Sabtu, Juli 24, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (82):Orang Angkola dan Wilayah Administratif Tapanuli Selatan; Angkola Julu, Angkola Jae, Angkola Dolok

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Orang Angkola adalah orang yang mengidentifikasi diri sebagai Halak Angkola. Orang (halak) Angkola umumnya berasal dan tinggal di wilayah kabupaten Tapanuli Selatan (termasuk Kota Padang Sidempuan). Tentu saja ada orang Angkola di wilayah kabupaten Mandailing dan Natal, di kabupaten Padang Lawas (Utara). Badan Pusat Statistik dalam hal ini juga telah membuat koding (kategori) etnik untuk pilihan mengidentifikasi diri ketika dilakukan pencacahan (sensus) untuk membedakan dengan Angkola, Toba, Simalungun, Pakpak dan Karo dan sebagainya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), orang didefinisikan sebagai kata benda. Dalam hal ini merujuk pada kategori 7 yakni manusia yang berasal dari atau tinggal di suatu daerah (desa, kota, negara, dan sebagainya): dia -- Bogor; suaminya -- Eropa; dan kategori 8, yakni suku bangsa. Dengan demikian yang dimaksud orang dalam hal ini adalah kombinasi keduanya yang saling overlap antara batas wilayah administratif dan batas wilayah budaya yang bahasa lokal disebut halak. Misalnya orang (halak) Padang Sidempuan adalah penduduk yang berasal atau tinggal di kota Padang Sidempuan yang kebetulan juga yang bersangkutan orang (halak) Angkola. Sementara orang Angkola adalah penduduk yang berasal atau tinggal di wilayah Angkola yang kebetulan juga yang bersangkutan tinggal di Padang Sidempuan, Dalam hal ini tergantung pada yang bersangkutan mengidentifikasi diri (berafiliasi) sebagai ‘halak dia’

Lantas bagaimana sejarah orang Angkola dan wilayah kabupaten Tapanuli Selatan? Seperti disebut di atas orang Angkola adalah satu hal dan wilayah administrratif adalah hal lain namun keduanya cenderung saling terkait. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Angkola: Orang Angkola di Angkola

Nama Angkola tentulah sudah lebih tua dari apa yang tertulis. Namun sejak kapan nama Angkola muncul tidak diketahui secara pasti. Nama Angkola paling tidak sudah dilaporkan pada era Perang Padri.

De avondbode: algemeen nieuwsblad voor staatkunde, handel, nijverheid, landbouw, kunsten, wetenschappen, enz./doo, 06-09-1838: ‘baru-baru ini telah melakukan pengepungan setengah lingkaran (dari Portibi, Kota Pinang dan Kota Nopan) terhadap Tuanku Tambusai dan pasukannya. Namun untuk wilayah Angkola dan Sipirok sudah dianggap terbebaskan, dimana selama ini penduduknya berkeluh kesah terhadap ‘teror’ yang dilakukan oleh pasukan Tuanku Tambusai’. Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1839: ‘Angkola memiliki sepuluh kampung besar, masing-masing dengan seorang Raja dan sepuluh Panghulu dan memiliki populasi gabungan sekitar 10.000 jiwa’

Tunggu deskripsi lengkapnya

Perkembangan Wilayah Administratif Tapanuli Selatan

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar: