Kota Padang Sidempuan sesungguhnya adalah kota tua. Secara teknis (planologi) Kota Padang Sidempoean dibentuk pada tahun 1840. Itu berarti Kota Padang Sidempuan sudah berumur 177 tahun. Pada tahun 1870 Kota Padang Sidempoean ditingkatkan menjadi ibukota residentie (setingkat provinsi) hanya dalam tempo 30 tahun. Kota Padang Sidempoean lalu berkembang secara pesat dan tampak begitu besar (lihat Peta Kota Padang Sidempoean 1880). Saat itu Kota Padang Sidempoean sudah menjadi kota besar, sementara Medan sendiri masih sebuah kampong. Hebatnya lagi, pada saat itu bahkan Kota Padang Sidempoean bersanding dengan Kota Padang. Jika Kota Padang sebagai kota terbesar, maka Kota Padang Sidempoean adalah kota terbesar kedua di Sumatra. Ini mengindikasikan bahwa Kota Padang Sidempoean begitu pesat perkembangannya saat itu, hanya dalam tempo 30 tahun dari sebuah kampong Padang Sidempoean telah menjadi kota besar.
Dua kota terbesar di Sumatra tempo doeloe (1875-1880) |
Kota
Padang Sidempuan sudah saatnya bangkit untuk mengejar ketertinggalan jika
dibandingkan dengan kota-kota lain. Namun itu tidak mudah, akan tetapi masih
dapat dilakukan dengan cara-cara yang tepat. Kesesuaian program-program
pembangunan inilah yang saat ini memang benar-benar dibutuhkan Kota Padang
Sidempuan. Satu hal, terimplementasikannya program-program yang tepat, secara
empiris sangat ditentukan oleh siapa yang memimpin, yang dalam hal ini siapa
yang menjadi Wali Kota.
Saya memahami
betul Kota Padang Sidempuan dalam 30 tahun terakhir karena saya terus
mengikutinya dan juga terus tanpa henti mempelajari situasi dan kondisi sosial,
ekonomi dan budayanya. Saya juga memahami sejarah masa lampau Kota Padang
Sidempoean, sebagaimana saya juga telah mempelajari kota-kota lain seperti Kota
Medan, Kota Padang, Kota Jakarta, Kota Bandung, Kota Bogor dan Kota Depok. Namun
semua itu, hanya ada dalam pengetahuan saya sendiri sebagai program pembangunan
tanpa pernah diwujudkan dalam praktek.
Saya Hanya
Mengenal Rusydi Nasution
Terus
terang saya belum pernah mengenal siapa pun yang pernah menjadi Wali Kota
Padang Sidempuan dalam 30 tahun terakhir ini. Demikian juga saya tidak pernah
mengenal siapa yang pernah menjadi kandidat dalam pemilihan kepala daerah
(Pilkada) Kota Padang Sidempiuan. Saya hanya mengenal dengan baik salah satu
kandidat Wali Kota Padang Sidempuan yakni Rusydi Nasution.
Dalam hal ini
saya tidak dalam kaitan berpolitik. Politik bukan ranah keahlian dan peminatan
saya. Ini hanya semata-mata karena hanya Rusydi Nasution yang saya kenal. Bagaimana saya mengenal Rusydi Nasution sudah
pernah saya tulis dalam blog ini (Klik Disini). Azas
ini akan berlaku kepada yang lain jika saya kenal mereka. Oleh karena itu saya
dalam hal ini tidak dalam posisi mendorong salah satu diantara para kandidat.
Semua kandidat sudah barang tentu memiliki motivasi untuk membangun kotanya.
Sebagai
suatu aspirasi untuk turut membangun Kota Padang Sidempuan, saya berhak untuk
itu karena Kota Padang Sidempuan adalah kota tempat kelahiran saya. Paling
tidak dalam hal pemikiran. Akan tetapi secara politik saya tidak memiliki suara
dalam pemilihan karena saya bukan warga Kota Padang Sidempuan.
Siapa pun yang
menjadi terpilih sebagai Wali Kota Padang Sidempuan sama baiknya. Dari sudut
padang saya, hanya Rusydi Nasution yang saya anggap saya bisa memiliki jalur
komunikasi langsung. Saya bisa setiap saat menulis program apa saja yang saya
anggap tepat untuk setiap aspek dalam pembangunan kota yang segera saya email
dari jauh kepadanya. Bahwa program mana yang dipilihnya adalah otoritasnya.
Saya hanya bisa mengirim berbagai pilihan program. Soal program yang saya kirim
tidak digubrisnya itu masalah lain. Sekali lagi, hanya kepada Rusydi Nasution
saya bisa mengirimkan kapan saja. Hanya melalui Rusydi Nasution saya memiliki
jalur pemikiran, bukan jalur politik, karena saya bukan warga kota dan saya
bukan bagian dari tim suksesnya.
Meski
saya percaya semua kandidat Wali Kota Padang Sidempoean berkualitas (karena
telah dipilih dan ditetapkan oleh partai pengusungnya), namun demikian, sekali
lagi, saya hanya mengenal Rusydi Nasution. Spesifiknya saya hanya mengenal Rusydi
Nasution dalam cara berpikir bagaimana membangun Kota Padang Sidempoean.
Bagaimana Rusydi Nasution berpikir dan memikirkannya, kebetulan sesuai dengan
cara saya memikirkan. Oleh karenanya, dari sudut saya, sejumlah pemikiran dari
saya dapat leluasa saya emailkan, terserah apakah email saya digubris atau
tidak. Yang jelas, hak saya sebagai orang yang dilahirkan di Kota Padang
Sidempuan, buah pemikiran saya sudah disampaikan.
Ketika Medan masih kampong, Padang Sidempoean sudah kota |
Depok,
11 Oktober 2017
Akhir
Matua Harahap
Pengajar dan Peneliti
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia
1 komentar:
Terima kasih sahabatku akhir matua sharing informasi mengenai sejarah pendidikan di Tabagsel, semoga pak akhir menulis info tentang pendidikan di tabagsel dari dulu hingga sekarang, sehingga peta pendidikan di Tabagsel utamanya kota kita, Padang Sidempua, bisa tulisan pak akhir menjadi rujukan bagi rakayt Padang Sidempuan maupun di luar Padang Sidempuan.
Dari Kholid Daulay
Tinggal di kota Padang Sidempuan.
Posting Komentar