Planters vs Handel di Deli, 1908 |
***
Siapa
mereka itu? Mereka yang bermain itu adalah sebagian dari para pemain-pemain
yang tergabung dulu di klub Sportclub, suatu klub pertama yang didirikan di
Medan.
Kompetisi 1908
Kompetisi
musim kedua sejak 1907 akan digelar kembali. Ada perubahan komposisi klub yang
berpartisipasi. Pada musim ini jumlah divisi bertambah menjadi tiga divisi.
De Sumatra post,
25-04-1908: Deli Voetbal
Bond mengirimkan daftar klub dan jadwal kompetisi. Berikut adalah tanggal,
nama-nama klub dan nama-nama wasit untuk pertandingan kompetisi. Nama yang
disebut pertama adalah tuan rumah dan karena itu klub yang bersangkutan akan menentukan
sendiri dimana pertandingan dimainkan dan peralatan yang dapat digunakan.
Pertandingan akan dimainkan sesuai dengan aturan sepak bola yang diterbitkan
oleh Bataviaschen Voetbal Bond. Pertandingan dimulai 5.05 dan berakhir 6.10
sore. Lama pertandingan diatur selama 60 menit yang mana diantaranya 5 menit
untuk istirahat. Dengan pertimbangan tertentu, atas permintaan kedua kapten
diperbolehkan waktu istirahat lebih lama. Dewan DVB (Deli Voetbal Bond) merekomendasikan
menggunakan jaring’.
Dengan memperhatikan klub yang berpartisipasi pada musim 1908 ini teridentifikasi bahwa jumlah peserta semakin bertambah, dengan rincian sebagai berikut:
.
Deli Voetbal Bond, 1908 |
- Divisi Satu bertambah satu klub dari sebelumnya tiga klub menjadi empat klub. Klub yang bertambah adalah Teman Sefakat. Klub Teman Sefakat adalah klub lama yang baru bergabung pada musim 1908.
- Voorwaarts, Maimoen dan Chinese Sporting Club juga membentuk tim untuk Divisi Dua.
- Teman Sefakat memiliki tim pada setiap divisi.
- Sarikat dan Java tidak berpartisipasi lagi.
- Djawi ditempatkan di Divisi Tiga
- Klub baru lainnya: Constantinopel VC (Divisi Dua); Medan Perdameian (Divisi Tiga)
De
Sumatra post, 11-05-1908 (Voorwaarts vs Chinese SC): ‘Kemarin adalah yang
pertama di Esplanade pertandingan diadakan untuk Divisi Dua Deli Voetbal Bond dipimpin
oleh Mr Wittereen. Kedua belah pihak main dengan sepuluh pemain. Klub kostum
hijau-putih (groen witten) mulai melalulan penyerangan. Sama-sama kuat namun
beruntung si hijau putih (Voorwaarts) mampu menjaringkan gol ke gawang si
merah-putih (Chinese SC) hingga istirahat setengah jam. Tidak ada gol yang
terjadi pada babak kedua. [Sementara itu] Sabtu lalu dimainkan untuk Divisi
Tiga antara Djawi Peranakan melawan Medan Perdameian dengan kedudukan akhir 2-1’.
Kompetisi Dihentikan Sementara, Dilakukan Pertemuan Evaluasi
De Sumatra post, 13-06-1908: ‘Laporan dari
Deli Voetbal Bond. Pada pertemuan kemarin klub-klub DVB V.V. Voorwaarts, Chinese
Sp.Cl., J.V.V. Constantinopel, VC Djawi
Peranakan, dan Medan Perdameian. Perwakilan dari Maimoon-Sp Cl. dan Tapanoeli
VC tidak hadir. Sebagai ketua DVB dipimpin oleh Cornfield dalam pertemuan itu
menyatakan tujuan pertemuan bahwa untuk sementara waktu dihentikan kompetisi
untuk melanjutkan lagi, dan semua diatur kembali agar semua lebih baik. Untuk
selanjutnya aturan permainan kembali dibawah aturan lama (dari kompetisi
sebelumnya). Salah satu delegasi berbicara tentang keinginan untuk bermain di
bawah aturan baru, karena mereka kemudian semua harus berubah, dan itu ternyata
tidak jalan karena tidak semua pemain tahu
mana aturan lama dan aturan baru. Aturan baru dibawah aturan umum
Bataviaaschen Voetbal Bond. Hal lain yang juga diputuskan adalah Divisi III
tidak dilanjutkan karena alasan tertentu. Poin ketiga adalah pertanyaan
penanganan, dimana pertandingan yang dimainkan, hanya cocok di tempat
Voorwaarts. Diharapkan agar Voorwaarts
bersedia menyumbangkan tanahnya untuk dijadikan tempat pertandingan.
Sebuah komite disiplin disatukan yang terdiri dari tiga anggota dan dua
alternatif. Mereka itu adalah Kok, Witteveen, Ovetersee, Cornfield dan Welter.
Juga dibicarakan tentang mengenakan sepatu di dalam pertandingan. Bermain tanpa
alas kaki atau kouzen akan dilarang. Untuk memimpin pertandingan diusulkan
Witteveen, Ojsteriee, Cornfield dan Welter. Dua dari mereka hadir pada
pertemuan tersebut secara sukarela.
Diputuskan untuk mendirikan sebuah nama program yang sama sekali baru dan
permainan dapat dilakukan mulai sesegera mungkin’.
De
Sumatra post, 09-09-1908: ‘ Sekitar 19 hingga 22 orang di Belawan melakukan
pertandingan sepakbola dibawah koordinasi H.M. Edi di Belawan melawan tim
sepakbola dari Medan. Bagaimana hal ini menurut Dewan Deli Voetbal Bond?
***
De
Sumatra post, 17-12-1908: ‘Pertandingan antara Planters melawan Handel di bawah
hujan gerimis dengan lapangan licin dilaksanakan yang dipimpin oleh Mr
Witteveen. De Planters met: Stok; v. Lejjden, Y. Reesema; Schjjff, Prins, Hissink;
K. Bejjnen, Baukerma, v. d. Maten, Ssmson, en v. d. Bergb. Het Handelselftal:
Bonman v. Heil; Jongencel. Morrison, Sieger, Munters. 't Hoofd, Vervloet,
Burger, Corr field en Wetteis. Planters menang tiga gol sampai babak pertama
usai. Pada babak kedua, Planters mengendorkan permainan. Tujuan mereka ingin
lawan memborbardir mereka dan itu berisiko kepada penjaga gawang. Handel
berhasil mencuri gol. Cukup banyak penonton hadir dan juga orang-orang Eropa.
Pertandingan berakhir dengan skor 3-2’.
Toengkoe Club
Muncul Lagi
De
Sumatra post, 27-02-1909: ‘Sore ini pukul lima di lapangan Esplanade dilakukan
pertandingan antara Medan Peradameian melawan Constantinopel. Pada Minggu sore
antara Voorwaarts II melawan Toengkoe Club I. Het elftal van Voorwaarts II is
als volgt samangasteld: E. Theuvenet. B. v. Duinen. W. v. Druten. A. Cornfield.
P. Stritsko. M. Schuhmacher. A. Flinsner. J. C ffie. L. v. Heil. J. Wetters, J.
Welter’.
De
Sumatra post, 11-03-1909: ‘Sabtu, 13 Maret pada sore hari pukul lima
pertandingan sepakbola di Esplanade antara V.V. Voorwaarts (Medan) versus J.V.V
(Bindjei). Het elftal van sal als volgt sfln samengesteld: Kok, v. Duinen, v.
Druten; Cornfield, Theuvenet, Schuhmacher; Flinsner, de Veer, Wetters, Nagel,
Walter.
Voorwaarts
Bertanding Melawan Diri Sendiri
De
Sumatra post, 23-03-1909: ‘Sabtu sore hari pukul lima pertandingan sepakbola di
Esplanade antara Voorwaarts melawan Tapanoeli. Voorwaarts memasukkan gol dua
kali sementara Tapanoeli sekali. Pada babak kedua setelah istirahat Voorwaarts
menambah kemenangan menjadi 3-1. [sementara itu] Pada hari Minggu, Voorwaarts
melawan Djawi Peranakan. Pertandingan ini dimenangkan oleh Voorwaarts 2-0’.
De
Sumatra post, 24-03-1909: ‘Kemarin sore pukul 5 di Esplanade V.V. Voorwaarts melawan
Medan Perdameian. Tim kostum merah-hitam mengawali serangan dan akhirnya
membuahkan gol. Gol balasan dari lawan membuat sekir 1-1. Sebelum pertandingan
berakhir kedudukan menjadi 2-1 untuk Voorwaarts. Pada babak kedua tetap dengan
skor sebelumnya’.
De
Sumatra post, 27-03-1909: ‘Besok tanggal 28 Maret dilakukan pertandingan dua
tim Voorwaarts. Susunan pemain dua tim. Partij-1 (Rood Shitt, Witte broek):
Kramer; van Duinen, van Diatan; Cornfield Jr, Jongoncel, Muller; Flinsner, van Heil Jr, Sieger, Schuhmacher, Welter.
Partij-2 (Wit Shiit, Witte broek): Thooft; Wola van der Wel, Vervloet, Weitere, Burger; Cornfield
Sr. Munters, T koerenet; Nagel, van Heil Sr; Kok’.
De Sumatra post,
08-04-1909: ‘Pertandingan antara Voorwaarts vs Medan Perdameian sore ini di
Esplanade pukul lima sore’.
De Sumatra post,
13-04-1909: ‘Hari Sabtu pertandingan di Bindjei antara Vooertwaarts melawan
J.V.V (Bindjei). Skor 1-1’.
De Sumatra post,
14-04-1909: ‘Pertandingan antara Voorwaarts vs Medan Perdameian sore ini di
Esplanade pukul lima sore’.
De Sumatra post,
16-04-1909: Voetbal te Medan. V.V. Voorwaarts III versas V.V. E.M.M’.
Medan Tapanoeli
vs Docter Djawa Club
De
Sumatra post, 17-04-1909: ‘Sore ini dilakukan pertandingan antara Tapanoeli vs
Docter Djawa Club di Esplanade. Pada
besok hari Minggu Voorwaarts III akan
berhadaoan dengan E.M.M.I. De Sumatra post, 19-04-1909 melaporkan hasil
pertandingan Tapanoeli vs Docter Djawa Club
dengan skor 1-3. Pada babak pertama Docter Djawa Club yang berkostum
blauwitten (biru-putih) menang dua gol. Setelah istirahat, Tapanoeli yang
berkostum merah-hijau pada permulaan pertandingan berhasil memperkecil skor.
Docter Djawa Club akhirnya memenangkan pertandingan setelah menambah satu gol
lagi’. Pertandingan antara Voorwaarts vs EMMI dengan skor 4-0’.
De Sumatra post,
20-04-1909: ‘Pertandingan antara Voorwaarts III vs Kampong Gloegoe Club sore
ini di Esplanade pukul lima sore’.
De Sumatra post,
23-04-1909: ‘Pertandingan antara E.M.M vs Medan Perdameian’.
De Sumatra post,
08-05-1909: ‘Morgennamiddag om 5 uur, te Esplanade V.V. Voorwaarts II vs Oranjecombinatie’.
De Sumatra post,
01-06-1909: ‘Pada tanggal 30 Mei Voorwaarts lI vs Stia Sumatra Sporting Club’.
De Sumatra post,
13-06-1909: ‘Voorwarts II vs Bondjei’
Setelah
kompetisi untuk sementara dihentikan dan dilakukan pertemuan evaluasi dalam
kenyataannya kompetisi tidak pernah terlaksana. Ini mengindikasikan kompetisi
tiga divisi Deli Voetbal Bond hanya berumur seumur jagung. Dengan tidak adanya
kompetisi (vakum), masing-masing klub berjalan dengan programnya masing-masing.
Meski kompetisi tidak berjalan mulus, namun ada beberapa hal yang hal yang
menarik untuk dicatat, yaitu:
Klub Toengkoe munculnya
kembali yang selama ini tidak diketahui kabar beritanya. Klub Toengkoe adalah
klub pribumi yang pertama didirikan di Medan. Klub ini sempat melakukan
kompetisi dengan dua klub lainnya, yakni: Langkat Sportclub dan Medan
Sportclub. Dua klub ini adalah dua klub yang pertama didirikan di Deli. Medan
Sportclub adalah klub yang dihuni oleh bangsa Belanda dan homebase di Medan,
sedangkan Langkat Sportclub adalah klub yang dihuni mayoritas orang-orang
Inggris dan memiliki homebase di Bindjei.
Klub Voorwaarts
yang merupakan satu-satunya klub Belanda yang exist, telah kehilangan
kesempatan untuk bermain lebih banyak. Untuk mengisi kekosongan kompetisi
Voorwaarts melakukan yang sifatnya bilateral dengan sjumlah klub. Namun itu
tidak cukup bagi Voorwaarts, dan untuk mengisi kekosongan pertandingan Voorwaarts melakukan
pertandingan internal antar anggota Voorwaarts sendiri.
Klub Tapanoeli
kedatangan tamu dari Batavia, klub Docter Djawa. Klub yang berkompetisi di
Bataviasche Voetbal Bond ini adalah klub yang pemainnya 100 persen pribumi yang
tengah kuliah di Docter Djawa School. Pertandingan yang dilangsungkan di
lapangan Esplanade Medan pada tanggal 18-04-1909
itu berakhir dengan skor 1-3 dengan keunggulan Docter Djawa VC*.
Sejauh
ini di Deli, Noord Sumatra begitu banyak klub sepakbola, meski ada beberapa
yang tidak melakukan pertandingan lagi (yang dilaporkan) sesungguhnya klub-klub
tersebut tetap exist namun kegiatan pertandingannya secara resmi vakum.
Toengkoe, Langkat dan Sportclub ternyata masih ada, namun para pemainnya tidak
hadir dengan memakai bendera klub lama tetapi dengan nama lain seperti
Planters, Handel dan Langkat Elftal. Bagaimana kelanjutan sepakbola Deli, Noord
Sumatra tunggu pada artikel berikutnya.
***
Docter Djawa Club atau Stovia Club, Batavia, 25-01-1907 |
Pertanyaannya,
ketika melawat ke Medan mengapa klub Tapanoeli yang dijadikan sebagai tujuan.
Klub Tapanoeli juga tampaknya sangat senang menerima tamu dari jauh dan
bertindak sebagai tuan rumah yang baik. Lantas mengapa klub Docter Djawa tidak
memilih klub lainnya seperti Teman Sefakat, Toengkoe, Maimoen, Sarikat atau
klub yang sama-sama menggunakan kata Djawa seperti klub Java VC atau Djawi
Peranakan. Jawabannya begini:
Docter Djawa
School adalah sekolah dokter pribumi yang didirikan 1851 di Batavia. Pada tahun
1857 Si Asta dan Si Angan dari Afdeeling Mandheling en Ankola diterima sebagai
siswa. Dua anak ini ternyata adalah siswa pertama yang diterima dari luar
Djawa. Karena prestasi kedua siswa ini (kemampuan kognitif yang tinggi dan
kemampuan bahasa Belanda yang memadai), pimpinan Docter Djawa School (yang
rata-rata pertahun mendidik 8-10 siswa) meminta siswa yang berasal dari
Mandheling en Ankola untuk didatangkan. Pada tahun 1856 dua siswa dari
Mandheling en Ankola yang bernama Si Toga gelar Dja Dori dan Si Napang gelar
Dja Bodi diterima dan telah mengikuti pendidikan (lihat Utrechtsch provinciaal
en stedelijk dagblad: algemeen advertentie-blad, 02-04-1857). Demikian seterusnya
secara reguler anak-anak Mandheling en Ankola mengikuti pendidikan di Docter
Djawa School ini.
Kurikulum Docter
Djawa School ini diubah tahun 1875 yang mana lama pendidikan berubah dari tiga
tahun menjadi tujuh tahun.
***
Pada akhir tahun 1893 (tahun baru 1894) ketika dilaporkan ada pertandingan
sepakbola pertama di Medan antara klub Deli dengan tim dari Penang (lihat
Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 02-01-1894) di tahun yang sama
(1894) dua siswa asal Padang Sidempoean diterima di Docter Djawa School. Dua pemuda
itu bernama Haroen Al Rasjid dan Muhamad Hamzah. Keduanya lulus di tahun yang
sama tahun 1903. Haroen Al Rasjid Nasoetion setelah selesai masa dinas di
Padang dan Sibolga membuka klinik dokter praktek di Telok Betong.
Salah satu anak
Dr. Haroen yang terkenal adalah Ida Loemongga (dokter pertama pribumi yang
meraih gelar PhD pada 1932 di Universiteit Utrecht).
Sedangkan Dr.
Muhamad Hamzah (Harahap) setelah usai berdinas di Telok Betong kemudian pindah
dan membuka klinik di Pematang Siantar. Dr. Muhamd Hamzah selama di Pematang
Siantar pernah tiga periode menjadi anggota Dewan Kota (gementeeraads). Dr.
Muhammad Hamzah di dalam masyarakat menjadi pembina Siantar Voetbal Bond.
Selain itu, dua
anak Padang Sidempoean yang bernama Abdul Hakim (Harahap) dan Abdul Karim
(Harahap) direkrut dari Padang Sidempoean tahun 1898. Keduanya sekelas dengan
Dr. Tjipto (lihat Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 28-01-1899). Abdul
Hakim dan Abdul Karim akhirnya lulus Dokter Djawa School November 1905 dan
berhak mendapat gelar dokter. Mereka berdua berdinas dan ditempatkan di kota
yang berbeda. Dr. Abdul Karim ditempatkan di Sawah Lunto Januari 1906, kemudian
ke Goenoeng Sitoli dan Fort de Kock. Sedangkan Dr. Abdul Hakim ditempatkan
ke Padang Sidempoean, kampong halamannya. Lalu pada tahun 1910 dipindahkan ke
Bindjei (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 25-04-1910).
Satu lagi yang
terkenal adalah Radjamin Nasoetion, angkatan pertama STOVIA tahun 1902 yang
lama pendidikan menjadi sembilan tahun. Pada saat Dr. Djawa VC datang ke Medan
tahun 1909, Radjamin sudah kuliah memasuki tahun ke tujuh. Radjamin adalah
salah satu pemain Dr. Djawa VC yang ikut melawaat ke Medan. Radjamin lulus
STOVIA tahun 1912. Dr. Radjamin Nasoetion berdinas di bea dan cukai, setelah
dinas di berbagai tempat akhirnya ditempatkan di Medan. Radjamin Nasoetion
adalah pendiri asosiasi sepakbola pribumi di Medan yang diberi nama Deli
Voetbal Bond (lihat De Sumatra Post terbitan 13-02-1923). Setelah lama di
Medan, Radjamin pindah ke Batavia lalu ke Soerabaija. Di kota tempat kelahiran
teman akrabnya, Dr. Soetomo yang sesama
aktivis di STOVIA di masa lalu, kemudinan Radjamin Nssoetion terpilih menjadi
anggota Dewan Kota. Di tengah masyarakat, Radjamin Nasoetion melanjutkan
hobinya menjadi pembina sepakbola pribumi di Soerabaija.
Pada tahun 1942
Dr. Radjamin diangkat militer Jepang menjadi walikota Soerabaija dan ditunjuk
lagi ketika era Republik. Dr. Radjamin Nasoetion adalah pribumi pertama yang
menjadi Walikota Surabaya.
Teman Radjamin
yang masuk STOVIA tahun 1902 adalah Muhamad Daulaj. Setelah lulus ditempatkan
di Ngawi dan kemudian pindah ke Semarang. Lalu kemudian Muhamad Daulaj
dipindahkan ke Medan. Pada tahun 1916 Muhamad Daulaj membuka rumah sakit swasta
di Poeloe Sitjanang untuk penderita penyakit kusta (Bataviaasch nieuwsblad,
22-04-1916).
Setelah Radjamin
Nasoetion dan Muhamad Daulaj, sejumlah mahasiswa asal Padang Sidempoean di
STOVIA antara lain Gindo Siregar (1922-); Aminoedin Pohan (1919-); Diapari
Siregar (1921-); Moerad Loebis (1920-); Amir Hoesin (1918-); Soleiman Siregar;
Amijn Pane (1924-), Daliloeddin Lubis (1923-), Amir dan Moenir Nasoetion
bersaudara (abang dari S.M. Nasoetion, Gubernur Sumatra Utara yang pertama).
Namun diantara
mereka hanya Diapari Siregar dan Aminoedin Pohan yang melanjutkan pendidikannya
ke Negeri Belanda untuk memperoleh akte dokter spesialis.
Amimoedin Pohan
sendiri merupakan salah satu dokter yang pernah pulang kampong untuk berdinas
di Padang Sidempoean. Sepulang dari Belanda Aminoedin mengundurkan diri dari pegawai
pemerintah, tetapi kemudian diusulkan oleh Abdul Rasjid (anggota Volksraads)
dan bersaing dengan dokter-dokter Belanda dan akhirnya yang dipromosikan
Menteri Kesehatan ke Padang Sidempuan adalah Amidoedin Pohan untuk menjabat
sebagai Direktur rumahsakit yang baru dibangun (1936). Setelah dua tahun menata
rumah sakit Padang Sidempuan Aminoedin Pohan dipindahkan ke Semarang dan
penggantinya di Padang Sidempuan adalah Dr. M.M. Hilfman. Pada tahun 1940,
Aminoedin dipindahkan ke Departemen Kesehatan di Batavia.
Sedangkan
Diapari Siregar mendapat akte dokter spesialis di Leiden 1932. Setelah berhenti
pegawai pemerintah, Diapari Siregar pulang kampong tapi hanya sampai di
Pematang Siantar. Diapari Siregar lebih memilih membuka prakter dokter swasta
di Pematang Siantar.
Pada tahun 1924
siswa yang diterima di STOVIA haruslah lulusan MULO (Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs). Selanjutnya pada tahun 1927 STOVIA berganti nama menjadi
Geneeskundige Hoogeschool (Sekolah Tinggi Kedokteran). Pada tahun 1934 siswa
yang diterima haruslah lulusan AMS (Sekolah Lanjutan Atas) atau HBS (Sekolah
Menengah Belanda).
***
Pada sekitar
1908, tiga anak Padang Sidimpoean yang terjun dalam dunia jurnalis di Medan
adalah Mangaradja Salamboewe, Parlindoengan dan Parada Harahap. Mangaradja
Salamboewe adalah alumni Kweskschool Padang Sidempoean, anak Dr. Asta (siswa
pertama luar Djawa yang diterima di Docter Djawa School).
***
Dengan
memahami kiprah anak-anak Padang Sidempoean, Mandheling en Ankola sejak 1854
hingga 1908, maka siswa-siswa Docter Djawa School sangatlah akrab dengan
anak-anak Tapanoeli. Dan daerah Tapanoeli tidak asing bagi siswa-siswa Docter
Djawa School, karena siswa dan alumni Docter Djawa School cukup popular di
Nerderlansch Indie. Karena itu ketika Dr. Djawa VC ingin melawat keluar kandang, hanya ada satu pilihan
tempat yang sesuai, yakni ke Medan, maka koneksi Muhamad Daulaj dan Radjamin
sebagai pemain sepakbola Dr. Djawa VC dan para alumni yang berasal dari Padang
Sidempoean (Tapanoeli) sudah banyak di Medan, maka pilihan Dr. Djawa VC untuk
memilih lawan tanding di Medan sangat masuk akal. Pada masa itu, lawan tanding
haruslah bertindak menjadi tuan rumah untuk memfasilitasi para tamunya.
Tapanoeli VC menerima dan melayani tamunya dengan antusias dan dengan keramahan
anak-anak Padang Sidempoean.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar