon yang diserap dari bahasa Sanskerta (kemenyan). Hingga ini hari sekko tetap menjadi nama kemenyan di wilayah Angkola Mandailing (Tapanuli Bagian Selatan).

Seperti halnya aksara, berbagai seni, termasuk seni arsitektur dan seni musik dan seni tari (tortor) bermula di Angkola Mandailing. Hal itu karena pusat peradaban zaman kuno di Tanah Batak bermula di Angkola Mandailing. Munculnya pusat peradaban di Angkola Mandailing karena pohon sekko dan pohon-pohon lainnya seperti pohon kapur dan pohon hulim serta pohon damar yang memiliki nilai komersil tinggi sebelum adanya agama Kristen maupun agama Islam. Getah pohon sekko berguna untuk pengombatan dan untuk elemen religi; getah kapur (yang disebut kapur Barus) untuk pengawetan dan sebagai penyedap masakan; hulim (kulit manis) sebagai rempah-rempah penyedap masakan; getah damar untuk bahan baku penerangan dan bahan baku untuk pembuatan tinta untuk menulis di kulit halus dari pohon alim (laklak). Kebetulan semua pohon-pohon bernilai ini ditemukan di Tanah Batak khususnya di Angkola Mandailing. Dari jenis pohon pula diciptakan gondang (alat musik perkusi melodik Angkola Mandailing)

Lagu sekko-sekko dapat diiringi dengan musik gondang. Alat musik gondang terbilang alat musik tertua dalam ensambel musik. Musik gondang digunakan untuk berbagai tujuan, untuk memanggil (roh) lelulur, mengusir begu, maupun digunakan untuk mengiringi tarian (tortor) dan kegiatan musik naposo nauli bulung (para pemuda pemudi). Okelah kalu begitu. Lantas bagaimana sejarah zaman kuno musik Batak di Angkola Mandailing? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Musik: Berawal dari Instrumen Religi

Tunggu deskripsi lengkapnya

Musik Gondang di Angkola Mandailing:  Perkusi yang Melodik

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar: