Jumat, Juli 09, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (67): Sejarah Kopi di Sumatra, Kopi Angkola Kopi Mandailing; Kapan Kopi Bermula di Wilayah Tapanuli?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Pada masa ini nama kopi label Mandailing masih terkenal dan dikenal secara luas, tidak hanya di dalam negeri juga dunia kopi internasional. Popularitas nama kopi Mandailing terus terjaga sejak era kolonial Hindia Belanda. Ini menunjukkan bahwa kopi label Angkola Mandailing dapat bersaing dengan kopi label lain dari wilayah sentra produksi kopi dunia. Lantas apa yang menyebabkan suatu produksi kopi berbeda satu sama lain soal taste? Tentu saja itu dibedakan karena perbedaan tanah dimana kopi tumbuh.

Pada era VOC (Belanda), introduksi kopi dimulai di Jawa pada tahun 1710. Ini semua bermula ketika seorang pejabat VOC Abraham van Riebeeck, sepulang dari Malabar (India) berinisiatif mengintroduksi kopi di Jawa. memulai percobaan penanaman kopi di sekitar Batavia di Tangerang. Introduksi ini ternyata berhasil. Ketika Abraham van Riebeeck diangkat menjadi Gubernur Jenderal tahun 1711 segera dilakukan penanaman kopi secara masif dengan bekerja sama dengan para bupati di Preanger Regentschappen. Jawa kemudian menjadi terkenal sebagai sentra produksi kopi. Lalu bagaimana dengan di wilayah Tapanuli? Itu baru dimulai tahun 1840 ketika cabang pemerintahan dimulai di wilayah (afdeeling) Angkola Mandailing sebagai bentuk kerjasama para pemimpin lokal (raja-raja) dengan Pemerintah Hindia Belanda. Ternyata sangat berhasil. Harga kopi dari Afdeeling Angkola Mandailing dengan dua label Kopi Angkola dan Kopi Mandailing terus meningkat dari waktu ke waktu di tempat pelelangan di kota Padang (pelabuhan ekspor).

Lantas bagaimana sejarah kopi dan perkebunan kopi di Angkola Mandailing? Seperti disebut di atas, introduksi kopi di Jawa dimulai tahun 1710 dan penanaman kopi pemerintah di wilayah Tapanuli baru dimulai tahun 1840 yang bermula di onderafdeeling Mandailing dan onderafdeeling Angkola. Lalu yang menjadi pertanyaan sejak kopi dikenal di Sumatra, khususnya di wilayah Tapanuli sehingga kemudian kopi asal Angkola Mandailing cepat menjadi terkenal di dunia kopi? Apakah sejak awal cabang pemerintahan dimulai di Angkola Mandailing? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sejarah Kopi di Hindia Timur: Bermula dari India?

Sejarah kopi di Jawa sudah lama. Segera setelah Gubernur Jenderal VOC, Abraham van Riebeeck membuat kerjasama penananam kopi dengan para bupati di Preanger. Satu yang pertama dilaporkan di Tandjoengpoera (lihat Daghregister. 18-01-1`711). Di Semarang ditemukan kebun kopi di pekarangan bupati Semarang. Keterangan ini teridentifikasi pada Peta 1714 (Semarang). Besar dugaan di dua wilayah Preanger dan Semarang ini penerapam perkebunan kopi dilakukan secara masif. Mengapa (pemerintah) VOC tertarik memproduksi dan memperdagangkan kopi.

Adanya perdagangan kopi di berbagai tempat dunia diduga sudah lama. Paling tidak diketahui pada tahun 1705 diperdagangan teko kopi dan cangkir kopi dari Jepang (lihat Amsterdamse courant, 09-05-1705). Teko kopi asal Jepang mengindikasikan bahwa kopi tidak hanya di perdagangkan di Belanda, juga di Jepang. Minum kopi di Belanda dan Jepang sudah menjadi gaya hidup seperti halnya minum teha. Kombinasi kopi dan the adalah gulu. Pertanian tebu dan pabrik gula sudah ada di Batavia sejak tahuan 1650an. Kopi dalam perdagangan di Eropa berasal dari Afrika dan Brazil. Di Belanda sendiri diketahui sudah ada rumah (depot) pembeli kopi (lihat Amsterdamse courant, 24-08-1677).

Belum begitu jelas darimana asal bibit kopi di Hindia Timur apakah didatangkan dari India atau memang sudah ada sejak zaman kuno di Hindia Timur. Yang jelas berdasarkan Daghregister, 04-12-1713 disebutkan kapal Ellemeet en Beverwaert dengan 4341 batang bibit pohon kopi dari Mocha tiba di Ceylon. Apakah bibit-bibit kopi sentranya di Mocha (pedalaman) India dan ditujukan ke Hindia Timur tidak begitu jelas. Disebutkan budidaya indigo dan kopi berjalan baik (Daghregister, 07-06-1715.  Beberapa perahu dengan muatan kopi dan lada dari Chirebon tiba di Batavia (Daghregister, 20-97-1720).

Berdasarkan catatan Kasteel Batavia (Daghregister) tidak pernah ditemukan perihal kopi di Sumatra, khususnya pantai barat Sumatra. Thomas Dias yang pernah ke pedalaman Sumatra di Pagarojoeng juga tidak ada indikasi kopi. Demikian juga dalam laporan pedagang Cina yang pernah tinggal di Angkola (1691-1701). Dalam laporan Charles Miller yang juga pernah berkunjung ke pedalaman Sumatra di Angkola tahun 1772 tidak ditemukan perihal kopi. Lalu, kapan awal mula kopi diketahui di pantai barat Sumatra khususnya Angkola Mandailing.

Keberadan kopi di pantai barat Sumatra paling tidak baru muncul pada tahun 1822 (lihat Bataviasche courant, 13-04-1822). Disebutkan dibuat pengaturan ekspor kopi dari Padang di Batavia dengan ongkos kirim sebesar f2 per pikol dengan kapal berbendera Belanda dam f4 per pikol untuk kapal asing. Perdagangan kopi di pantai barat Sumatra ini diduga masih dikuasai oleh pedagang-pedagang Inggrsi.

Sebagaimana diketahui sejak kehadiran skuadron Inggris di pantai barat Sumatra di Bengkoeloe pada tahun 1787, pedagang-pedagang Belanda terusir ke Jawa. Pada tahun 1791 Inggris sudah membentuk pemerintahan (Resident) di Padang. Wilayah pantai barat Sumatra (minus Bengkioelen) baru dikembalikan kepada Belanda pasca pendudukan Inggrsi (1816). Namun orang-orang Inggris masih ada ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk pemerintahan di pantai barat Sumatra (1818). Oleh karena Inggris masih ada di Padang, ibukota ditempatkan di Tapanoeli. Pada tahun 1819 diketahui Raffles melakukan kunjunga ke pedalaman Padang dan melaporkan adanya kebun-kebun kopi yang baik. Pemerintah Hindia Belanda telokasi dari Tapanolei ke Padang tahun 1824 (terkait dengan Tractaat London 1824) yang mana dalam perjanjian ini termasuk tukar guling Bengkoelen dengan Malaka.

Pasca Perang Padri (1838) produksi kopi Sumatra semakin meningkat di pasar perdagangan di Belanda. Hanya dua label kopi yang dikenal di pusat lelang Amsterdam dan Rotterdam yakni kopi Jawa dan kopi Sumatra (lihat Rotterdamsche courant, 03-08-1839). Disebutkan sebanyak 14.283 pikol kopi Sumatra di Rotterdam (kopi Jawa 170.000 pikol) dan 12.515 pikol di Amsterdam (kopi Jawa 170.000 pikol). Apakah sudah ada kontribusi kopi Tapanoeli pada label kopi Sumatra tidak diketahui secara pasti.

Bagaimana kopi bermula di pantai barat Sumatra diduga kuat karena peran orang-orang Inggris dalam perdagangan. Namun apakah orang-orang Inggris yang mengintroduksi kopi tidak begitu jelas. Sebagaimana diketahui seluriuh wilayah di India pada dekade-dekade terakhir berada di bawah yurisdiksi Inggris.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kopi Angkol dan Kopi Mandailing: Nama Kopi Mandailing Masih Tetap Dikenang

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: