*Untuk melihat semua artikel Sejarah Batang Toru di blog ini Klik Disini
Nama Garoga merujuk pada beberapa entitas administratif di Sumatera Utara, dengan peristiwa terbaru yang menonjol terjadi di Kabupaten Tapanuli Selatan pada akhir tahun 2025. Menurut kamus Angkola en Mandailing Bataksch-Nederlandsch Woordenboek door HJ Eggink tahun 1936: “garoga”, dihubungkan dengan, tano garoga, tanah berbatu. Di Tapanuli Selatan, juga ada nama tanaman “galoga” (tanaman gelagah, Saccharum spontaneum). Menurut kamus HJ Eggink: “galoga” adalah buluh (buluh tolong): “tolong do galoga, moeda manolong angkon pola”. Tanaman “galoga” ini kerap ditemukan di pinggir sungai (tanah berpasir/berkerikil).
Desa Garoga, Kabupaten Tapanuli Selatan: Desa Garoga yang terletak di Kecamatan Batang Toru mengalami bencana besar pada 25 November 2025. Kondisi Terkini (Desember 2025): Desa ini dilaporkan "lenyap" atau menjadi seperti desa mati akibat banjir bandang dan longsor yang membawa material gelondongan kayu. Dampak Bencana: Diperkirakan sekitar 140 rumah hanyut tersapu arus, dan banyak bangunan lain termasuk sekolah serta tempat ibadah hancur tertimbun tanah. Ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal dan akses jalan sempat terputus total. Bantuan: Hingga pertengahan Desember 2025, pemerintah melalui Kementerian ESDM telah mengirimkan ratusan tenda darurat untuk pengungsi (AI Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah mengenang desa Aek Garoga tempo “doeloe”? Seperti disebut di atas, desa Garoga yang terletak di Kecamatan Batang Toru mengalami bencana besar pada 25 November 2025. Bencana tersebut adalah banjir dan dalam konteks itulah ada baiknya dihubungkan sengan sejarah bandjir tempo doeloe era Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah mengenang desa Aek Garoga tempo “doeloe”? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
