Mr. Luat Siregar adalah walikota pertama Kota
Medan di era Republik Indonesia. Mr. Luat Siregar diangkat menjadi walikota
pada tanggal 3 Oktober 1945. Pada tahun yang sama (1945) posisinya ditingkatkan
dan diangkat menjadi Residen Sumatera Timur. Pada tahun 1946 menjadi Ketua
Komite Nasional Indonesia (KNI).
Di Lampung sejak proklamasi kemerdekaan RI, diangkat
menjadi Residen adalah Mr. Abdul Abbas Siregar. Pada tanggal 9 September 1946,
Mr. Abdul Abbas Siregar ditarik ke Jakarta.
.
Luat Siregar
Algemeen Handelsblad, 20-12-1934 |
Luat Siregar lahir di Sipirok 28 November
1908 di Sipirok (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 21-02-1953). Setelah
menyelesaikan HIS di Sipirok, Luat Siregar melanjutkan studi ke Batavia, Luat
Siregar lulus ujian akhir MULO di Batavia tahun 1926 (Het nieuws van den dag
voor Nederlandsch-Indie, 17-05-1926). Luat Siregar melanjutkan ke AMS dan
selanjutnya masuk perguruan tinggi bidang hukum. Pada tahun 1931 Luat Siregar
lulus ujian tingkat dua Rschtshoogeschool (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 11-07-1931).
Pada tahun 1934 Luat Siregar dilaporkan lulus candidat Doctoraal Indische recht
di Leiden tanggal 20 Desember 1934 (lihat Algemeen Handelsblad, 20-12-1934).
Setelah lulus sekolah hokum di Leiden
(mendapat gelar MR), Mr. Luat Siregar pulang ke tanah air. Pada tahun 1935 Mr.
Luat Siregar diangkat menjadi pengacara di Raad van Justitie te Medan (lihat Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 23-08-1935). Di Medan, Mr. Luat
Siregar masuk organisasi kemasyarakatan Taman Persahabatan.
De Sumatra post, 30-06-1936 |
De Sumatra post, 30-06-1936 Taman Persahabatan. Perubahan
manajemen. Seperti kita ketahui, serikat Taman Persahabatan Minggu 27 Juni
diadakan pertemuan tahunan di clubhouse nya di Wilhelminastraat, di mana papan
telah mengalami perubahan. Presiden sekarang dirasakan oleh Mr. Loeat Siregar.
Pada tahun 1936 Mr. Luat Siregar terpilih
sebagai Ketua Taman Persahabatan. Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Taman
Persahabatan mencoba untuk membentuk sarikat pedagang pribumi (Inlandsche
Handelsvereeniging) di Sumatra Timur, Aceh dan Tapanuli. Pembentukan sarikat
ini ditujukan untuk membangun kemampuan para pedagang pribumi (yang lemah disbanding
para pedagang Tionghoa).
Pada tahun 1937 Mr. Luat Siregar dicalonkan untuk
pemilihan anggota dewan kota (gementeeraad) Kota Medan. Terdapat 21 kandidat
untuk memperebutkan lima kursi untuk pribumi di dewan. Dari kandidat itu akan
mengerucut beberapa calon saja (De Sumatra post, 16-03-1937). Diantara delapan
calon ini terdapat Mr. Loeat Siregar, Dr. Gindo Siregar dan Dr. Djabangoen
Harahap, Madong Loebis, GB Josua Batubara dan Soeleiman Hasiboean. Yang lolos
dari perolehan suara hanya satu orang. Delapam yang tersisa akan dilakukan
pemilihan lanjutan untuk memperebutkan empat kursi lagi.
Pada tahun 1937 di Medan dibentuk komisi
ekonomi dari Parindra, dimana Loeat Siregar mewakili dari sarikat buruh pribumi
(Inlandsche handelsvereeniging). Tugas komite adalah untuk melakukan sebuah
penyelidikan atas kondisi ekonomi diantara penduduk asli disini. Dari hasil penelitian
ini akan dipersiapkan laporan yang harus dikirim ke Parindra pusat. Kegiatan
penyelidikan itu juga dianggap sebagai pelayanan kepada Pemerintah (De Sumatra
post, 04-10-1937).
Mr. Loeat Siregar menginisiasi untuk
mengadakan rapat besar di Medan. Pertemuan public dimaksudkan untuk mendapatkan
dukungan agar komposisi anggota dewan sama jumlahnya antara orang-orang ETI/Belanda
dengan pribumi terutama di tiga kota Medan, Padang dan Palembang. Dari hasil
rapat ini dibentuk suatu komite yang terdiri dari Mr. Loeat Siregar sebagai
ketua. Anggota antara lain Soeleiman Hasiboean (anggota dewan kota), editor
Pewarta Deli dan editor Sinar Deli (lihat De Sumatra post, 23-11-1937).
Pewarta Deli adalah surat kabar berbahasa Melayu yang
terbit pertama tahun 1909. Sedangkan Sinar Deli terbit pertama tahun 1926.
Walikota Medan dan Residen Sumatera Timur
Selama pendudukan Jepang (1942-1945), Mr. Loeat
Siregar memegang jabatan sebagai sekretaris pertama Kota Medan. Kemudian
setelah proklamasi kemerdekaan RI, Mr. Loeat Siregar diangkat menjadi Walikota
Medan.
Di Kota Surabaya karir seperti Mr. Loeat Siregar ini juga
dilakukan oleh Radjamin Nasution. Pada masa pendudukan Jepang, Dr. Radjamin
Nasution, mantan anggota dewan kota (pada era Belanda) diangkat pemerintah
militer Jepang sebagai wakil walikota (sekretaris) di Surabaya. Setelah
kemerdekaan Dr. Radjamin Nasution diankat sebagai walikota Surabaya. Dr.
Radjamin Nasution adalah walikota pribumi pertama di Surabaya dan Mr. Loeat
Siregar adalah walikota pribumi pertama di Medan.
Mr. Loeat Siregar menjadi walikota Medan
tidak lama karena statusnya dinaikkan menjadi Residen Sumatera Timur. Sebagai
residen di Sumatera Timur, Mr. Loeat Siregar diangkat sebagai Ketua KNI
Sumatera Timur. Pada tahun 1947 Mr. Loeat Siregar terpilih menjadi anggota KNI Pusat
(KNIP) untuk ke Yogyakarta.
Ketika Mr. Loeat Siregar menjadi Residen Sumatera Timur,
di Lampung posisi residen dijabat oleh Mr. Abdul Abbas Siregar. Selama era
Belanda, Mr. Abdul Abbas Siregar, kelahiran Medan ini adalah pengacara di
Tandjong Karang dan menjadi salah satu anggota PPKI yang diketuai oleh
Soekarno. Mr. Loeat Siregar anak Sipirok adalah residen pertama Sumatera Timur
dan Mr. Abdul Abbas Siregar anak Medan yang menjadi Residen pertama Lampung.
Pada saat Sumatera Timur dikuasai Belanda,
posisi Mr. Loeat Siregar yang republiken ini digantikan oleh orang lain. Selama
tahun 1946 terjadi kekacauan di Sumatera Timur. Posisi residen Sumatera Timur (Mr.
Loeat Siregar) sangat dilematis. Di satu sisi para keluarga kesultanan
menganggap republik akan mendatangkan penderitaan, di sisi lain, para garis keras
republik yang tergesa-gesa menganggap pimpinan republic di Sumatera Timur salah
urus pemerintah. Dua pihak yang berseberangan memicu munculnya apa yang disebut
revolusi sosial (pembunuhan terhadap keluarga dan kerabat kesultanan). Mr. Loeat
Siregar yang seakan ‘Sheriff di Wild West’ tak berdaya diantara dua kekuatan
yang berseteru (kesultanan vs republiken). Mr. Loeat Siregar mengundurkan diri
(hal serupa ini juga berikutnya terjadi di Tapanuli: antara pimpinan republik dan
TNI dengan kelompok garis keras).
Keluarga kesultanan di Sumatera Timur
mendapat bantuan dari Belanda (yang kemudian terbentuknya Negara Sumateras
Timur). Melihat situasi dan kondisi yang semakin memanas, para republic disingkirkan
dan mulai mengungsi ke luar kota (hingga akhirnya ke Tapanuli). Lalu pemerintahan
republik Sumatera Timur mengungsi ke Pematang Siantar. Yang menjadi residen
Sumatera Timur di pengungsian pemerintah pusat menugaskan Mr. Abdul Abbas Siregar
(dari pusat) sebagai pejabat Residen Sumatera Timur di pengungsian.
Selama agresi Militer Belanda yang kedua (1948), peran Mr.
Loeat Siregar dan peran Mr. Abdul Abbas Siregar tidak terlihat. Situasi dan
kondisi semakin meruncing (antara Belanda vs Republik). Pemerintah pusat
mengangkat Dr. Gindo Siregar sebagai gubernur Militer Sumatera Utara (Tapanuli,
Aceh dan Sumatera Timur) dan di Residentie Tapanuli diangkat Abdul Hakim
Harahap (sebagai residen militer Tapanuli).
Parlemen Pusat
Pada tahun 1950 Mr. Loeat Siregar menjadi
anggota parlemen di Jakarta mewakili Partai Rakyat Kedaulatan. Pada saat
pembentukan pemerintahan di Sumatera Utara pasca pengakuan kedaulatan RI, yang
ditunjuk untuk posisi gubernur adalah Abdul Hakim Harahap (1951-1954).
Mr. Loeat Siregar tidak berumur panjang. Surat kabar
bebahasa Belanda yang berbasis di Medan Het nieuwsblad voor Sumatra, 21-02-1953Bapak
melaporkan Mr. Luat Siregar telah meninggal dunia di Medan pada hari Kamis sore
pada pukul 3:30.
Mr. Loeat Siregar telah mengawali sebagai
walikota pribumi di Kota Medan. Walikota Medan selanjutnya adalah sebagai
berikut:
·
M. Yusuf (1945-1947)
·
Djaidin Purba (1947-1952)
·
AM. Jalaludin (1952-1954)
·
Muda Siregar (1954-1958)
·
Madja Purba (1958-1961)
·
Basyrah Lubis (1961-1964)
·
PR. Telaumbanua (1964-1965)
·
Aminurasyid (1965-1966)
·
Sjoerkani (1966-1974)
·
M. Saleh Arifin (1974-1980)
·
AS. Rangkuty (1980-1990)
·
Bachtiar Djafar (1990-2000)
·
Abdillah (2000-2009)
·
Afifuddin Lubis (2009-2010)
·
Rahudman Harahap (2010-201?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar