Senin, Juli 12, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (70): Sastra dan Tradisi Mangkobar di Angkola Mandailing; Kisah-Kisah Penciptaan pada Zaman Kuno

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Yang mana lebih dulu ada, sastra Angkola Mandailing dibandingkan kisah-kisah penciptaan? Yang jelas tradisi mangkobar adalah awal terbentuiknya sastra. Salah satu bentuk sastra di Angkola Mandailing adalah kisah-kisah penciptaan (asal-usul). Tradisi mangkobar sendiri adalah proses komunkasi lisan dalam perilaku dan budaya (adat istiadat). Kebudayaan inti orang Angkola Mandailing adalah adat dalihan na tolu. Sejak kapan proses komunkasi mengkobar ini sudah barang tentu sejak zaman kuno. Oleh karena itu kisah-kisah penciptaan adalah produksi sastra (apakah kejadiannya benar atau tidak). Dalam tradisi mengkobar ini lahir para tukang cerita (parturi). Tema-tema turi-turian antara lain kisah-kisah penciptaan.

Salah satu bentuk sastra yang terkenal di Tanah Batak adalah mitologi tentang penciptaan di wilayah Toba yang disebut dalam buku Pustaha Batak: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak yang dikarang oleh WM Hutagalung pada tahun 1926. Dalam buku itu diceritakan bahwa para penghuni langit secara beramai-ramai turun ke bumi melalui puncak Pusuk Buhit lalu menuju Sianjur Mula Mula. Mula Jadi Na Nolon kembali ke langit yang iringi Raja Odap Odap dan si Boru Deak Parujar. Debata Asi Asi dan Raja Inggot Paung berdiam di Sianjur Mula Mula untuk mengawasi Raja Ihat Manisia dan Boru Itam Manisia. Pasangan ini kemudian menurunkan generasi hingga hingga lahirnya Si Raja Batak di Sianjur Mula Mula. Menurut buku tersebut Sianjur Mula Mula menjadi pusat peradaban dan awal penyebaran penduduk. Kisah ini mirip pakem agama-agama dalam penciptaan. Di tetap karena manusia, karena dari sanalah manusia menyebar seluruh penjuru bumi dengan terbentuknya marga-marga. Kisah penciptaan ini juga ditemukan di wilayah Mandailing yakni Si Baroar yang menurunkan marga Nasution dan kisah Na Mora Pande Bosi yang menurunkan marga Lubis. Tentu saja banyak kisah-kisah lain yang dapat dianggap sastra zaman kuno (mitologi) seperti Si Sampuraga (Siladang).

Lantas bagaimana sejarah sastra di Angkola Mandailing? Seperti disebut di atas terbentuk dari tradisi mengkobar. Dalam perkembangan sastra itu sendiri terbentuk macam-macam jenis yang berawal dari kisah (mitologi) dan kemudian berkembang lagi dalam bentuk turi-turian yang lain. Tentu saja jenis sastra di Angkola Mandailing tidak hanya kisah-kisah, juga tentang pergaulan sehari-hari, nasehat-nasehat dan sebagainya apakah dikomunikasikan dalam bentuk lisan atau tulisan yang juga dapat diendehon (dinyanyikan). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sastra Lisan dan Sastra Tulisan

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sastra dalam Tradisi Mangkobar

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: