Selasa, Juni 29, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (57): Malaka dan Kerajaan Aru, Kini Selangor dan Tapanuli Selatan; Penduduk Angkola Mandailing

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Apakah ada hubungan Kerajaan Aru dengan Malaka? Tidak hanya itu saja. Bagaimana hubungan Kerajaan Aru di daerah aliran sungai Barumun di pantai timur Sumatra dengan Kerajaan Malaka di pantai barat Semenanjung? Tentu saja pertanyaan ini masih dapat dilanjutkan apakah ada hubungan Kerajaan Aru dengan Kesultanan Malaka setelah terjadi pendudukan Malaka oleh Portugis sejak 1511? Jika begitu, Kerajaan Aru tidak hanya lebih tua, tetapi juga eksistensinya lebih lama dibandingkan dengan Kerajaan (Kesultanan) Malaka. Bagaimana? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.

Setelah memudarnya Kerajaan Aru, banyak penduduk Angkola Mandailing dari Kerajaan Aru yang bermigrasi ke Semenanjung. Migrasi awal terjadi pada era Perang Padri (1803-1838). Selama Perang Padri, penduduk Angkola Mandailing dengan perahu menyusuri sungai Barumun hingga Labuhan Batu, yang kemudian dengan kapal-kapal di selat Malaka menyeberang ke Semenanjung. Awalnya migran asal Angkola Mandailing ini menempati pulau Kolang, lalu kemudian menyusuri sungai Kelang ke hulu. Arus migrasi dari Angkola Mandailing masih terus berlangsung pada era Hindia Belanda. Semua itu karena mereka tetap menginginkan kemerdekaan, Komunitas oeang-orang Angkola Mandailing di hulu sungai Kelang inilah yang menjadi faktor penentu terbentuknya kota Kualalumpur yang sekarang (ibu kota negara Malaysia). Dalam hal ini kawasan Kualalumpur di (wilayah) Selangor adalah kawasan tradisional penduduk Angkola Mandailingm diantara kawasan-kawasan di Malaysia yang asal usul penduduknya sangat beragam. Salah satu tokoh pendiri kota Kualalumpur tersebut adalah Soetan Poeasa (dari marga Lubis).

Lantas bagaimana sejarah keterkaitan Malaka sebagai suatu wilayah pada zaman kuno? Seperti disebut di atas pertanyaan ini masih dapat ditambahkan tentang sejarah Kerajaan dan Kesultanan Malaka. Tentu saja itu dimungkinkan terjadi karena jarak geografis yang begitu dekat, juga karena begitu tingginya supremasi Kerajaan Aru di atas Kerajaan Malaka. Bagaimana bisa? Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Malaka: Kerajaan Aru di Daerah Aliran Sungai Barumun

Pada era dinasti Ming Tiongkok, banyak hal yang terjadi. Satu yang penting penaklukkan kota Malaka oleh pelaut-pelaut Portugis. Ini bermula ketika Vasco da Qama dan anak buahnya mencapai Calicut, India pada tahun 1498. Sejak itu, pedagang-pedagang Portugis semakin banyak di India. Raja Portugis tertarik agar armada lautnya bisa mencapai Tiongkok. Namun dalam rangka menemukan itu Malaka jatuh ke tangan pelaut-pelaut Portugis, karena bermula dari keluh kesah pedagang-pedagang Tiongkok yang menganggap raja Malaka sangat dzalim.

Diego Lopes Sequeira berlayar dari Lisbon untuk "menemukan" wilayah di sebelah barat pulau St. Laurence sejauh Malaka, dia memiliki satu set instruksi dari Raja Dom Manoel, tertanggal 13 Februari 1508 (lihat Alguns Documentos do Archivo Nacional da Torre do Tombo, (Lisboa, 1892) yang salah satu butir instruksi itu adalah: ‘Kamu harus menanyakan tentang Dagu [orang-orang Tiongkok], dari mana mereka berasal, dan dari seberapa jauh, ketika mereka datang ke Malaka atau ke tempat-tempat di mana mereka perdagangan, dan barang dagangan yang mereka bawa, berapa banyak kapal mereka? datang setiap tahun, dan bentuk dan ukuran kapal mereka, apakah mereka kembali pada tahun yang sama mereka datang, apakah mereka memiliki faktor atau rumah di Malaka atau di negara lain, apakah mereka kaya pedagang, apakah mereka lemah atau suka berperang, apakah mereka memiliki senjata atau artileri, pakaian apa yang mereka kenakan, apakah itu besar dalam postur tubuh, dan semua informasi lain tentang mereka, apakah itu Kristen atau kafir, apakah negara mereka besar, apakah mereka memiliki lebih dari satu raja diantara mereka, dan apakah ada yang hidup di antara mereka Moor atau orang lain yang tidak hidup sesuai dengan hukum atau kepercayaan mereka, dan, jika mereka bukan orang Kristen, dalam apa yang mereka percaya atau apa yang mereka sembah, dan kebiasaan apa yang mereka anut di mana negara mereka terbentang dan dengan siapa mereka berbatasan’.

Setibanya di Malaka pada tanggal 11 September 1509, Diego Lopes menemukan tiga atau empat jung Tiongkok berada di pelabuhan. Oleh karena mengetahui pedagang-pedagang Tiongkok memiliki permusuhan dengan rang Melayu, Diego Lopes tidak dapat mendekati mereka atau untuk membuat pertanyaan tentang mereka. Pada tahun 1510, Diego Lopes wajib kembali ke Portugal tanpa mendapatkan semua informasi yang diinginkan tuannya tentang Tiongkok. Pada tanggal 1 Juli 1511, armada Affonso de Albuquerque berlabuh di Malaka. Portugis menemukan lima pecandu Tiongkok disana. Peluang ditawarkan kali ini untuk Portugis untuk memenangkan persahabatan mereka. Orang Portugis mendapat keterangan raja Malaka sedang berperang dengan raja Kerajaan Aru. Kehadiran orang-orang Portugis ini telah mengundang para ekspatriat Tiongkok di Malaka untuk melarikan diri dan bergabung dengan Portugis untuk melawan musuh mereka raja Malaka yang dzalim. Mereka menawarkan kepada Affonso de Albuquerque bantuan kepada Portugis untuk menyerang Malaka. Namun komandan Portugis yang cerdik menolak, dengan cerdik memberi alasan bahwa orang Tiongkok akan selanjutnya menjadi jauh di dalam buku-buku hitam raja Malaka tentang mengingat keikutsertaan mereka dalam perusahaan Portugis, dan bahwa jika serangan Portugis gagal, mereka akan diperlakukan dengan buruk olehnya. Affonso lebih memilih dengan cara sendiri turun ke darat. Maka terjadilah penaklukkan dan Malaka jatuh pada tanggal 24 Agustus.

Affonso de Albuquerque atas nama Portugis mendapat dua keuntungan setiba di Malaka. Keuntungan pertama, Portugis mendapat sahabat orang-orang Tiongkok di Malaka yang menjadi tujuan yang tidak dapat dipenuhi Diego Lopes sebelumnya. Selain itu, orang-orang Tiongkok dengan sukarela memberi Portugis layanan pengiriman utusan Albuquerque dari dan ke Siam. Dan ketika mereka kembali dari Tiongkok mereka membawa pulang yang sangat menguntungkan laporan karakter dan kehebatan Tiongkok.

Raja Malaka, Sultan Mahmud yang melarikan diri [ke pulau Bintan], tertarik pada kerajaan Pahang, dengan situasi dan kondisi bahwa tidak ada kesempatan baginya untuk memulihkan wilayahnya yang hilang di Malaka tanpa bantuan dari orang lain, dan kemudian memutuskan untuk memohon kepada Kaisar Tiongkok dengan mengirim duta besar ke Tiongkok. Misi duta besar ini menjadi disambut dingin karena utusan Portugis sudah lebih dulu ke Tiongkok, tentu saja dengan membawa pengalaman orang-orang Tiongkok di Malaka. Portugis justru sebaliknya menjadi berada di atas angin. Tamat Kerajaan Malaka.

Dalam laporan Cristovao Vieyra yang dikutip oleh Tome Pires disebut bahwa duta besar dari Raja Bintan tersebut adalah Tuan Mohammad, putra buronan Raja Malaka, telah tiba di Beijing untuk menyampaikan di hadapan Kaisar kesalahan yang mereka derita di tangan Portugis yang dicirikan sebagai perampok dan mata-mata. Dia membawa surat yang isinya, menurut Cristovao Vieyra, sebagai berikut: ‘Perampok Portugis dengan berani datang ke Malaka dengan banyak laki-laki, mengambil tanah dan menghancurkannya, membunuh banyak orang, menjarah mereka, menangkap orang lain. Orang-orang yang tersisa berada di bawah yurisdiksi Portugis. Oleh karena itu, raja Malaka memiliki hati yang sedih tertindas dengan ketakutan yang besar. Butuh segel dari Raja Tiongkok yang melarikan diri ke Bentao [Bintan] dimana dia sekarang. saudara-saudaraku dan kerabat melarikan diri ke negara lain. Duta Besar dari Raja Portugal yang kini berada di negeri Tiongkok itu palsu. dia melakukannya tidak datang dengan sungguh-sungguh, tetapi untuk menipu negara Tiongkok. sesuai pesanan agar Raja Tiongkok dapat menunjukkan kasih karunia kepada Raja Malaka yang hatinya tertindas, ia mengirimkan hadiah dan memohon bantuan dan manusia supaya negerinya dikembalikan kepadanya’.

Dalam laporan Portugis yang dikutip di atas bahwa sebelum kehadiran Portugis di Malaka, tengah terjadi perang antara Kerajaan Aru dan Kerajaan Malaka. Dalam laporan Portugis lainnya disebutkan Kerajaan Aru sempat menyerang pelabuhan Malaka yang mana ketegangan masih terjadi hingga tibanya Affonso de Albuquerque. Kerajaan Aru tampaknya mendapatkan kemenangan gratis setelah mengetahui pelaut-pelaut Portugis telah menghancurkan Kerajaan Malaka. Satu lagi yang perlu dicatat disini bahwa surat instruksi raja Dom Manoel kepada Diego Lopes mencatat begitu pentingnya orang Moor bagi Portugis. Seperti kita lihat nanti, dalam laporan Mendes Pinto yang pernah berkunjung ke Kerajaan Aru yang beribukota Panai mencatat Kerajaan Aru memiliki 15,000 pasukan, yang mana diantaranya sebanyak 7.000 orang berasal dari Minangkabau, Indragiri, Jambi, Broenai dan Luzon.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Penduduk Angkola Mandailing di Kerajaan Aru: Kerajaan Malaka hingga Pendudukan Portugis

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: