Senin, Juni 28, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (56): Sejarah Karo dan Kerajaan Aru; Sekte Bhairawa Hilang, Penduduk Batak Kembali ke Agama Asli

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Nama Karo boleh jadi dapat dihubungkan dengan nama yang disebut Haru dalam teks Majapahit Negarakertagama (1365 M). Nama-nama di Sumatra bagian utara yang diidentifikasi Prof Kern (1919) berdasarkan teks Negarakertagama adalah Rekan, Mandahiling, Lawas, Pane, Tamihang, Haru. Kampe, Parllak, Samudra, Lamuri, Barus dan Barat. Meski identifikasi peta yang dibuat Kern masih diragukan, tetapi nama-nama tersebut cukup jelas pada masa kini, kecuali nama Haru yang dipetakan Kern berada di antara Tamihang dan Parllak. Pada peta-peta Portugis nama Haru yang paling mirip di kawasan itu adalah Ambuaru [Ambuaru, Jambuaru; aru dalam bahasa India selatan diartikan sungai; kini Ambuaru diduga Jambu Ayer]

Oleh karena perdagangan di pantai timur India telah menuju Tiongkok, Kerajaan Chola di India selatan melakukan invasi 1022 M dan mencapai selat Malaka (prasasti Tanjore 1030). Nama-nama yang disebut di seputar selat Malaka antara lain Kadaram (Kedah), Sriwijaya, Panai, Malaiyur (Malaka, Ilangasogam [Binanga-Sunggam], Ilamuri-Desam [Lamuri]. Pasca pendudukan Chola, Kerajaan Aru yang beribukota di Binanga dan Kerajaan Sriwijaya (yang telah relokasi dari muara Batanghari ke daerah aliran sungai Musi, Palembang) bangkit kembali. Raja-raja Kerajaan Aru menghianati Hindoe dan kembali ke Boedha tetapi dengan sekte baru yang disebut Schnitger (1935) asebagai agama Boedha Batak sekte Bhairawa. Pada fase inilah terjadi hubungan erat Kerajaan Singhasari yang baru berkembang menggantikan Kerajaan Kadiri, dengan Kerajaan Aru di muara sungai Barumun. Raja terkenal Singhasari Kertanegara menjadi pendukung fanatik sekte Bhairawa. Setelah Kertanegara terbunuh 1392, kemudian terbentuk Kerajaan Majapahit (1293). Sebagaimana Singhasari Kerajaan Mauli di hulu sungai Batanghari juga penganut sekte Bhairawa. Salah satu raja terkenal Kerajaan Mauli (Kerajaan Dharmasraya) Adityawarman yang telah merelokasi ibu kota ke pedalaman [Pagaroejoeng] juga pendukung fanatik sekte Bhairawa. Adityawarman meninggal tahun 1375. Pada era inilah teks Negarakertagama disusun, setahun setelah patih Majapahit, Gajah Mada meninggal.

Lantas bagaimana sejarah Karo dan pengaruh Kerajaan Aru pada zaman kuno? Seperti yang disebut di atas nama Karo yang sekarang mirip dengan nama Haru pada era Majapahit (Negarakertagama). Okelah itu satu hal. Hal yang lebih penting adalah bagaimana sejarah di wilayah Karo yang sekarang pada zaman kuno? Tentulah sejarah Karo berdampingan dengan sejarah Simalungun. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Karo Pada Zaman Kuno: Haru dan Karaw

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kerajaan Aru: Karo, Simalungun, Alas dan Gayo

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

2 komentar:

Teodore mengatakan...

Salam kenal. Perkenalkan saya Theodore Bryan Tarigan, orang Karo yang lahir di Depok. Admin, apakah saya dapat berdiskusi dengan anda?

Saya meragukan bahwa penguasa dan masyarakat Kerajaan Aru/Haru adalah orang Karo.

Akhir Matua Harahap mengatakan...

Tentu saja dapat Bung Teodore, silahkan korespondensi saja pada alamat email di atas. Saya juga baru tahu kalau ada yang mengatakan seperti itu. Beda pendapat tidak masalah bukan? Selamat belajar sejarah.