Jumat, Januari 13, 2012

Fa. Sibualbuali, PT. ALS (Antar Lintas Sumatera) dan CV. Sampagul dari Tapanuli Selatan: Pionir Bis Jarak Jauh (Long Distance Bus) di Indonesia


Sibualbuali: Pionir Lintas Sumatra dari Padang Sidempuan

Bis Sibualbuali 1970an (foto:panorama.com)
Jauh sebelum Indonesia merdeka, di Tapanuli Selatan telah berdiri sebuah  perusahaan angkutan (bis) yang dinamai Fa. Sibualbuali (nama gunung di Sipirok). Perusahaan bis ini didirikan secara resmi oleh Sutan Pangurabaan Pane di Sipirok pada tanggal 1 Januari 1937. Namun sebelumnya beliau adalah pengusaha hasil-hasil bumi yang handal yang tidak hanya beroperasi di Sipirok/Padang Sidempuan tetapi juga di Kotanopan/Muara Sipongi. Uniknya, latar belakang Sutan Pangurabaan Pane adalah seorang guru dan sastrawan lokal di Tapanuli Selatan yang dikemudian hari beliau lebih dikenal sebagai ayah dari tokoh-tokoh terkenal berikut: Sanusi Pane, Armijn Pane dan Lafran Pane. [Lihat: "Willem Iskander dan Lahirnya Tokoh-Tokoh Sastrawan Nasional dari Tapanuli Bagian Selatan"]
Kota Sipirok 1937 (Foto:KITLV,NL)
Kekhususan bis Sibualbuali ini di masa-masa awal lahirnya bis jarak jauh (long distance bus) karena moda transportasi dari dan ke daerah Tapanuli Selatan hanya satu-satunya dengan jalan darat. Kota Sipirok/Padang Sidempuan yang berada di pedalaman Sumatra (utara) yang jaraknya sangat jauh dengan kota-kota besar seperti Medan, Padang dan Pekanbaru (rata-rata 12 jam pada masa kini). Berbeda dengan di daerah lain yang moda trasnportasinya sudah jauh berkembang apalagi pada moda transportasi laut dan kereta api. Hasil bumi yang melimpah di masa lalu (utamanya kopi) menjadi pemicu dan yang menjadi sumber biaya pendirian usaha-usaha jasa angkutan bis di Tapanuli Selatan. Disamping itu, masyarakat Tapanuli Selatan yang sudah lama mengecap pendidikan menumbuhkan minat para warga untuk mengarungi daerah-daerah lain yang lebih jauh. Tokoh penting untuk mengembangkan bus lokal ini menjadi bus bertaraf nasional pada awal 1950 adalah Kario Siregar, yang waktu itu bertindak sebagai Direektur Utama Fa Sibualbuali (Kario Siregar adalah ayah dari mantan Gubernur Sumatra Utara, Radja Inal Siregar).   

Penampilan bis Sibualbuali pada waktu itu sesungguhnya sangat bersahaja (lihat foto, penampilan bis tahun 1970an). Desain kabin bis  hanya berupa konstruksi kotak buatan ‘karoseri’ Sipirok, dengan jendela kiri kanan, penutup jendela dari kanvas tebal warna coklat tua. Namun demikian, mesin dan chasis yang digunakan bis ini nomor wahid  buatan Amerika yang di produksi oleh General Motor Company (GMC). Konon mesin GMC ini  terkenal sangat 'bandel' untuk medan yang sulit sekalipun. Dengan ruang jelajah yang sangat berat dan berbahaya apalagi  setir bis yang belum dilengkapi  powersteering sudah tentu sopir yang dibutuhkan adalah orang yang berani dan handal (baik dalam menjalankan bis maupun memperbaikinya jika terjadi kerusakan selama perjalanan khususnya pada mesin).   

Terminal bis Padang Sidempuan 1936-1939 (foto: KITLV.NL)
Pada awal pendiriannya armada bis Sibualbuali melayani angkutan penumpang dan barang dengan tujuan jarak pendek ke beberapa tempat di wilayah selatan Sumatera Utara seperti Muara Sipongi, Natal, Sibolga dan Tarutung. Untuk tujuan jarak jauh bis Sibualbuali dengan tujuan utama Pematang Siantar dan Kota Medan dengan pool bis di Padang Sidempuan. Besar kemungkinan peran bis Sibualbuali ini sangat penting masa itu dalam melayani masyarakat Tapanuli Selatan bermigrasi ke Tanah Deli (Medan).

Terminal bis Padang Sidempuan, 1970an
Sukses armada bis Sibualbuali setelah merdeka di seputar Sumatra Utara, Sibualbuali memperpanjang trayek menuju Air Bangis, Bukit Tinggi dan Padang. Kemudian disusul dengan trayek untuk Muara Bungo, Sungai Penuh dan Jambi yang selanjutnya hingga ke Palembang. Inilah salah satu bentuk adventure bis Sibualbuali di pedalaman Pulau Sumatera.yang mampu ‘menerabas’ jalan-jalan perintis yang sempit, berbatu, berlumpur dan jurang yang dalam di sisi-sisi jalan. Sukses Sibualbuali akhirnya sampai ke Tanjung Karang/Pelabuhan Panjang yang menobatkan dirinya sebagai pionir bis jarak jauh yang mampu mengarungi jalan-jalan di Sumatera dengan medan yang masih penuh hutan belantara.  

Terminas bis Padang Sidempuan 1960-1970 (foto: internet
Sekitar tahun 1972, penulis pernah memiliki pengalaman khusus dengan bis Sibualbuali.  Umur penulis saat itu sekitar 7 tahun. Pada tahun itu penulis dan keluarga mengantarkan dan melepas Tulang (Paman)   yang akan berangkat ke Jambi melanjutkan sekolah dengan menumpang bis Sibuabuali. Bus yang di tumpanginya saat itu persis seperti yang tertera pada gambar di atas. Dibutuhkan waktu seminggu untuk sampai ke Jambi pada masa itu.  Kesan paling mendalam dibenak penulis sampai sekarang adalah bahwa, para operator bis paham betul bahwa mereka akan melintasi medan jalan yang sangat berat.  Karena itu, bis  dilengkapi dengan alat-alat seperti; slink, kayu-kayu balok, sekop, pacul, jerigen minyak, ban serap lebih dari satu, serta alat bantu lainnya.  Alat-alat tersebut  ditempatkan di bagian belakang bis agar mudah diambil jika saatnya di butuhkan.

ALS: Raja Lintas Sumatra Pindah Markas dari Kotanopan ke Medan

Cerita sukses bis Sibualbuali menjelajahi lintas Sumatera, memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan usaha jasa angkutan di Tapanuli Bagian Selatan.  Sejumlah nama usaha jasa angkutan bis pun mulai bermunculan untuk mengikuti jejak sukses Sibualbuali. PT. ALS adalah salah satu perusahaan yang benar-benar serius mengikuti sukses Sibualbuali. PT. ALS sendiri didirikan di Kotanopan tahun 1966. Armada bis ALS pada awalnya mengambil trayek gemuk Muara Sipongi/Kotanopan tujuan Medan yang jauh sebelumnya menjadi trayek perluasan Sibualbuali. Dalam perkembangannya, ALS semakin maju pesat dan sukses ALS seakan menggantikan sukses Sibualbuali sebelumnya. ALS pun memindahkan markasnya dari Kotanopan ke Medan dengan trayek utama Medan-Kotanopan dengan visi misi memperluas jangkauan yang sesuai dengan namanya (antar lintas Sumatra).   

Strategi bisnis ALS ini tampaknya berhasil. ALS berkembang secara geometris sementara Sibualbuali hanya tumbuh secara aritmetika. ALS pada awalnya mengikuti jalur tradisional Sibualbuali tetapi juga membuka jalur ke semua arah termasuk ke Banda Aceh, Pekan Baru dan Bengkulu. Otomatis ALS telah mencapai semua sudut-sudut tujuan akhir perjalanan bis di Sumatra. Pada puncak kesuksesan ALS ini jiwa adventure Sibualbuali mulai mengendor dan akhirnya Sibualbuali tampaknya ‘menyerah’ dan hanya menyisakan jalur untuk Padang Sidempuan-Medan dan Medan-Palembang serta Medan-Pekanbaru. ALS semakin menggila dan mampu menembus batas Sumatra hingga ke Jakarta dan bahkan Surabaya dan Denpasar (Bali).

Sampagul: Konsekuensi Persaingan Sibualbuali vs ALS

Dari sejumlah perusahaan bis skala kecil di Tapanuli Selatan, hanya Sampagul yang memiliki motivasi mengikuti sukses Sibualbuali dan ALS [nama sampagul diambil dari semboyan 'siala sampagul']. Jalur lintas Sumatra Sibualbuali telah lama berakhir dan jalur lintas Sumatra ALS semakin berkibar dan mencapai puncaknya. Pemindahan markas ALS ke Medan tidak menguntungkan letak posisi Padang Sidempuan yang berada hanya di lintasan ALS trayek Medan-Jakarta. Akibatnya penumpang dari Padang Sidempuan khususnya dan Tapanuli Selatan umumnya tidak mendapat tempat di ALS yang sudah penuh dari Medan menuju Jakarta.

Tabel-1. Perusahaan Otobis di Tapanuli Selatan
No
Nama Perusahaan Otobis
Keterangan
1
Antar Lintas Sumatera (ALS)
Masih beroperasi
2
Sampagul
Masih beroperasi
3
Mawar Selatan
Masih beroperasi
4
Barumun
Masih beroperasi
5
Lubuk Raya
Masih beroperasi
6
Subualbuali
Masih beroperasi
7
Sanggarudang
Masih beroperasi
8
Batang Pane
Masih beroperasi
9
Aek Batanggadis Sejati (ABS)
Tidak  beroperasi
10
Aek Badak Sejati (ABADAS)
Tidak  beroperasi
11
Atom
Tidak  beroperasi
12
PMTS (Persatuan Motor Tapanuli Selatan)
Tidak beroperasi
13
Adian Bania
Tidak beroperasi
14
Nabana Tour
Masih beroperasi
15
Satu Nusa
Masih beroperasi

Bagi calon penumpang untuk tujuan Jakarta, harapan terhadap Sibualbuali sirna dan mati langkah, sementara ALS justru melompat dan hanya melewati bumi Tapanuli Selatan. Pool ALS terdekat hanya ada di Medan dan Padang. Konsekuensi logisnya calon penumpang Padang Sidempuan dan sekitarnya hanya mendapat sisa tempat di bis-bis yang dari Banda Aceh dan Medan. Segmen pasar inilah yang dilirik Sampagul untuk naik kelas menjadi bis jarak jauh baik untuk menuju Medan maupun untuk menuju Jakarta.

Pada tahun 1985 bis Sampagul melakukan launching untuk jalur khusus Padang  Sidempuan-Jakarta dengan kantor pusat di Padang Sidempuan. Sambutan yang meriah datang dari warga Tapanuli Selatan dan tidak terkecuali calon penumpang yang berada di Kotanopan (markas asal ALS). Sampagul mengisi kekosongan segmen pasar penumpang di Tapanuli Bagian Selatan, yang tidak mampu dipenuhi secara tuntas oleh Sibualbuali. Mungkin ALS berterimakasih pada Sampagul karena strateginya memindahkan markas ke Medan membuat calon penumpang Tapanuli Selatan sedikit merana untuk jalur perjalanan jarak jauh menjadi teratasi. Karenanya antara Sampagul dan ALS hubungannya tetap baik-baik saja dari dulu hingga sekarang. Di jalan saling melindungi dan saling memberi jalan untuk perkembangan usaha masing-masing. Bukankah keduanya berasal dari daerah yang sama di Tapanuli Bagian Selatan. Bravo ALS, Bravo Sampagul.

***
Terlepas dari nama-nama jasa angkutan yang telah berhasil meretas jalur lintas Sumatera,  yang menjadi catatan dalam tulisan  ini adalah bahwa, betapa jiwa Adventure, jiwa pionir dan keberanian masyarakat Tapanuli Selatan sebagai pelaku usaha jasa angkutan pada 50 tahun lalu. Hal tersebut telah memberikan inspirasi bagi pelaku usaha di daerah lain di luar Tapanuli Selatan. Transportasi merupakan sarana penting dalam membantu roda perekonomian. Suatu daerah tidak dapat berdiri sendiri, suatu daerah akan membutuhkan daerah lain.  Sebagai penghubung antar daerah tersebut dibutuhkan sarana transportasi, baik prasarana jalan maupun sarana alat transportasi. 

Rute bis jarak jauh di Tapanuli 1929  (Peta:KITLV.NL)

Kota Padangsidempuan adalah salah satu tempat yang khusus (terminal) di Indonesia yang dapat memberikan gambaran awal tentang sejarah perkembangan transportasi di Tapanuli Bagian Selatan khususnya dan di Sumatra umumnya. Sibualbuali telah memulainya sekalipun dengan susah payah dan pada akhirnya telah diselesaikan dengan baik oleh ALS dan Sampagul. Inilah sebuah bentuk kontribusi nyata dari daerah Tapanuli Selatan dalam dunia transportasi nasional khususnya untuk jenis angkutan bis umum di nusantara ini. Setiap membicarakan perkembangan bis jarak jauh (long distance bus) di Indonesia pada masa kini, pada saat itu pula kita teringat dengan Sibualbuali sebagai pionir dan ALS sebagai rajanya bis jarak jauh di jalur lintas Sumatera dari masa ke masa (Oleh Mahmulsyah Daulay dan Akhir Matua Harahap)
--------------

Rute Awal Lintas Sumatera dari Padang Sidempuan oleh Sibualbuali.


Bis Sibualbuali di Bukitttinggi 1950an (foto:daluangstore.blogspot.com)
0. Sipirok

1a. Kotanopan dan Muara Sipongi

1b. Kotanopan dan Muara Sipongi, Bukit Tinggi

2a. Sibolga, Tarutung, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Medan

2b. Sibolga, Tarutung, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Medan, Kota Raja (Nama banda Aceh sebelumnya)

3a. Bukit Tinggi, Padang

3b. Bukit Tinggi, Padang, Sungai Penuh

4. Bukit Tinggi, Payakumbuh, Bangkinang, Pekanbaru

5a. Bukit Tinggi, Padang, Sungai Penuh, Bangko, Sarolangun, Lubuk Linggau, Lahat, Muara Enim, Prabumulih, Palembang

5b. Bukit Tinggi, Padang, Sungai Penuh, Bangko, Sarolangun, Lubuk Linggau, Lahat, Muara Enim, Batu Raja, Kotabumi, Tanjung Karang dan Pelabuhan Panjang

6. Gunung Tua, Rantau Prapat, Kisaran, Tebing Tinggi, Medan (Rute alternatif)

7. Sipirok, Tarutung, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Medan (Rute 2 via Sibolga, dihapus)

8. Bukit Tinggi, Padang Panjang, Solok, Muara Bungo, Muara Tebo, Muara Bulian, Jambi

9. Sibuhuan, Pasar Pangarayan, Bangkinang, Pekanbaru

10a. Gunung Tua, Kota Pinang, Dumai

10b. Gunung Tua, Kota Pinang, Pekanbaru (Rute alternatif)

11a. Bukit Tinggi, Padang Panjang, Solok, Muara Bungo, Bangko, Sarolangun, Lubuk Linggau, Lahat, Muara Enim, Batu Raja, Kotabumi, Tanjung Karang dan Pelabuhan Panjang (Rute 5b via Sungai Penuh, dihapus).

11b. Bukit Tinggi, Padang Panjang, Solok, Muara Bungo, Bangko, Sarolangun, Lubuk Linggau, Lahat, Muara Enim, Batu Raja, Kotabumi, Bandar Lampung, (Nama Tanjung Karang sebelumnya) dan Bakauheni (Rute 11a via Pelabuhan Panjang, dihapus).

12. Bukit Tinggi, Padang Panjang, Solok, Muara Bungo, Bangko, Sarolangun, Lubuk Linggau, Lahat, Muara Enim, Batu Raja, Kotabumi, Bandar Lampung, dan Bakauheni, Merak, Jakarta (masa kini)


Tidak ada komentar: