Jumat, Juni 18, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (46): Catur Zaman Kuno, Permainan Otak Bermula di Angkola Mandailing? Bagaimana Membuktikannya?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Sebelum orang Eropa (Belanda) memperkenalkan permainan catur (cara Eropa) di Hindia Belanda (baca: Indonesia), sudah ada permainan catur pada penduduk asli (berbeda caranya). Namun permainan catur ala penduduk asli itu ditinggalkan dan permainan carur cara Eropa diadopsi melalui orang-orang Eropa (Belanda). Permainan catur cara Eropa itulah yang digunakan di Indonesia hingga masa ini. Dengan demikian pemain-pemain catur Indonesia termasuk dari wilayah Angkola Mandailing (kini Tapanuli Bagian Selatan) dapat bertanding dengan pemain catur lain di seluruh muka bumi.

Pada tahun 1920an penduduk yang berasal dari Tanah Batak, terutama dari Angkola Mandailing (Tapanuli Selatan) sudah banyak di Batavia yang sebagian diantaranya aktif bermain catur. Pada tahun 1926 organisasi orang Batak (Bataksche Bond) di Batavia sudah memiliki klub catur sendiri yang disebut Jong Batak club (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 21-08-1926). Salah satu tokoh utama Bataksche Bond ini adalah Parada Harahap (jurnalis terkenal di Batavia). Organisasi Bataksche Bond didirikan oleh Dr Abdoel Rasjid di Batavia pada tahun 1919.  Dr. Abdoel Rasjid Siregar kelahiran desa Panyanggar, sedangkan Parada Harahap kelahiran desa Pargarutan di Padang Sidempuan. Pada tahun 1930 disebutkan komunitas catur asal Tapanuli sudah  mencapai ratusan orang. Dua pemain catur asal Padang Sidempoean di Batavia adalag Mr. Alinoedin Siregar gelar Radja Enda Boemi, Ph.D kelahiran Batangtoru dan Emil Harahap kelahiran Padang Sidempoean. Anak Emil Harahap ini yang masih belia (15 tahun) sudah masuk klub catur di Batavia. Anak tersebut kelak dikenal sebagai FKN Harahap yang pernah mengalahkan juara catur Belanda 1930 Dr. Max Euwe (FKN Harahap adalah penulis buku Sejarah Catur Indonesia).

Lantas bagaimana sejarah catur zaman kuno di Angkola Mandailing? Seperti disebut di atas, pada tahun 1920an sudah banyak pecatur asal Angkola Mandailing di Batavia. Permainan catur itu diadopsi dari cara bermain catur Eropa. Lalu mengapa begitu banyak peminat catur di Batavia yang berasal dari Tapanuli yang melebihi jumlah pecatur Belanda sendiri? Tentu saja itu karena sudah menjadi permainan yang merakyat di wilayah Tapanuli sejak lama termasuk di wilayah Angkola Mandailing. Suatu permainan otak yang diduga sudah ada sejak zaman kuno. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Permainan Catur ala Batak (Zaman Kuno) vs ala Eropa (Modern)

Sebelum orang Eropa menulis tentang (permainan) catur di Tanah Batak (1905) yang diterbitkan di Jerman, sudah sejak lama permainan catur dikenal di Angkola Mandailing. Semua jenis catur dan pola permainannya di Tanah Batak kurang lebih sama. Secara umum prinsip catur Batak dengan catur Eropa sama, dengan sel (kotak) 64 buah (8x8) tetapi buah catur di Angkola Mandailing bentuknya disederhanakan dengan bahan kayu atau bambu. Untuk membedakan antara black en white (Eropa) dibedakan dengan mengupas sebagian bagian kulit kayu atau bambu (putih). Papan caturnya dapat digurat pada lantai sopo (godang) atau dengan membuat garis di permukaan tanah yang datar (sekitar 100x100 cm).

Papan catur dibuat luas karena buah caturnya dibuat dari bahan kayu atau bambu (hijau). Buah catur dibuat segera sebelum permainan catur dimulai dan meninggalkan atau membuangnya jika beberapa permainan telah dipertandingkan. Dengan ukuran papan catur luas dan ukuran buah catur yang tampak besar akan dapat ditonton banyak orang dari lingkaran lapangan permainan (seperti lingkaran orang menyabung ayam). Catur Eropa, seperti halnya musik, lebih textbook, sedangkan permainan catur Angkola Mandailing lebih banyak improvisasi dengan endgame yang lebih intuitif. Pembukaan catur Angkola Mandailing berbeda dengan Eropa. Pembukaan yang diandalkan di Angkola Mandaiing adalah e2-e4, dan jika lawan memainkan pembukaan tersebut akan dibalas dengan h7-h5 dan demikian seterusnya. Jadi, pembukaan catur Angkola Mandailing seperti halnya di seluruh Tanah Batak berbeda dengan pembukaan catur Eropa.

Lantas darimana pengetahuan permainan catur ini diketahui di Angkola Mandailing? Dalam sejarahnya, permainan catur bermula di India yang kemudian menyebar Eropa (Yunani). Dari India pada era Hindoe Boedha permainan catur ke pantai barat Sumatra (wilayah Tapanuli sekarang). Di (pulau) Jawa sendiri permainan catur ini diduga berawal pada abad ke-8. Ada suatu hikayat ditemukan orang Belanda yang menyatakan ada dua kerajaan di Jawa bagian tengah bertaruh kota dengan permainan catur pada tahun 718 M. Permainan catur ini di Angkola Mandailing dimainkan oleh semua orang tanpa dibedakan, tetapi permainan catur di Jawa hanya terbatas kaum bangsawan. Hal itu boleh jadi yang menyebabkan tidak ada permainan catur di Jawa yang diwariskan (sementara di Tanah Batak masih eksis hingga pada era Hindia Belanda).

Lalu bagaimana permainan catur di Angkola Mandailing dengan di Jawa. Besar dugaan keterkaitan itu bermula sejak Kerajaan Aru di Angkola Mandailing. Sebab berdasarkan data prasasti ada keterkaitan antara Kerajaan Aru dengan Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan di Jawa. Pada prasasti Kedukan Bukit 682 disebutkan raja Dapunta Hyang Nayik dari Binanga (Kerajaan Aru) dengan 20.000 tentara tiba di muara Upang (Bangka) dan mengukuhkan suatu kerajaan (yang diduga kuat Kerajaan Sriwijaya). Pada prasasti Talang Tuo 684 M disebutkan raja Sriwijaya bernama Dapunta Hyang Srinagajaya. Pada prasasti Kota Kapur 686 disebutkan bala tentara (kerajaan) Sriwijaya berangkat untuk menyerang (bumi) Jawa. Berdasarkan keterangan tiga prasasti ini diduga kuat Kerajaan Tarumanagara di Jawa bagian barat yang tidak bersedia kerjasama ditaklukkan dan candi Batujaya hancur, sedangkan kerajaan di Jawa bagian tengah (Kerajaan Kalingga) bekerjasama dengan Kerajaan Sriwijaya dan dibangun candi (desa Karangsari, Rowosari, Kendal) pada abad ke-7. Pada prasasti Sojomerto (desa Sojommerto, Reban, Batang) disebutkan nama raja Dapunta Seilendra. Dalam hal ini pada era yang sama terdapat tiga raja bergelar sama (Dapunta) yakni Dapunta Hyang Nayik (Kerajaan Aru), Dapunta Hyang Srinagajaya (Kerajaan Sriwijaya) dan Dapunta (saja) Seilendra (Kerajaan Kalingga).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pemain-Pemain Catur Angkola Mandailing di Batavia Era Hindia Belanda

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar: