Kamis, Mei 06, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (2):Pusat Peradaban Angkola Mandailing Zaman Kuno Berada Dimana? Danau Siais hingga Danau Siabu

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Pada masa ini di Tapanuli (bagian) Selatan pusat pertumbuhan ekonomi berada di lima kota: Padang Sidempuan, Panyabungan, Gunung Tua, Sibuhuan dan Sipirok. Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, maka ke depan kota-kota itu akan menjadi pusat perkembangan sosial (modernisasi). Garis pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial merupakan garis continuu dari masa lampau (era kolonial dan era-era sebelumnya). Namun dalam hal ini kita tidak berbicara tentang era masa depan, tetapi era masa lampau di zaman kuno dimana berada pusat peradaban Angkola dan Mandailing.

Pada masa ini, Padang Sidempuan sudah sebagai wilayah Kota. Panyabungan (ibu kota Kabupaten Mandailing dan Natal), Gunung Tua (ibu kota Kabupaten Padang Lawas Utara), Sibuhuan (ibu kota Kabupaten Padang Lawas) dan Sipirok (ibu kota Kabupaten Tapanuli Selatan). Sebagai ibu kota wilayah, sudah barang tentu akan terhubung dengan jaringan transportasi yang dapat mendorong pertumbuhan baru diantara kota-kota tersebut. Seperti itulah awalnya di era kolonial (Hindia Belanda) bermula di dua kota Natal  di pantai (1827) dan Kotanopan di pedalaman (1833). Lalu kemudian dari Kotanopan relokasi ke Panjaboengan (1840) yang kemudian pada tahun 1879 dari Panjaboengan relokasi ke Padang Sidempoean. Paralel dengan awal di Panjaboengan, di wilayah Padang Lawas bermula di Portibi yang kemudian pada tahun 1875 relokasi ke Goenoeng Toea (Padang Bolak). Pada tahun 1885 muncul Sipirok (Angkola Dolok) dan Siboehoean (Padang Lawas).

Pada zaman kuno, sesungguhnya pusat peradaban Angkola Mandailing berada dimana? Pertanyaan ini tentulah sangat manarik karena pada awal era Hindia Belanda pertumbuhan kota dimulai di Kotanopan dan Panjaboengan (onderafdeeling Mandailing) yang diawali di Natal (afdeeling Natal) dan di Pijorkoling dan Padang Sidempoean (onderafdeeling Angkola). Namun yang berkembang pesat hanya di dua area: Panjaboengan dan Padang Sidempoean. Pertanyaannya: apakah dua kota ini merupakan representasi pusat wilayah  peradaban zaman kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Danau Siais hingga Danau Siabu

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pusat Peradaban Angkola Mandailing

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: