Senin, Mei 24, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (21): Rao, Sejak Era Kerajaan Aru hingga Kerajaan Pagaruyung; Apakah Orang Rao, Batak, Melayu, Minang?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Wilayah Rao, Ophir (Pasaman) dan Air Bangis pada masa ini masuk wilayah provinsi Sumatra Barat. Pada awal Pemerintah Hindia Belanda, wilayah Rao, Ophir dan Air Bangis serta Natal di satu sisi dan Padang Lawas di sisi lain beserta wilayah Mandailing Angkola disatukan dalam satu pemerintahan (Residenti Air Bangis) yang dibedakan dengan pemerintahan di wilayah Melayu (Residentie Padangsche Benedenlanden) dan wilayah Minangkabau (Residentie Padangsche Bovenlanden). Sebagai satu kesatuan wilayah pemerintahan tentu para ahli Belanda telah lebih dahulu menyelidikinya.

Beberapa tahun kemudian, bukan karena tarik menarik kepentingan (pemerintahan), tetapi untuk demi efisiensi pembangunan karena faktor geografis (transportasi dan pengembangan pertanian), Pemerintah Hindia Belanda memisahkan Air Bangis dan Natal di satu sisi dan di sisi lain memisahkan Rao-Ophir dan Mandailing-Angkola. Dalam struktur baru itu Air Bangis dan Rao-Ophir dimasukkan ke wilayah Padangsche Benedenlanden dengan ibu kota di Padang;  Natal dan Mandailing-Angkola dimasukkan ke wilayah Tapanuli dengan ibu kota Sibolga. Satu abad kemudian, karena faktor efisiensi Residentie Padangsche Benedenlanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden dilebur dengan membentuk Residentie West Sumatra (kini wilayah provinsi Sumatra Barat). Di satu pihak Air Bangis dan Natal semakin berjarak dan di pihak lain Rao-Ophir dan Mandailing-Angkola semakin berjarak. Lantas mengapa masih ada struktur kerajaan kecil di Air Bangis dan Rao seperti halnya struktur kerajaan-kerajaan kecil di Mandailing-Angkola dan Padang Lawas. Struktur kerajaan-kerajaan kecil ini mencerminkan struktur kerajaan era Kerajaan Aru daripada struktur laras (era Kerajaan Pagaroejoeng).

Lantas bagaimana sejarah Rao sendiri? Seperti disebut di atas, wilayah berkembang sendirinya seiring dengan perkembangan zaman. Namun demikian, meski Rao dimasukkan ke wilayah Sumatra Barat (seperti halnya Air Bangis), wilayah Rao masih mencerminkan tradisi pemerintahan (kerajaan) pasca berakhirnya Kerajaan Aru. Mengapa demikian? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Rao: Bhairawa dan Aroekan

Nama Rao pada masa kini kerap dipertukarkan Rao atau Rawa. Penduduk berasal dari Rao mengidentifikasi diri sebagai orang Rao. Sejak era VOC (Belanda) orang Rao disebut soekoe Rauw (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1839). Di pantai barat Sumatra (di Natal), orang Rao dibedakan dengan soekoe Minangkabauw, soekoe Padang, soekoe Bandar Sepoeloe, soekoe Atjeh dan soekoe Mandailing. Soekoe  Minangkabauw adalah nama tunggal untuk semua yang berasal dari Agam, Tanah Datar dan Limapuluh Kota (eks wilayah Kerajaan Pagaroejoeng). Orang Rao juga adakalanya dibedakan (dikontraskan) dengan tetangganya orang Mapat Tunggal.

Pada era Kerajaan Pagaroejoeng, sejumlah penuslis membuat daftar kerajaan-kerajaan kecil tetangga seperti Kuntu, Koto Alang, Siguntur, Pulau Punjung, Pasumayan Koto Batu, Bukit Batu Patah, Sungai Pagu, Indrrapura, Jambu Lipo, Taraguang, Dusun Tuo, Bungo Setangkai, Talu (Ophir), Kinali dan Parit Batu (Pasaman). Kerajaan Pagaroejoeng yang semakin kuat, kerajaan-kerajaan kecil tersebut menjadi vassal. Lantas mengapa tidak terdapat dalam daftar tersebut nama Rao dan Air Bangis? Dalam hal ini di sisi lain, Rao, Air Bangis plus Cubadak, Gunung Tuleh, Oedjoeng Gading dan Natal di pantai barat dan di pantai timur seperti Rokan dan Daloe-Daloe adalah klaster lain dalam terbentuknya kerajaan-kerajan baru (yang boleh jadi tidak terkait dengan Kerajaan Pagaroejoeng; tetapi terkait dengan eksistensi Kerajaan Aru di masa lampau).

Wilayah Rao adalah wilayah yang berada di lembah yang terbilang datar, yang mana sungai-sungai yang mengalir menuju ke arah timur yang di hilir membentuk sungai Rokan. Dalam hal ini pada zaman kuno, sungai, gunung, danau dan lembah adalah wujud geografi penting dimana populasi berada (tumbuh dan berkembang) yang mana sungai menjadi navigasi pelayaran perdagangan di pedalaman (yang terintegrasi dengan navigasi pelayaran di muara sungai dan kota-kota pantai lainnya). Dalam konteks inilah wilayah Rao bermula.

Wilayah Rao (dan wilayah Mapattunggal) pada masa kini menggambarkan wilayah administratif di provinsi Sumatera sebagai kabupaten Pasaman dengan ibu kota di Lubuk Sikaping. Sedangkan kabupaten pemekaran (kabupaten Pasaman Barat) menggambarkan wilayah zaman doeloe yang meliputi Talu (Ophir), Parit Batu (Pasaman), Kinali, Air Bangis, Odjoeng Gading (Lembah Malintang) dan Gunung Tuleh. Catatan: Bonjol bukanlah kerajaan di masa lampau, tetapi suatu kampung di lembah Alahan dekat Loeboek Sikaping, yang mulai terkenal sejak terbentuknya sebagai salah satu pusat Padri; bagian dari wilayah independen di luar batas wilayah yurisdiksi Kerajaan Pagaroejoeng. Sementara kampong Parit Batu adalah kerajaan Pasaman di muara sungai Pasaman yang selokasi ke kampong Parit Batu (yang pada saar awal Padri menjadi salah satu pusat). Sedangkan Kinali (diantara Pasaman dan Tiku) adalah kerajaan baru yang berasal-usul dari penduduk di Barus.

Wilayah Rao sebagai wilayah independen pada era Kerajaan Pagaroejoeng, berbatasan di sebelah utara wilayah Mandailing dan Angkola, dan di sebelah timur berbatasan dengan Padang Lawas dan Rokan. Seperti disebut di atas, di sebelah barat adalah wilayah Gunung Tuleh dan Talu (Ophir) dan di sebelah selatan adalah wilayah Agam (Kerajaan Pagaroejoeng). Dengan demikian, secara geografis dan juga secara sosiologis wilayah Rao lebih dekat ke wilayah Melayu (timur) dan ke wilayah Batak-Mandailing (barat). Arus perdagangan zaman kuno wilayah Rao menuju ke timur di Rokan dan menuju ke barat di Oedjoeng Gading. Dengan demikian intensitas arus perdagangan wilayah Rao bersinggungan dengan wilayah perdagangan Kerajaan Aru (Batak Kingdom) daripada Kerajaan Minangkabau (Pagaroejoeng).

Apa keutamaan wilayah Rao di zaman kuno, seperti halnya wilayah Pasaman (Ophir) dan wilayah Mandailing adalah sentra pertambangan (produksi) emas yang menyebabkan pedagang-pedagang India berdatangan dengan membawa peradaban, jauh sebelum terbentuknya kerajaan Melayu, kerajaang Minangkabau di hulu sungai Batanghari (kini Dharmasraya). Emas, gading dan kamper di ekspor dari pelabuah Barus di pantai barat dan di pantai timur ke berbagai pelabuhan di muara sungai Rokan dan muara sungai Barumun. Sungai-sungai di wilayah Rao bersama-sama sungai dari wilayah Mandailing (Kotanopan dan Muarasipongi menuju ke sungai Rokan. Sementara itu, dari wilayah Rao juga produksi mengalir ke hulu sungai Siak dan hulu sungai Kampar (candi Muara Takus).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kerajaan Rao: Di Tengah Empat Mata Angin

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: