Sabtu, Juni 12, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (40): Kerbau dan Kuda di Angkola Mandailing Zaman Kuno; Sejarah Moda Transportasi di Kerajaan Aru

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Sebelum ada moda transportasi mesin, moda transportasi di darat adalah menggunakan ‘jasa’ hewan ternak kerbau dan kuda. Orang Arab dan Eropa sangat menghargai kuda yang muncul dalam berbagai simbol. Sedangkan penduduk di Hindia Timur (nusantara) lebih menghargai kerbau dan dijadikan dalam simbol-simbol yang penting. Namun yang jelas kerbau adalah hewan asli yang didomestikasi dari keluarga banteng. Kuda diduga dintroduksi di zaman kuno dari tempat lain. Kerbau adalah hewan serba bisa.

Di wilayah Angkola Mandailing kerbau diternakkan dan digunakan di berbagai tempat. Fungsinya sangat banyak seperti membajak sawah, menarik beban padati sarat-sarat hingga gerobak, tentu saja ukuran dari suatu pesta pada golongan raja-raja. Kerbau sendiri tidak rewel, tahan banting, paling kuat dan penurut sama tuannya. Hal itulah mengapa di berbagai tempat di zaman kuno dijadikan sebagai simbol atau lambang adat termasuk di Angkola Mandailing. Meski kuda tidak sesakral kerbai, kuda juga adalah bagian penting dari sejarah zaman kuno di Angkola Mandailing. Kuda ini ibarat peluru di dataran luas, tetapi juga menjadi moda transportasi terpenting di wilayah yang topografinya berbukit-bukit. Kerbau dan kuda adalah bagian dari sejarah, sejak zaman kuno.

Lantas bagaimana sejarah kerbau dan kuda di Angkola Mandailing? Tentu saja pertanyaan ini, sepintas tidak penting-penting amat. Akan tetapi mengapa kerbau dan kuda kerap dijadikan simbol maka bagaimana sejarah kerbau dan kuda di Angkola Mandailing menjadi penting. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kerbau: Sejarah Perdagangan Awal

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kuda: Sejarah Kerajaan Aru

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: