Tarip
Abdullah Harahap adalah salah satu dari dua mahasiswa pertama asal Padang
Sidempuan yang kuliah di ITB di era Belanda. Pada waktu itu ITB dikenal sebagai
Technische Hoogeschool, Bandoeng. Tarip Abdullah Harahap lulus ujian saring
masuk pada tahun 1934. Mahasiswa Technische Hoogeschool beragam (Belanda,
Tionghoa dan pribumi) dan ujiannya sangat ketat. Seangkatan dengan Tarip
Abdullah Harahap, lebih dari separuh gagal di tahun pertama.
Het nieuws van den dag voor NI, 10-06-1935 |
Het nieuws van
den dag voor Nederlandsch-Indie, 10-06-1935: ‘Technische Hoogeschool. Dalam ujian
akhir tingkat satu yang diikuti 45 kandidat, yang berhasil lulus adalah: Abdul
Kader, Ms. A. Adels, R. Ahja, EJA Corsmit, E. Edward, M. Hoesen, H. Johannes, Lauw
Jan, Liem Kiem Kie, Lic Hok Gwan, Lic Soen Giap, R. Moempoeni Dirdjosoebroto,
Sardjono, JA van Schalk, AB Schrader, M. Soemarman, JF Strach, Tarip Abdullah
Harahap, The Lian Thong dan Thee Kian Boen. Sebanyak 24 kandidat gagal;
sementara satu kandidat dilakukan ujian ulangan’.
Umumnya
siswa-siswa asal Padang Sidempuan menempuh pendidikan tinggi ke sekolah hukum
(Recht School) dan sekolah kedokteran (Geneeskunde School) di Batavia (Jakarta)
dan sekolah kedokteran hewan (Veeartsen School) di Buitenzorg (Bogor). Sangat
jarang yang memilih ke Bandoeng (Technische Hoogeschool). Sebab sejarahnya, di
afdeeling Padang Sidempoean yang sangat dibutuhkan keahlian di bidang
kedokteran, kedokteran hewan dan hukum.
Techniche
Hoogeschool di Bandung berdiri tanggal 3 Juli 1920 dengan satu fakultas de
Faculteit van Technische Wetenschap yang hanya mempunyai satu jurusan de
afdeeling der Weg en Waterbouw. Mahasiswa yang tergolong angkatan pertama
adalah Sukarno (Presiden pertama RI) yang lulus tahun 1926 Sekolah teknik ini di
era kemerdekaan dibentuk menjadi universitas dengan nama Institut Teknologi
Bandung pada tanggal 2 Maret 1959.
Tarip
Abdullah Harahap lulus dari Techniche Hoogeschool di Bandung pada tahun 1939.
Pada tahun ini terdapat lulusan sebanyak 12 orang. Namun total insinyur pribumi
yang berhasil mendapat gelar insinyur hingga tahun 1939 sebanyak 53 orang.
Mereka yang lulus sejak angkatan pertama hingga yang lulus tahun 1939 lama
kuliah adalah empat tahun. Berdasarkan keputusan terbaru mulai angkatan
1939/1940 lama kuliah menjadi lima tahun.
Sejak pendudukan
Jepang (1942) hingga berakhirnya masa agresi militer Belanda (1949) data dan
informasi sangat terbatas. Akibatnya kebaradaan Tarip Abdullah Harahap juga
sulit dilacak.
Setelah
pengakuan kedaulatan RI (Desember, 1949) berbagai informasi mulai muncul dan surat-surat
kabar juga mulai intens memberitakan berbagai peristiwa. Sejumlah pejabat di bidang infrastruktur mulai diangkat diantaranya Ir. Tarip
Abdullah Harahap sebagai Kepala Penerbangan Sipil di Djakarta dan Ir. AFP Siregra gelar MO Parlindungan sebagai Kepala Peroesahaan Sendjata dan Mesiu di Bandoeng (kelak diubah namanya PT Pindad). Ir. Tarip
Abdullah Harahap mulai melakukan tugas-tugas pemeriksaan bandara-bandara di Indonesia.
Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 29-05-1951: 'Ir. Tarip Abdullah Harahap di Makasser, Kepala Deparrtemen Penerbangan Sipil Kemnterian Perhubungan berdiskusi dengan tentara dan administrasi sipil, menyangkut rencana untuk memulihkan hubungan udara antara Djakarta dan Ambon melalui Makasser. Het nieuwsblad voor Sumatra, 28-07-1952 melaporkan di Medan telah dibentuk sebuah komisi penerbangan (civil aviation) dalam rangka mengevaluasi kelayak bandara Polonia Medan dan juga untuk melakukan studi persiapan bandara Blang Bintang di Kota Radja (kini Banda Aceh) untuk persiapan pendaratan jenis pesawat Convalrs. Komisi terdiri dari Tarip Abdullah Harahap (ketua). Java-bode:nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 25-03-1954: 'Ir. Harahap dari penerbangan sipil, lapangan terbang di Den Pasar, Sumbawa. Waingapu, Kupang, Maumere dan Makassar dan lainnya menginspeksi bandara di bagian timur Indonesia'.
Pada
tahun 1955 Ir. Tarip Abdullah Harahap dilaporkan oleh Java-bode: nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 28-02-1955 sebagai perancang
villa Desa Tjikundul, suatu vila besar di lembah antara Tjisereuh dan Tjimatjan.
Villa ini terlatak di atas lahan 160.000 M2 (16 Ha) dengan bangunan bungalou
sebanyak 80 buah, empat lapangan tennis, restoran, kolam renang dengan banyak
taman. Proyek ini suidah dimulai pertengahan 1954 dan akan selesai akhir tahun
1956. Proyek ini juga meliputi jalan ke lokasi sepanjang dua kilometer dan
menara air. Pekerjaan dilakukan oleh NV. Poelaoe Moersala. Java-bode: nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 11-03-1955 Tarip Abdullah
Harahap adalah Direktur Kantor Insyinyur ‘Penabatu’ di Jalan Pekalongan,
Jakarta.
Java-bode,
28-03-1955
|
‘Boru panggoran’
Ir. Tarip Abdullah Harahap telah lahir dengan selama yang diberi nama Imanti
Gameria Harahap. Lahir di rumah sakit St. Carolus. Ir. Tarip Abdullah Harahap tinggal
di Jalan Pekalongan No.12 Jakarta (Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 28-03-1955).
Pada tahun 1957 di Jakarta diadakan pertemuan
masyarakat Tapanuli. Pertemuan ini dimaksudkan untuk membicarakan masa depan
Tapanuli Rincian dan secara spesifik dari pertemuan dan pembentukan dewan tidak
terlaporkan. Namun dsemikian, dugaan terkait dengan wilayah Tapanuli yang
semakin tertinggal (dibandingkan dengan daerah Sumatra Timur).
Java-bode:
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 22-01-1957:
‘Pertemuan para pemimpin Tapanuli. Pada hari Minggu di Jakarta masyarakat
Tapanuli membahas situasi terkini di Sumatra. Dengan suara bulat diputuskan
membentuk dewan. Pertemuan pada hari Minggu itu antara lain dihadiri oleh Abdul
Hakim, Prof. Mr. Dr. Todung Sutan Gunung Mulia, Sutan Guru Sinomba, Mr.
Basjaruddin Nasution, Ir. Tarip Harahap, Aminuddin Lubis, Mr. AM Tambunan, M.
Hutasoit, Mr. Rufinus Lumbantobing, Ir. Debataradja, Mr. Elkana Tobing, S.
Pandjaitan, Mayor Jenderal TB Simatupang dan Binanga Siregar, anggota dari
Konstituante Tapanuli’.
Mereka
yang hadir ini sebagian merupakan tokoh-tokoh asal Tapanuli Bagian Selatan.
Abdul Hakim Harahap adalah mantan Gubernur Sumatera Utara yang keempat
(1951-1953); Prof. Mr. Dr. Todung Sutan Gunung Mulia (guru besar dan Rektor
UKI; Ir. Basjaruddin Nasution (mantan Kepala Dinas Kehutanan Tapanuli di era Belanda);
Ir. Tarip Harahap (Direktur Kantor Insinyur Penabatu, Jakarta); Aminuddin Lubis
(masih dilacak) dan Binanga Siregar (mantan Residen Sumatra Timur).
Het
nieuwsblad voor Sumatra, 15-11-1957
|
Berita
terakhir yang dapat ditelusuri tentang Ir. Tarip Abdullah Harahap dimuat dalam
surat kabar Het nieuwsblad voor Sumatra, 15-11-1957. Ir. Tarip Abdullah Harahap
diangkat menjadi Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang baru di Medan. Kantor PU
ini berada di Jalan Sultan Ma'mun Alrasjid. Pejabat sebelumnya adalah Ir.
Mohammad Tahir yang akan dipindahkan ke kantor PU di Kota Rasja (kini Banda
Aceh).
Pada tahun 1957,
yang menjabat Gubernur Sumatera Utara adalah Sutan Kumala Pontas (sejak 18
Maret 1956). Sutan Kumala Pontas (asal Natal) menggantikan Mr. Sutan Mohammad
Amin Nasution (23 Oktober 1953 - 12 Maret 1956). Sutan Mohammad Amin Nasution (asal
Mandailing) menggantikan Abdul Hakim Harahap (25 Januari 1951 - 23 Oktober 1953). Abdul Hakim Harahap (asal Angkola) pernah
menjadi anggota dewan kota (gementee) Kota Medan selama tujuh tahun
(1930-1937). Jabatan terakhir Abdul Hakim Harahap sebelum menjadi gubernur
adalah Residen Tapanoeli. Salah satu anak Abdul Hakim Harahap adalah Ir.
Januar Hakim, alumni ITB 1950 (sekarang Direktur Utama PT. Cipta Strada di
Jakarta).
***
Sejauh
penelusuran, mahasiswa asal Padang Sidempuan Technische Hoogeschool (hingga
1942), selain Tarip Abdullah Harahap adalah Mohamad Natal Siregar gelar Patuan
Doli Siregar, Informasi yang tersedia tentang Patuan Doli Siregar sangat minim.
Patuan Doli Siregar pada tahun 1936 naik ke tingkat empat (Het nieuws van den
dag voor Nederlandsch-Indie, 21-08-1935). Patuan Doli Siregar menjadi insinyur
pemerintah dai Residentie Manado (Bataviaasch nieuwsblad, 09-06-1939).
Informasi terakhir Patuan Doli Siregar telah meninggal dunia tahun 1988 di
Haarlem, Belanda (De Telegraaf, 09-07-1988).
Tentu saja
insinyur Indonesia tidak hanya dari dalam negeri (Technische Hoogeschool te
Bandoeng) tetapi juga yang menempuh studi di luar negeri. Salah satu yang sudah
diketahui AFP Siregar gelar Mangaradja Onggang Parlindungan (lulus Univ. Delf).
Satu lagi yang bergelar insinyur adalah Ir. Arifin Harahap. Sejauh yang
ditelusuri belum diketahui alumni dari mana (tenga dilacak). Ir. Arifin Harahap
menjabat sebagai menteri di era Soekarno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar