Minggu, Juli 11, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (69): Pendidikan Zaman Kuno di Angkola Mandailing;Bahasa, Aksara, Kertas, Tinta, Batu Tulis dan Gerep

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Sejak kapan adanya pendidikan di Angkola Mandailing? Kita tidak hanya berbicara pendidikan modern (aksara Latin), juga kita membicarakan pendidikan pada zaman kuno. Unsur penting dalam pendidikan adalah baca dan tulis. Hanya dengan membaca dan menulis proses pendidikan berlangsung efektif. Hal itu karena yang diketahui ditulis dan yang belum diketahui dibaca. Pengetahuan adalah hal penting yang dipelajari. Proses belajar inilah yang disebut kegiatan pendidikan antara guru dan murid.

Penduduk Angkola Mandailing pada zaman kuno sudah bersifat bilingual. Selain bahasa asli (bahasa Batak), penduduk juha bisa berbahasa lingua franca, bahasa Sanskerta. Ibarat pada masa kini, setiap sekolah dasar di Angkola Mandailing pengetahuan diajarkan dalam bahasa Indonesia (sebagai lingua franca). Jadi, penduduk Angkola Mandailing sudah bersifat bilingual sejak zaman kuno. Inilah yang menjadi faktor penting penduduk Angkola Mandailing memiliki akses ke istrumen pendidikan yakni aksara Pallawa, Oleh karena penduduk Angkola Mandailing sehari-hari berbahasa asli, maka dimungkinkan aksara Pallawa digunakan untuk menulis dalam bahasa asli. Untuk kebutuhan yang lebih praktis desain aksara dirancang untuk penduduk asli sebagai aksara Angkola Mandailing. Lalu bagaimana dengan kebutuhan kertas dan tinta? Apa itu batu tulis dan gerep?

Lantas bagaimana sejarah pendidikan zaman kuno bermula di Angkola Mandailing? Seperti disebut di atas penduduk harus mengetahui aksara terlebih dahulu baru terbentuk proses pendidikan (belajar-mengajar). Lalu bagaimana dengan munculnya tradisi menulis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pendidikan Zaman Kuno: Aksara dan Alat-Alat Tulis

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pendidikan dan Tradisi Menulis di Angkola Mandailing

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: