Tapanuli
adalah sebutan untuk daerah di pantai barat Sumatera Utara yang asal katanya
dari "Tapian Nauli". Pada tahun 1980 penduduk daerah yang disebut Tapanuli
ini berjumlah 1.666.654 jiwa. Dengan luas wilayah 32.358 Km2 maka kepadatan
penduduk di wilayah Tapanuli sebesar 51 jiwa/Km2. Ini terbilang sangat jarang.
Secara
teoritis penduduk Tapanuli setelah 30 tahun pada tahun 2010 adalah sebanyak 2.444.658 jiwa.
Dengan kata lain penduduk wilayah Tapanuli bertambah sebanyak 778.004 dalam
tiga puluh tahun. Namun kini kenyataannya di tahun 2010, daerah Tapanuli yang hanya
teridentifikasi dari tiga nama kabupaten: Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli
Tengah dan Tapanuli Selatan luas wilayahnya hanya tersisa menjadi 10.362 Km2
dengan jumlah penduduk sebanyak 853.967 jiwa.
No
|
Kabupaten
|
1980
|
1990
|
2000
|
2010
|
1
|
Tapanuli
Selatan
|
757.159
|
954.332
|
724.188
|
264.108
|
2
|
Tapanuli
Tengah
|
167.161
|
210.021
|
244.673
|
310.962
|
3
|
Tapanuli
Utara
|
682.437
|
695.777
|
407.710
|
278.897
|
Jumlah
|
1.666.654
|
1.860.130
|
1.376.571
|
853.967
|
Ini
artinya ada sebanyak 1.590.691 jiwa yang berubah status nama dari penduduk
Tapanuli menjadi bukan penduduk Tapanuli. Jumlah penduduk sebanyak tersebut di
tahun 2010 telah menggunakan nama baru, yang sebarannya sebagai berikut:
1
|
Padang Lawas Utara
|
223.049
|
2
|
Padang Lawas
|
223.480
|
3
|
Mandaling Natal
|
403.894
|
4
|
Padang Sidempuan
|
191.554
|
5
|
Sibolga
|
84.444
|
6
|
Toba Samosir
|
172.933
|
7
|
Humbang Hasundutan
|
171.687
|
8
|
Samosir
|
119.650
|
Jumlah
|
1.590.691
|
Apa
artinya ini dalam jangka panjang. Nama Tapanuli akan tetap teridentifikasi di
dalam peta nusantara, tetapi lambat laun semua orang hanya mengenal tiga kabupaten tersebut yang dikenal
sebagai daerah Tapanuli. Sementara persoalan yang sama tidak terjadi untuk
daerah Labuhan Batu (plus Labuhan Batu Utara dan Labuhan Batu Selatan) dan Nias
(plus Nias Utara dan Nias Barat). Sedangkan sebaliknya terjadi untuk Padang
Lawas (plus Padang Lawas Utara) dan Samosir (plus Toba Samosir) sebagai daerah identifikasi
baru. Yang cukup menarik adalah daerah Mandailing Natal yang kini di tahun 2010
jumlah penduduk sebanyak 403.894 jiwa kemungkinan pemekaran terjadi. Rencana wilayah
pemekaran yang dimaksud adalah Natal Mandailing. Namun dari dua wilayah ini
akan tetap terjaga identifikasinya sebagai daerah Mandailing Natal (kabupaten lama) atau Natal
Mandailing (calon kabupaten baru).
Pertanyaannya:
Mengapa pemakaian nama Tapanuli tidak bertambah sepanjang masa? Dengan
mengabaikan Sibolga dan Padang Sidempuan (sebagai kota), mengapa nama-nama
kabupaten yang ada sekarang tidak menggunakan nama Tapanuli melainkan nama-nama
baru, yakni: Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Mandailing Natal, Toba Samosir, Humbang
Hasundutan dan Samosir. Pertanyaan ini tampaknya menjadi relevan jika dikaitkan dengan gonjang-ganjing
pembentukan provinsi baru di Sumatera Utara belakangan ini. Di satu pihak pemekaran Provinsi Sumatera Utara
dengan mengusung nama Provinsi Tapanuli (Protap), di pihak lainnya ingin memberi nama
baru sebagai Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) atau Sumatera Tenggara. Masalahnya, jika nama yang
dipilih adalah Sumatera Tenggara, maka dengan sendirinya kata Tapanuli akan
hilang. Akan tetapi jika Tapanuli Bagian Selatan yang digunakan maka ada dua
pihak yang tetap menginginkan nama Tapanuli. Pertanyaan berikutnya: Seberapa menarikkah
nama Tapanuli untuk dijadikan sebagai identifikasi baru dalam penamaan sebuah provinsi baru?
Silahkan jawab sendiri***Akhir Matua Harahap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar