Para ‘gibol’ di Padang Sidempoean, kota di pedalaman Residentie Tapanoeli ingin membaca bagaimana kiprah Tapanaolie Voetbal Club (TVC) selanjutnya setelah didirikan di Medan. Pada saat launching, TVC melakukan pertandingan melawan Voorwaarts Voetbal Club (VVC), klub baru juga yang dihuni oleh anak-anak Belanda yang dilangsungkan pada tanggal 18 Maret 1906 di lapangan Esplanade, Medan (lihat Sumatra post, 19-03-1906). Debut kedua klub itu, VVC mengalahkan TVC dengan tiga gol tanpa balas. Revans TVC terhadap VVC inilah yang ingin diikuti terus oleh para ‘gibol’ di Padang Sidempoean. Namun beritanya tidak kunjung ada. Berita yang ada dari Deli (Medan) dan Langkat (Bindjei) hanya sebatas berikut ini:
Kompetisi Baru (Sumatra Post, 08-07-1907) |
De Sumatra post, 30-03-1906: ‘Oleh karena dua
pemain terbaik tim Langkat tidak bisa bermain karena sakit, diumumkan
pertandingan antara Langkat dan Medan, yang akan dilaksanakan 1 April di
Bindjey tidak bisa dilangsungkan'.
De Sumatra post, 16-06-1906: ‘Diberitahu kita
pagi ini di lapangan sepakbola di Bindjey akan digelar pertandingan kesebelasan
anak sekolah Inlandsche Medan kontra kesebelasan anak-anak dari sekolah asli Bindjey’. Hasil
pertandingan skor 4-1 untuk anak-anak sekolah Bindjei (lihat De Sumatra post,
18-06-1906).
De Sumatra post, 07-07-1906: ‘Besok di lapangan Esplanade,
Medan akan diadakan pertandingan antara sekolah Inlandsche Bindjei dan Medan’. Hasil pertandingan, anak-anak sekolah Medan
revans dengan skor 2-0.
Berita
tentang klub Tapanoeli baru muncul empat bulan kemudian yakni Juli 1906. Namun isi
beritanya ‘setengah senang dan setengah kecewa’, karena pertandigan antara TVC
dan VVC harus ditunda. De Sumatra post edisi 09-07-1906 melaporkan: ‘Pertandingan
antara Voorwaarts Club dan Tapanoeli Club yang akan berlangsung, ditunda atas
permintaan khusus dari serikat anak-anak (inlandsch school voetbal) sampai
pemberitahuan lebih lanjut’. Pertandingan antara TVC dan VVC tidak kunjung diberitakan
oleh Sumatra Post. Kelanjutan pertandingan antara TVC dan VVC justru terpantau
di koran Soerabaija. Isi beritanya tidak lengkap, sebagai berikut: ‘Klub
sepakbola Voorwaarts Medan baru-baru ini, pada hari Sabtu sore di properti
Istana Sultan melakukan pertandingan menghadapi lawannya tim pribumi (Tapanoeli)
sebagaimana dilaporkan Deli Courant’ (lihat Soerabaijasch handelsblad, 08-08-1906).
Lalu,
berita sepakbola di Deli dan Langkat sepi dan langka lagi. Baru kemudian,
berita sepakbola Langkat dan Deli ‘nongol’ lagi. Beritanya sangat
menggemparkan, tidak hanya di Noord Sumatra, tetapi juga di Batavia dan
Soerabaija. Apa pasal? Klub Voortwaarts Medan, klub pendatang baru,
menghempaskan klub Langkat Sportclub yang selama 2,5 tahun tidak terkalahkan
oleh lawan-lawannya (lihat De Sumatra post, 17-11-1906).
Kini,
Langkat Sportclub harus takluk dengan skor 0-2
oleh anak-anak Belanda. Berita ini rupanya menjadi ‘trending
topic’ di semua koran-koran di Asia Tenggara dan terpantau juga di Nederland.
Orang-orang pribumi, juga para ‘gibol’ di Padang Sidempoean cepat paham, karena
Langkat Sportclub adalah klub yang dihuni oleh anak-anak Inggris dan Voorwaarts
adalah klub yang dihuni oleh anak-anak Belanda. Koran di Penang juga sempat
was-was pamor sepakbola anak-anak Inggris bisa melorot, karena mengaitkan
perseteruan Tim Deli (Deli Elftal) dan Tim Penang (Penang Elftal) yang mana
Penang (Inggris) juga belum pernah dikalahkan oleh Deli (Belanda) sejak 1894.
***
Berita
sepakbola di Deli dan Langkat sepi dan langka lagi. Berita sepakbola
Deli/Langkat terakhir adalah berita kekalahan Langkat Sportclub oleh Voorwaarts
(November, 1906). Kini sudah memasuki tahun 1907 tetap tidak ada berita
sepakbola dari Deli dan Langkat. Januari, Februari, Maret dan April telah
berlalu, secuilpun tidak ada berita yang nongol, bahkan sampai bulan Mei dan
Juni juga tidak ada berita sepakbola di di Deli dan Langkat. Ada apakah? Apakah
sepakbola telah dilarang, karena selama ini pamor kriket dan pacuan kuda telah
tersingkirkan oleh semangat sepakbola? Tidak ada yang tahu.
Kompetisi Baru
Digelar
Begitu
lamanya tiada kabar berita, mungkin, para ‘gibol’ sudah sempat melupakan
sepakbola Noord Sumatra (Langkat dan Deli). Tapi, tiba-tiba pada awal bulan
Juli muncul berita besar lagi di koran-koran. Kompetisi sepakbola di Deli
segera akan digelar. Alhamdulilah, mungkin para ‘gibol’ bersyukur masih ada
harapan sepakbola Noord Sumatra akan lebih baik lagi.
Jadwal kompetisi 1907 |
De
Sumatra post, 08-07-1907: ‘Semalam di ruang serbaguna Hotel De Boer telah diadakan
pertemuan para pengelola olahraga dan memutuskan untuk mendirikan sebuah liga
sepak bola (voetbal competitive), dibagi menjadi dua kelas, untuk klub-klub
yang ada Sumatra’s Oostkust. Pertandingan akan berlangsung di Esplanade sebagai
tempat yang ditentukan. Aturan berikut diatur sebagai berikut: Setiap
pertandingan, pemenang mendapat dua poin dan imbang satu poin. Klub yang
berpartisipasi tetapi tidak mengikuti aturan wasit dan tidak bersedia
bertanding diberi sanki kehilangan permainan (kalah) dengan 6-0. Klub yang
tidak datang tepat waktu, juga kehilangan permainan (kalah) 5-0. Wasit memiliki
hak, jika pemain bermain kasar, dikeluarkan dari permainan serta pemain yang
bersangkutan dilarang berpartisipasi selama kompetisi. Untuk dua divisi
kompetisi disediakan masing-masing piala. Jadwal pertandingan kompetisi sebagai
berikut (lihat gambar). Hasil-hasil pertandingan akan dipublikasikan di koran secara
teratur’.
***
Kompetisi
yang akan digelar ini sesungguhnya bukan kali pertama di Medan. Sebelumya sudah
pernah digelar kompetisi pada Desember 1905. Klub yang berpartisipasi kala itu ada
tiga klub: Medan Sportclub, Langkat Sportclub dan Toengkoe Club. Namun tidak
diketahui mengapa kompetisi tersebut tidak berlanjut. Oleh karenanya kompetisi
ini boleh disebut kompetisi untuk kali kedua. Kompetisi baru (1907) ini mengindikasikan
beberapa hal.
Pertama, klub-klub
lama yang selama ini berkiprah di Medan dan Bindjei tidak ada, seperti Medan Sportclub,
Langkat Sportclub, Toengkoe Club, Tiong Hoa Club, Taman Sefakat Club. Kemana
klub-klub tersebut? Apakah dibubarkan atau merger dan berganti nama?
Kedua, muncul
nama klub baru: Chinese Sport Club, Maimoen Sporting Club, Sarikat Voetbal
Club, Java Voetbal Club, Djawi Beranakan Voetbal Club.
Ketiga, klub
lama tapi masih terbilang baru: Voorwaarts dan Tapanoeli tetap ada. Apakah
kedua klub ini sebagai suksesi klub lama yang mana kedua klub ini mempelopori
digulirnya kompetisi?
Keempat,
kompetisi terbagi dua divisi: Divisi satu terdiri dari tiga klub, yakni:
Voorwaarts, Chinese Sport Club dan Maimoen
Sporting Club. Divisi dua terdiri dari tujuh
klub, yakni: Medan Tapanoeli Club, Sarikat
Voetbal Club, Java Voetbal Club, Djawi Beranakan Voetbal Club, Chinese Sport
Club II, Voorwaarts II dan Maimoen Sporting Club II.
Kelima,
kompetisi yang akan digelar tidak diketahui apa nama pengelola, siapa yang
duduk dalam kepengurusan. Apakah semua keputusan diambil secara forum dalam
pertemuan tertentu?
Sepakbola
Noord Sumatra selalu berwarna-warni. Demikian juga klub-klub yang
berpartisipasi dalam kompetisi juga tampak colorful. Ini berbeda dengan
kompetisi di Soerabaija yang semua klub berbasis pada orang-orang Belanda. Di
Batavia, empat klub dari lima klub yang berpartisipasi adalah orang Belanda
yang mana satu diantaranya klub Sparta adalah militer. Sedangkan klub yang satu
lagi adalah Klub Dr. Djawa yang mana pemainnya
100 persen pribumi. Meski demikian, tidak dapat dikatakan seutuhnya klub
pribumi, karena Docter Djawa School adalah sekolah pemerintah Belanda yang
dikhususkan untuk melatih siswa pribumi menjadi dokter.
Sebaliknya, di
Deli, Noord Sumatra, kompetisi hanya diikuti satu klub yang berbangsa Belanda,
yakni Voorwaarts. Klub-klub lainnya berbasis non Belanda, yakni: Batak (Medan
Tapanoeli Club), Melayu (Maimoen Sporting Club), Djawa (Java Voetbal Club dan
Djawi Beranakan Voetbal Club), Tionghoa (Chinese Sport Club), dan campuran
pribumi (Sarikat Voetbal Club). Sayang sekali klub berbasis Inggris tidak
terwakili dalam kompetisi yang sekarang. Noord Sumatra memang marragam-ragam.
Deli Voetbal
Bond Dibentuk
Apa
yang dipertanyakan sebelumnya, siapa yang mengatur kompetisi mulai terkuak.
Pada tanggal 16-07-1907 disepakati bahwa semua klub yang berkompetisi digabung
menjadi satu nama: Deli Voetbal Bond (Perserikatan Sepakbola Deli). Untuk
sementara, diputuskan yang menjadi presidium organisasi sepakbola ini adalah
pengurus sepakbola dari klub Voorwaarts. Dalam pertemuan tersebut disepakati
adanya amandemen terhadap jadwal karena adanya poeasa.
Jadwak kompetisi 1907 (baru) |
De
Sumatra post, 17-07-1907: ‘Kemarin sejumlah klub sepakbola yang berpartisipasi
dalam kompetisi melakukan pertemuan dan mengumumkan ke media. Pada pertemuan
ini diputuskan untuk mendirikan Deli Voebal Bond (Asosiasi Sepakbola Deli) yang
anggotanya adalah klub. Ini adalah atas saran dari salah satu klub Cina untuk
menunjuk orang dari Voorwaarts sebagai Presidium dari Liga. Usul ini dibawa ke
pertemuan klub anggota dari dua divisi. Pertandingan antara Voorwaarts II
melawan Medan Tapanoeli Club yang dimainkan hari Minggu namun salah satu tim
terlambat yang seharusnya diberi sanksi 5-0 ditinjau kembali oleh Otoritas dan
diputuskan pertandingan akan digelar kembali pada tanggal 23 Agustus. Untuk
pertandingan lebih lanjut semua klub jadwal ditata ulang. Hal ini karena adanya
poeasa maka jadwal diamandemen. Jadwal lengkap terbaru serangkaian kompetisi
menjadi sebagai berikut (lihat gambar).
Kick-off
Pertandingan
pada pekan pertama yang dilaksanakan tanggal 19 Juli antara Maimoen Sporting
Club vs Sarikat Voetbal Club (Divisi Dua) dan antara Chinese Sport Club vs
Maimoen Sporting Club tidak teridentifikasi di koran. Pada minggu kedua
kompetisi dilanjutkan tanggal 26 Juli mempertemukan Medan Tapanoeli Club vs Sarikat Voetbal Club
(Divisi Dua) dilaporkan De Sumatra post.
Klassemen sementara minggu kedua (Kompetisi 1907) |
De Sumatra post,
27-07-1907: ‘kemarin di Esplanade, pertandingan sepakbola. Kedua tim bermain
tidak memuaskan. Pertandingan yang dilangsungkan 2X30 menit itu, Tapanoeli kalah 0-2 hingga turun minum. Pada
babak kedua, Tapanoeli memperkecil skor, tetapi Sarikat mampu mencetak gol lagi
hingga pertandingan berakhir dengan kedudukan skor 3-1. Dalam pertandingan ini secara
keseluruhan tampak banyak pelanggaran yang masih direstui oleh wasit’.
De Sumatra post,
29-07-1907: ‘Dalam lanjutan kompetisi, mempertemukan Java Voetbal Club vs Chinese Voetbal Club, skor dengan 3-1 dengan kemenangan Java
setelah waktu peluit satu jam permainan dibunyikan wasit Mr. Kok. Kombinasi permainan
yang sangat baik, baik dari Jawa maupun Cina'.
De
Sumatra post, 10-08-1907: ‘Sarikat VC bertanding dengan Voorwaarts. Pada babak
pertama, Sarikat kalah dengan skor 2-4. Pada babak kedua, Sarikat semakin
terbenam, Voorwaarts menambah lagi tiga gold an berkesudahan dengan kedudukan
akhir 2-7'
+Waarom Voorwaarta won? (Mengapa Voorwaarts menang telak?).P. een der omstanders had daarvoor zjjn eigenaardige reden, en wel deze: (Mr. P. salah satu pengamat punya alasan sebelumnya memberi jawaban aneh. begini:)
+„Tentoe itoe orang blanda musti menang".
+„Kenapa" vroeg zijn medetoeschouwer verwonderd. (tanya rekan penonton terkejut)
+„Sebab orang blanda makan biefatuk, dan orang malajoe makan petjil sadja.
Penjelasan yang melecehkan pemain sepakbola pribumi |
+Waarom Voorwaarta won? (Mengapa Voorwaarts menang telak?).P. een der omstanders had daarvoor zjjn eigenaardige reden, en wel deze: (Mr. P. salah satu pengamat punya alasan sebelumnya memberi jawaban aneh. begini:)
+„Tentoe itoe orang blanda musti menang".
+„Kenapa" vroeg zijn medetoeschouwer verwonderd. (tanya rekan penonton terkejut)
+„Sebab orang blanda makan biefatuk, dan orang malajoe makan petjil sadja.
Voorwaarts Juara Divisi Satu
Dalam lanjutan kompetisi dibawah Deli Voetbal Bond dilangsungkan sejumlah pertandingan baik divisi satu maupun divisi dua. Pertandingan divisi satu sudah mau memasuki pekan terakhir. Hasil-hasilnya antara lain, sebagai berikut:
De Sumatra post,
12-08-1907: ‘Pertandingan sepakbola diadakan kemarin antara Djawi Peranakan VC
dan Java VC yang berakhir dengan skor 0-0. Kontes yang mana kedua klub yang
berkostum biru putih (blauwwitten) dan yang berkostum hitam-hijau silih
berganti menyerang’.
De Sumatra post,
24-08-1907: ‘Voorwaarts II vs Tapanboeli VC pada saat turun minum skor 2-1. Pertandingan
berakhir dengan 6-l untuk keuntungan Voorwaarts’.
De Sumatra post,
23-09-1907: ‘Kemarin pertandingan atas asosiasi di Esplanade bersama-sama. Tapanoeli
di awal kuat, yang mereka tahu untuk mengekspresikan untuk keunggulan atas
lawannya 2-0. Setelah istirahat, Djawi- Peranakan hanya sekali berhasil
mencetak gol. Pertandingan ini sudah gelap ketika Mr. Cornfield, wasit meniup pluit. Kedudukan akhir menjadi Medan Tapanoeli menang
dengan 2-l’.
Klassemen Akhir Divisi Satu (1907) |
Petisi dalam
Sepakbola Deli
Taman Esplanade, Medan (1905) |
De Sumatra post,
27-11-1907: ‘diantara dokumen yang masuk kemarin termasuk petisi mengenai
lapangan Esplanade yang ditujukan kepada Mr. G.L.D.J. Kok sebagai pimpinan Deli
Voetbal Bond dan juga Vooerwaarts yang menggunakan lapangan Esplanade. Lapangan
ini bersebelahan dari Kantor Pos. Dalam permohonan meminta pertandingan
dipindahkan ke tempat lain, seperti yang sudah dilakukan sebelumnya di tanah
yang terletak dekat dengan Kerapatangebouw atau pada Djalan Lemba atau di
tempat lain. Ini semua untuk memenuhi keluhan dari warga Esplanade tentang
kebisingan setiap ada pertandingan, juga untuk menghindari agar area Esplanade tidak
rusak dan juga menghindari beban dan bahaya untuk para atlet..’.
Klassemen Sementara, Desember, 1907 |
De Sumatra post,
14-01-1908: ‘Pada hari Dinsdag tanggal 21 diadakan pertemuan selama delapan jam
untuk membahas permasalahan di Afdeelingsraad.
Salah satu agenda membahas ‘Behandeling van 3-ledig verzoek van den
President van den Dcli Voetbalbond c/t President der Voetbal-Vereeniging ‘Voorwaarts’
gedaan in zjjn a/d Afd. Raad gericht schrjjven van 2 November’.
Bagaimana kelanjutan sejarah perjalanan kompetisi sepakbola di Deli ikuti terus dalam artikel-artikel berikutnya. Persoalan lapangan sepakbola juga menarik untuk ditelusuri. Hal lain yang perlu ditelusuri adalah tumbuh kembangnya sepakbola di kota-kota lain di Noord Sumatra dan pertanyaan yang perlu diajukan apakah ada interaksi klub sepakbola Noord Sumatra khususnya dari Medan dan sekitarnya dengan klub-klub di Batavia atau kota-kota lainnya di Java Eilend.
***
Beberapa surat pembaca dari Padang Sidempoean |
Di Padang juga
terbit koran berbahasa Melayu namanya Pertja Barat. Koran investasi Belanda ini
juga mudah diakses di Padang Sidempoean. Sumatra Courant dan Pertja Barat
setiap hari bertukar informasi. Dua koran ini mengambil segmen pembaca yang
berbeda: Sumatra Courant bagi kalangan menengah ke atas, sebaliknya Pertja
Barat untuk kalangan menengah ke bawah. Dengan demikian, semua penduduk di
Mandheling en Ankola bisa mengakses berita-berita seputar Tapanoeli dan
Nederlandsch Indie.
***
Pada tahun 1897
editor Pertja Barat diganti. Pengganti editor koran yang sebelumnya adalah
orang Belanda adalah seorang pribumi yang sebelumnya berprofesi sebagai seorang
guru dan pengarang (buku pelajaran dan roman) bernama Dja Endar Moeda (lihat Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 04-12-1897). Editor pribumi pertama di Nedelansche
Indie ini adalah anak Padang Sidempoean,
alumni kweekschool Padang Sidempoean (lihat Sumatra Courant, 01-05-1884).
Sejak ditangani Si Saleh Harahap gelar Mangara(Dja) Endar Moeda, oplahnya makin
meningkat di Mandheling en Ankola. Sejak Dja Endar Moeda menjadi editor Pertja
Barat, koran Sumatra Courant makin sering mengutip isi editorial yang ditulis
Dja Endar Moeda sendiri karena tajam mengkritik pemerintah dan cerdas
menyajikannya.
Setelah sukses
di rantau, Dja Endar Moeda berkesempatan pulang kampong dan mengundang semua
warga kota untuk suatu horja besar di Padang Sidempoean. Di sela-sela mudik
ini, Dja Endar Moeda membicarakan dengan sejumlah rekan untuk menerbitkan koran
Tapian Naoeli (lihat Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 01-05-1900). Dalam
waktu yang tidak lama, Dja Endar Moeda telah mengakuisisi koran Pertja Barat
dan majalah mingguan Insulinde (lihat De locomotief: Samarangsch handels-en
advertentie-blad, 02-05-1901). Boleh jadi Dja Endar Moeda mudik tidak hanya
sekadar horja tetapi urusan bisnis (mengajak rekan-rekannya untuk investasi di
bidang pers). Sebab kemudian, Dja Endar Moeda juga telah membeli percetakan
yang selama ini mencetak koran Pertja Barat. Dja Endar Moeda juga telah memperluas
bisnis persnya ke Atjeh dan menerbitkan koran Pemberita Atjeh (lihat De Tijd:
godsdienstig-staatkundig dagblad, 02-08-1909).
***
Tahun 1899
Sumatra Courant di Padang ditutup. Sumatra Post di Medan mulai terbit. Besar kemungkinan
Sumatra Courant (era lama) dan Sumatra Post (era baru) adalah investor yang
sama. Sebab tidak lama setelah Sumatra Post terbit, juga muncul koran berbahasa
Melayu di Medan yang diberi nama Pertja Timoer. Penerbit J. Haliermann yang
menerbitkan koran Pertja Timoer, mungkin mengikuti gaya Pertja Barat, merasa
perlu editor harus ditangani seorang pribumi. Pada tahun 1903, hanya satu
pilihan yakni seorang jaksa yang desersi karena kekejaman Belanda di Natal.
Mantan jaksa itu kini ada di Medan, namanya Abdoel Hasan gelar Mangaradja
Salamboewe., Dialah yang direkrut Pertja Timoer untuk menjadi editor (editor
pribumi kedua di Nederlandsch Indie). Abdoel Hasan adalah anak Dr. Asta (siswa pertama dari
luar Djawa yang diterima di Docter Djawa School, 1854). Sebagaimana Dja Endar Moeda, Mangaradja Salamboewe juga adalah alumni Kwekschool
Padang Sidempoean (1893).
Koran Sumatra
Post (yang dikutip juga oleh Bataviaasch nieuwsblad) mengakui bahwa Mangaradja
Salamboewe memiliki keingintahuan yang tinggi, memiliki kemampuan jurnalistik
yang hebat. Koran ini juga mengakui bahwa Mangaradja Salamboewe memiliki pena
yang tajam dan memiliki kemampuan menulis yang jauh lebih baik dibanding
wartawan-wartawan pribumi yang ada. Hebatnya lagi, masih pengakuan koran ini,
Mangaradja Salamboewe selain sangat suka membela rakyat kecil, Mangaradja
Salamboewe juga sering membela insan dunia jurnalistik baik wartawannya maupun
korannya. Kami juga respek terhadap dia, demikian diakui oleh koran Sumatra
Post (lihat De Sumatra post
edisi 29-05-1908). Setelah Mangaradja Salamoewe wafat, editor Pertja Timoer digantikan oleh Soetan
Parlindoengan (alumni Kweekschool Padang Sidempoean).
***
Soetan
Casajangan setelah selesai studi di Negeri Belanda pulang ke tanah air tahun
1914. Kemudian, Soetan Casajangan (pendiri Indisch Vereeniging, 1908)
ditempatkan sebagai guru di Fort de Kock. Padang Sidempoean dengan Fort
de Kock jaraknya cukup dekat, karena itu Soetan Casajangan sering bolak-balik ke kampong halaman
di Padang Sidempoean. Soetan Casajangan, yang pernah menjadi editor beberapa majalah
di Negeri Belanda mempelopori penerbitan koran dwibahasa (Batak dan Melayu) di Padang
Sidempoean yang diberi nama Poestaha. Majalah mingguan ini dalam
perkembangannya ditingkatkan menjadi harian ketika Parada Harahap pulang kampong
dari Medan.
Parada Harahap, mantan editor di Deli ingin membela penduduk Padang Sidempoean,
Mandheling en Ankola yang sering menerima ketidakadilan dari pemerintah Belanda
(lihat Bataviaasch nieuwsblad, 13-07-1917). Parada Harahap juga menjadi editor koran Sinar Merdeka di Siboga. Koran Padang Sidempoean ini
oplahnya juga beredar di Pematang Siantar (lihat De Sumatra post, 15-04-1918).
Koran ini cukup garang terhadap pemeritah Belanda. Sangat sering koran ini dituntut
balik sebagai delik pers dalam kasus dengan asisten residen Van der Meulen (lihat
De Sumatra post, 18-08-1920). Beritanya juga banyak dikutip koran-koran Belanda
seperti laporan kebakaran Pasar Padang Sidempoen seminggu lalu (lihat De
Sumatra post, 17-09-1926). Delik pers kembali menerpa Poestaha dengan pemerintah dan polisi yang
mengakibatkan editornya dibui (lihat De Sumatra post, 25-02-1927).
Bataviaasch
nieuwsblad, 07-08-1926
|
Setelah
sekian tahun di Padang Sidempoan, Parada Harahap hijrah ke Batavia dan
menerbitkan sejumlah media termasuk Bintang Timoer (lihat berita pendirian koran tersebut di Bataviaasch
nieuwsblad, 07-08-1926 dan Nieuwe Rotterdamsche Courant, 30-08-1926 ). Parada Harahap dijuluki pers Belanda sebagai The King of Java Press, karena Bintang Timoer juga memiliki edisi Jawa Timur di Soerabaija dan edisi Jawa Tengah di Semarang (lihat De Indische courant, 13-09-1928). Parada Harahap adalah satu-satunya orang Batak yang menjadi
anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Parada Harahap adalah pendiri Kantor
Berita Alpena (bersama W.R. Soepratman, penggubah lagu Indonesia Raja). Parada Harahap. de beste journalisten van de Europeesche pers (lihat De
Indische courant, 23-12-1925). Jangan lupa: Parada Harahap adalah pemain sepakbola klub Bataksche Voetbal Vereeniging (BVV) di Batavia (lihat De Sumatra post, 29-09-1925) dan salah satu pendiri Sumatranen Bond (De Indische courant, 10-02-1927). Parada Harahap juga adalah penulis skenario film (lihat Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 20-06-1930).
***
Garis pers dari
Padang Sidempoean ini bisa diteruskan hingga tiba waktunya kemerdekaan RI,
seperti Adam Malik (Batubara), pendiri Kantor Berita Antara, Sakti Alamsyah
(Siregar) pendiri koran Pikiran Rakyat di Bandoeng, Mochtar Loebis, pendiri
koran Indonesia Raja, A.M. Hoetasoehoet, mantan wartawan (pendiri IISIP, Jakarta--Kampus Tercinta di Lenteng Agung).
(bersambung)
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber tempo doeloe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar