Pertumbuhan dan perkembangan sepakbola di
Noord Sumatra sedikit berbeda jika dibandingkan dengan di Jawa seperti Batavia,
Soerabaija, Semarang dan Bandoeng. Di Medan, sepakbola diwakili oleh berbagai
bangsa dan berbagai adat (belum ada kala itu kata etnik). Termasuk bangsa
Belanda dan bangsa Inggris mewakili Eropa. Adat Tapanoeli dan adat Melayu
mewakili pribumi. Inggris menjadi selalu batu sandungan bagi tim Belanda dan
tim Tapanoeli telah menunjukkan arti sportivitas dalam sepakbola. Anak-anak
Tapanoeli berani menentang keberpihakan Belanda, dan mengambil risiko itu:
Tidak hanya keluar dari kompetisi bahkan membubarkan klub mereka sendiri
sebagai sikap menentang ketidakadilan dalam dunia sepakbola.
Deli Sport Vereeniging
Deli Sport Vereeniging adalah suksesi Medan
Sport Club (MSC). Selaian sepakbola, MSC juga membidangi cabang olahraga yang
lain seperti kriket. Klub sepakbola MSC adalah Medan Sportclub atau cukup
disebut Sportclub. Nasib MSC dan Sportclub lambat laun meredup lalu menghilang
seiring dengan semakin menguatnya klub Voorwaarts sebagai jawara baru sepakbola
di Medan. Lalu kemudian Voorwaarts dan Tapanoeli VC mempelopori kompetisi baru
di Deli. Namun dalam perkembangannya kompetisi hanya terencana dalam dua musim,
lalu kompetisi yang telah dihentikan membuat klub Voorwaart kehilangan momen
untuk berkompetisi. Voorwaart kemudian melakukan merger dengan klub hoki dan
klub kriket di Medan dan membentuk perhimpunan olahraga yang kemudian dikenal
sebagai Deli Sport Vereeniging atau disingkat DSV.
De Sumatra post, 19-11-1914 (Deli Sport Vereeniging): ‘Kemarin
malam Deli Sport Vereeniging diadakan di Medan Hotel rapat umum tahunan.
Meskipun hari hujan, ada dua puluh anggota datang. Dipimpin oleh Mr RD.
Jongencel. Setelah sekretaris membacakan risalah sidang umum terakhir, lalu
disetujui, ia melanjutkan untuk membaca laporan keuangan yang terkait pemasukan
(iuran dan donatur) dan pengeluaran untuk musik, untuk blasting f160;
pemeliharaan situs, lamnpu-lampu, air dan pemeliharaan clubhouse, advertentiën
untuk menerima tim sepak bola RDM dan penjaga dan lain-lain; gaji f949;
peralatan sepak bola f194, untuk bola
hoki, dll f86, peralatan atletik f77, tingkat kriket resmi f65. Surplus sebesar
f1.093. Ini mencetak utang sebesar 1.000 gulden untuk serikat. Diinformasikan
lebih lanjut bahwa sepak bola akan diperluas dalam perjalanan tahun keuangan
baru dan menghiasi pintu masuk situs dan ditingkatkan dengan control, satu per
satu anggota DSV tanda tangan dirancang hadir pada pertemuan untuk pemeriksaan.
Juga, kursi untuk rumah klub yang akan dibeli. Usulan, untuk satu saham diiklankan sebesar f500 untuk
lelang langsung dalam 3 bulan, diadopsi oleh pertemuan. Presiden, sekretaris,
bendahara untuk berterima kasih untuk manajemen ekonomi. Setelah uang, debat
biaya iklan pun terjadi. Eenerzjjds berharap bahwa karena biaya itu adverteeren
selanjutnya akan dihilangkan, di sisi lain ia berpikir bahwa tidak perlu
diiklankan. Hasilnya adalah bahwa pengurus berjanji akan memberikan informasi
dalam bentuk poster di White Society, Hotel de Boer, Medan Hotel dan pengumuman
di rumah klub yang akan menjadi lawan pertandingan. Laporan itu disetujui.
Sampai anggota komite verifikasi terpilih Bapak A. Baart, HP Lautenbach dan C.
Heideman. Setelah ini, laporan itu dibahas. Aktivitas DSV selama pengurusan
masa lalu dibacakan dan dianggap cukup dan bahwa laporan dianggap komprehensif
kegiatan ini memberikan baik, gambar hidup. Di sini di Medan dikatakan bahwa
kegiatan olahraga, khususnya bahwa praktek sepakbola sudah mewabah baik di
bawah ETI dan di antara masyarakat pribumi telah sangat menyebar. Bahwa dewan
itu sendiri dalam semua tindakan yang disebut disarankan untuk membuktikan
suatu kontes antara Penang-Oostkust. Seperti yang diperkirakan, hal itu
disebut, akan dilakukan pada Paskah terakhir. Pengurus merasa senang terdorong
untuk menulis kepada tamu Penangers akan menerima, tapi kedatangan tidak akan
dikaitkan dengan perayaan besar, karena baik klub maupun penggemar olahraga
sudah antusias. Sekarang, tidak hanya antusiasme untuk berbagai olahraga bahkan
penonton menghadari sangat besar untuk ras yang berbeda. DSV pada awal tahun
memiliki 65 anggota dari 18 anggota luar biasa dan donor 61 orang donatur,
angka-angka ini pada akhir tahun,
masing-masing sebanyak 125, 39 dan 103. Pada program untuk musim mendatang,
kecuali sepak bola, juga hoki dan kompetisi kriket melawan Langkat, dan bahkan
pertandingan athletiek. Selanjutnya, laporan tersebut menunjukkan bahwa
pengurus DSV, ada mis-pemerintahan menimbulkan bias yang cukup salah,
pernyataan tentang keberpihakan dalam kompetisi pada tahun 1913 terdengar dan
mengingat pekerjaan yang luas lainnya dan persaingan pada tahun 1914 tidak akan
lagi memimpin kompetisi, tetapi tugas ini akan ditransfer ke komite, yang
terdiri dari orang-orang yang netral dan mereka merupakan bagian yang berbeda
dari daerah. Penunjukan komisi ini, sebagaimana dibuktikan oleh catatan, juga
harus dilihat sebagai upaya untuk memanggil kembali kehidupan sepakbola. Het
bestuur had de heeren A. Buck, als president, LR. Koolemans Beynen, als vice-pres.,
P. Plat, als secr., en JJC. Witteveen, Chr. Vervloet en JP. v. d. Bosch
uigenoodigd in de commissie zitting te nemen en van hen een toestemmend
antwoord ontvangen. Komite ini akan mengatur seluruh liga dan hanya
berkonsultasi dengan DSV tentang lapangan. Ruang rapat itu lebih lanjut
meninformasikan bahwa administrasi DSV tahun depan untuk memimpin lagi Mr
Jongencel juga menyatakan bahwa musim ini tidak akan mengambil inisiatif untuk
pembentukan tim Handel (Handelseiftal) dan di tempatnya akan datang tim DSV.
Namun, ini tidak berarti bahwa seseorang dapat melanjutkan ke inisiatif ini
karena kompetisi tidak diperbolehkan lagi, apa yang tahun lalu telah menjadi
penyebab ketidakpuasan di antara anggota, pemain yang telah pernah melekat pada
tim tertentu, dengan sesama yang lain bermain. Anggota DSV karena itu akan
menjadi tim Van Nie atau anggota tim Handel bisa bermain. Upaya DSV akan terus,
seperti dalam Deli, juga di Langkat, Padang en Bedagei dan Serdang kompetisi
untuk membangun kehidupan masing-masing. Juara masing-masing yang kemudian akan
bersaing satu sama lain. Klub-klub akan lagi, seperti pada tahun sebelumnya.
f25 deposito di kas competitie. Lalu datanglah masalah administrasi pemilu.
Dewan, yang harus mengundurkan diri secara keseluruhan, memperkenalkan diri
untuk pemilihan ulang lagi. Untuk lowongan komisaris kriket yang ditempati Mr.
Fenton, karena yang bersangkutan berangkat ke Eropa dan Mr. JCM West sebagai
kandidat. Het nieuwe, herkozen bestuur bestaat thans uit de heeren RD.
Jongencel, pres., A. Buck, vice-pres., AD v. Buren Schele, secr.-penningm., JCM.
West, cricket-commivsans, RJ. Goddard, voetbal-commissaris, H. Helling,
hockey-commissaris.. Kemudian datang membahas usulan skema kontribusi seragam.
Dewan mengusulkan untuk memungkinkan coutributiën untuk setiap divisi dan
memaksakan biaya seragam sebesar 20 gulden per tahun, yang akan dikumpulkan
dalam dua termin. The registreeren dan pengumpulan terpisah dari dana sekarang
memunculkan segala macam kesulitan. Pertemuan itu diusulkan oleh beberapa pihak
untuk proposal ini keberatan, meskipun itu setuju, bahwa skema kontribusi yang
ada tidak persis sebuah idealis. Diputuskan bahwa dewan baru dalam pertemuan
yang akan datang, dengan keberatan ke account dan muka dalam apa yang disebut benar-benar
mengumumkan usulan pendirian tennis. Kemudian dibahas usulan untuk membangun
sebuah lapangan. Dewan telah meminta diperoleh dari Tennis "Güntzel dan
Schumacher", yang menyatakan secara tertulis disiapkan pekarangan di depan
kamp militer dengan segala sesuatu yang terjadi adalah untuk jumlah NLG 250.
Setelah beberapa diskusi, dimana minggu itu dijual itu menguntungkan, tawaran
ini diterima dengan suara bulat. Biaya keanggotaan untuk tennis afdeeling akan
di disebutkan di atas hari ini mengadakan pertemuan yang akan ditentukan.
Menanggapi komentar oleh survei, diputuskan, karena hujan, yang mencegah
olahraga teratur, menutup musim kompetisi hanya sampai 1 Januari untuk semua
tiga divisi’.
De Sumatra post, 22-12-1914: ‘5 Jan. Serdang Club,
Loeboeq Pakam..’.
De Sumatra post, 17-02-1915 (De voetbal-competitie): ‘LSV
I vs Go Ahead (0-2). Satu pembaca kita menulis dari Bindjey: Kemarin di
Bindjey, tim pertama dari LSV dan Go Ahead melakukan pertandingan pertama
mereka untuk kompetisi. Cuaca cukup baik, kedua tim di bawah wasit v.d. Werf.
Kedua belah pihak langsung bertempur, tetapi tidak berhasil. Go Ahead agak kuat
dalam serangan, yang Langkatvereeniging adalah kerja keras. Tidak ada gol yang
tercipta hingga babak pertama setengah jam selesai. Tak lama setelah istirahat
Go Ahead melakukan serangan sangat berbahaya. Kiper Langkat sangat baik. Sudah
lebih dari setengah dari babak kedua berakhir, pemain sayap kanan Go Ahead
melanjutkan serangan dan tembakan tenang tapi tidak bisa dipertahankan, adalah
karya saat anak Go Ahead lalu mengarah gawang menjadi 1-0. Pada 10 menit
pertandingan Go Ahead, didorong oleh keberhasilan tak terduga, pegang teguh dan
memberikan tangan Langkatverdediging penuh kerja. Akhirnya akan ada gerakan
kecil di Langkat melakukan kesalahan. Sebuah gol dan skor lalu 2-0. Tepat
sebelum pertandingan berakhir Laugkat
membuat salah lagi handball di area
penalti. Meskipun baik ditempatkan, tembakan diselamatkan oleh kiper dan peluit
wasit tanda akhir pertandingan. Go Ahead telah demikian mencapai kemenangan
yang sangat indah. Tim Go Ahead berpotensi untuk mewakili tawaran untuk
kampioeuschap. Langkat itu tidak begitu kuat langkahnya. Terutama di garis
depan tersendat beberapa. Pertahanan itu dalam urutan yang baik tapi bisa
akhirnya tidak bertahan terhadap Go Ahead. Pemain baik Ostrehau tidak ada.
Buruknya situs mempengaruhi permainan. Tim Langkat menjelang malam rute dari
Medan ke Bindjey telah memiliki nasib buruk seorang penumpang jatuh dari kereta
ke Sungei Sikambing. Seorang Inggris yang lolos memiliki kebaikan untuk
mengambil pemain dan membawa mereka ke Bindjey, di mana mereka tiba sekitar
lima belas menit. Para fans pertama kali tiba di 06:30.
[Sementara itu] Dalam Liga di Medan diselenggarakan
pertadingan antara DSV dan Tjong Hoa Sport Vereeniging terjadi kisruh di
lapangan. Hal ini untuk sementara telah diteruskan ke dewan Voetbal Bond.
Pertandingan ditunda sekarang dan dimainkan pada Minggu masa depan, seperti
dalam kompetisi sebelumnya, jadwal bermain disusun, yang sejak beberapa waktu
sudah di bawah tekanan. Di hotel dan Societeit bisa diumumkan, namu jadwal
pertandingan tidak tersedia, majalah kami tidak bisa menghubungi, sehingga
banyak perjalanan yang dibuat sia-sia untuk lapangan sepakbola’.
De Sumatra post, 27-02-1915 (De voetbal-competitie): ‘Besok
akan menjadi pertandingan berikutnya di Medan untuk kompetisi sepakbola antara Go
Ahead lawan Van Nie di situs Go Ahead. Sementara itu, Chinese Sports Club melawan Tjong Hoa di situs DSV. Senin untuk
bermain melawan satu sama lain: Deli Sport Vereeniging (DSV) vs Bindjey I di
situs DSV; Pabatoe vs Siantar di lapangan Pabatoe’.
Kompetisi 1915, Komunitas Sepakbola Eropa/Belanda di Areal
Perkebunan
Kompetisi Deli Voetbal Bond 1914 dan 1915 |
Dalam kompetisi DVB tahun 1915, pada liga Eropa/Belanda hanya nama klub Van Nie, Chinese Sport Cl, DSV yang tetap berkompetisi dari klub-klub yang berkompetisi sebelumnya. Pada kompetisi (liga) yang sebelumnya bernama klub Handel telah dibentuk dengan nama baru Go Ahead, dan Planters menjadi Langkat Sport Vereniging. Boven Serdang VC menjadi nama baru Pabatoe. Sedangkan Loeboeq Pakam VV telah memisahkan diri dari DVB dan kemudian Loeboeq Pakam VV secara bersama-sama dengan Pabatoe dan Siantar melakukan kompetisi sendiri dengan didirikannya Padang Bedagai Voetbal Bond.
Loeboeq Pakam dan Pabatoe bukanlah kota
seperti Medan, Bindjei dan Tandjoengpoera (Oost Sumatra), Sibolga dan Padang
Sidempoean (Tapanoeli) melainkan suatu pusat transaksi perdagangan hasil-hasil
perkebunan. Akibatnya, komunitas Eropa/Belanda di kota kecil itu jumlahnya
tidak signifikan. Namun karena banyak perusahaan perkebunan di dua kota ini,
maka jika populasi Eropa/Belanda disatukan menjadi signifikan jumlahnya. Dengan
kata lain, populasi Eropa/Belanda cukup menyebar menurut estate (area
perkebunan). Sebaliknya, daerah Simaloengoen yang beribukota Pematang Siantar,
wilayah perkebunan baru populasi Eropa/Belanda berada di kota Pematang Siantar.
Hampir sebagian besar populasi Eropa/Belanda berada di Pematang Siantar.
Disamping itu, Pematang Siantar adalah kota pemerintahan, pusat pendidikan dan
pusat kesehatan di selatan Medan. Kota ini bahkan sudah setara dengan Bindjei
dan Tandjoengpora dan lebih besar dari Loeboeq Pakam dan Pabatoe. Satu lagi
kota yang populasinya sedikit di atas Loeboek pakam adalah kota Tebing Tinggi tetapi
masih jauh lebih rendah dari Pematang Siantar. Satu kota di timur Medan adalah
Tandjoeng Balai. Kota ini terbilang kota lama, kota pelabuhan yang menjadi kota
pemerintahan. Populasi Eropa/Belanda tidak terlalu banyak, tetapi populasi
Eropa/Belanda tersebar di estate-estate yang baru terutama di area antara Pabatoe
dan Tandjoeng Balai yang kemudian kampung Kisaran lambat laun menjadi kota
kecil. Sementara kota-kota yang lainnya di Tapanoeli yang cukup jauh dari Medan
adalah Sibolga dan Padang Sidempoean. Jalan akses ke Tapanoeli yang terbilang
baru mulai ditingkatkan, masih dianggap sebagai akses alternatif sementara
akses lama melalui laut via Sabang atau via Batavia masih digunakan oleh
penduduk Tapanoeli yang hendak menuju Doli (Deli) di kota Medan.
Pada liga pribumi 1915,
hanya Zettersclub, Locomotief dan Daroel afiat yang masih bertahan dari tujuh
klub yang berkompetisi tahun sebelumnya. Klub-klub baru yang berkompetisi tahun
1914 yakni Melati, Sungai Kerah, Royal dan Amalijoen tidak kelihatan lagi.
Sedangkan klub baru yang bertambah hanya satu klub yakni Singer. Dengan
demikian dalam kompetisi pribumi di bawah naungan DSV/DVB hanya empat klub yang
berkompetisi. Zettersclub adalah klub yang terbilang klub lama yang mana nama
klub ini sebelumnya adalah Zetterletters. Klub Zetters/Zetterletters adalah
klub yang berafiliasi dengan percetakan yang investasinya dari orang-orang
Tapanoeli. Sementara itu, klub Tapanoeli sendiri adalah klub yang berafiliasi
dengan koran Pewarta Deli yang investasinya juga dari orang-orang Tapanoeli.
Ini berarti dalam kompetisi sepakbola pribumi masih ada satu klub yang
berafiliasi dengan orang-orang Tapanoeli.
De Sumatra post, 15-03-1915
(Sportnieuws): ‘Sabtu tim Daroel Afiat dan Singer Voetbal Club dimainkan pertandingan
sepakbola dimenangkan oleh Singer dengan 3-l. Kemarin di Medan untuk Voetbal
Bond dua pertandingan, Van Nie dan Chinese Sport Club di lapangan DSV, Go Ahead
dan DSV di situs Go Ahead. Pertandingan Go Ahead vs DSV adalah yang paling
menarik. Keduanya tampak sama kuat. Go Ahead menang dengan 1-0. Dengan situasi
ini menjadi kekecewaan besar bagi CSP. Sampai saat ini mereka dengan Van Nie berada
di atas daftar. Oleh karena itu, tidak diharapkan bahwa mereka akan kegagalan,
seperti kemarin mereka disebabkan oleh Van Nieërs; tidak kurang dari 8-3 dilaporkan. Kejutan
seperti terakhir telah terjadi; kita ingat setidaknya satu pertandingan Cina yang
kalah 10-6. Tapi penyebab kegagalan kemarin harus dicari sebagian besar bahwa
Cina bukan dijaga kiper berpengalaman mereka dan digantiukan kiper dan tidak
ada cara lain. Dari Nieërs berada di dalam bentuk permainan yang baik, terutama
barisan depan. Hingga istirahat skor adalah 6-l, setelah istirahat masing-masing
membuat dua gol. Lapangan cukup licin karena hujan. Dari Nieërs tampak memiliki
kostum baju baru: setengah oker, setengah coklat. Klassemen sementara sebagai
berikut’ (lihat tabel dalam gambar).
Hari Olahraga di Medan |
De Sumatra post, 17-05-1915 (Sportdag): ‘Pertandingan
antara Brandan-planterscombiuatie vs Muskieten dimenangkan oleh tim kedua
dengan 7-0. Permainan tamu sangat taktis terutama sebelum berakhir babak
pertama dan mencetak 6 kali. Setelah istirahat, bagaimanapun, mengendurkan
permainan dan apa yang masih mencetak hanya sekali. Pertandingan ini dipimpin
oleh Mr. Gerritsen, yang sebelumnya dengan Muskieten dari Medan datang atas
penerimaan tamu itu sangat ramah. Untuk pulang Sultan Langkat menyediakan mobil’.
De Sumatra post, 18-05-1915 (Uit Bindjey):
‘Pertandingan sepakbola: Veteranen-Thor. Pembaca menulis di Bindjey pada
tanggal 16 ini: Siapa yang bisa mengira bahwa tinggal lama di Timur dapat
menghambat kecepatan dan daya tahan, itu yang terpikir di Eropa. Pertandingan
sepakbola telah memperlihatkan apa yang Sabtu dimainkan antara Veteran dan
Thor. Penuh dengan semangat para pemain membara membela Veteran. Ada
pertandingan ini langkah-langkah upaya khusus, seperti yang kita tahu. Alasan
dari LSV, menyerahkan hati pertandingan ini dihiasi dengan warna nasional;
sementara rasa hormat atas, tujuan dari kedua tim memakai spanduk, yaitu
bendera merah Witta Thor dan satu bendera putih Veteran menyandang motto
‘Conquer atau mati’. Untuk pemain dan pengunjung disediakan minuman gratis.
Pada sekitar 05:15 dilakukan kick off. Thor bermain sepuluh menit pertama
dengan 10 orang. Meski begitu mereka juga
dengan kekuatan Veteran kombinasi itu tidak diremehkan. Kedua tim juga
tampak saling menyerang terhadap satu sama lain. Sampai sebelum turun minum
tanpa hasil. Permainan dilanjutkan dengan 1-0 berdiri untuk Thor. Veteran, yang
sementara terbiasa Halden permainan masing-masing. Tak lama setelah itu
mengikuti dua bola cara untuk menanggung pendahulu mereka. Namun Veteran datang
selama kuartal terakhir. Hasilnya membuat game dengan kemenangan 3-0 selesai
untuk Thor. Permainan beradab dari kedua partai membuat kesan menyenangkan bagi
penonton. Setelah pertandingan semua berkumpul di International Societeit, di
mana band string dari Medan dengan suasana kegembiraan dan tari ....di sana
sampai larut malam. Kedua tim memiliki rencana untuk melakukan kembali Zaterdag
29 Mei sebagai salah satu pertandingan sepak bola berkostum dan musik di
lapangan. Upaya ini antara tua dan muda Langkatters adalah kemuliaan lama
Bindjey sebagai wujud dari keramahan dan relaksasi dua beda generasi, tanpa
syarat, sebuah fenomena yang menggembirakan’.
De Sumatra post, 29-05-1915: ‘1 Juni Voetbalwedstrijd
tusschen een Hollandsch en een Engelsch elftal’.
Pertandingan Tim Belanda vs Tim Inggris: Semi komersil
Iklan komersil sepakbola di Medan (1915) |
Langkat Membentik Kompetisi Sendiri
Sejauh ini baru ada satu bond (perserikatan)
sepakbola di Noord Sumatra, yakni Deli Voetbal Bond. Pengertian bond
(perserikatan) dalam hal ini menyatukan semua pertandingan antar klub dalam
suatu kompetisi (liga). Dengan kata lain, bond adalah bentuk kesepakatan
klub-klub anggotanya dalam satu organisasi. Namun dalam pelaksanaannya, yang
mengorganisir kompetisi diselenggarakan oleh salah satu Vereeniging yang lebih
kuat dan memiliki berbagai perangkat yang diperlukan dalam terlaksananya suatu
kompetisi. Dalam kompetisi yang pertama, diselenggarakan oleh Medan Sportclub,
meski nama bond yang digunakan adalah Deli Voetbal Bond, namun pesertanya tidak
hanya dari Deli (Sportclub dan Toengkoe) tetapi juga dari Langkat (Langkat
Sportclub).
Dalam kompetisi yang sekarang, DVB masih
menerapkan format kompetisi yang pertama yakni dengan tetap menyertakan klub
dari klub Langkat (Langkat Sport Vereeniging). Namun pada saat yang sama bond
baru didirikan yakni Langkat Voetbal Bond. Klub-klub yang bermain dalam bond
baru ini adalah klub-klub yang berada di Langkat. Meski demikian, dalam
perkembangannya Langkat Sport Vereeniging tetap berkompetisi di DVB. Pada masa
kini hal semacam ini masih ditemukan: Liga Prancis yang menyertakan Monaco
(dari Negara Monaco); klub Wales berkompetisi di Liga Inggris; klub DRPM dari
Brunai di liga Malysia; klub Barcelona dari Katalan berkompetisi di Liga
Spanyol?
De Sumatra post, 19-06-1915: ‘Majelis Umum Langkat Sport
Vereeniging pada Kamis, 1 Juli, 1915
pada pukul 07:00 di
Internationale Club te Bindjey mengambil keputusan sebagai berikut: (1)
Mengadopsi pembentukan Majelis Umum (Algemeene Vergadering) yang dibentuk
tanggal 16 September 1914. (2) Laporan tahunan Sekretaris. (3) Bendahara dan
Pertimbangan Akuntabilitas. (4) Pengangkatan komisi pemeriksa (lihat (artikel
14 Statuten). (5) Peraturan tata tertib. (6). Liga sepakbola Langkat (Langkat
Voetbal-Competitie). HET BESTUUR’.
Kompetisi di Langkat dan Padang en Bedagai (1915) |
Kompetisi Antarbond; Kejuaran Antarklub
Semakin berkembangnya sepakbola di komunitas
Eropa/Belanda dan kalangan pribumi dan Tionghoa di Noord Sumatra memungkinkan
didirikannya klub-klub baru serta dibentuknya bond (perserikatan) untuk
menyelenggarakan kompetisi (liga) secara regular. Lalu kemudian kompetisi
sepakbola ditingkatkan ke level yang lebih tinggi yakni pertandingan kejuaraan
(kampioen). Dalam bahasa sepakbola sekarang adalah liga champion. Namun liga
champion atau kejuaraan yang dilakukan di Noord Sumatra bukanlah seperti kejuaraan
antarkota sebagaimana di lakukan di Jawa. Di Jawa, pertumbuhan liga sepakbola
berbasis kota, seperti Batavia, Soerabaija, Semarang dan Bandoeng. Karena itu
kejuaraan yang dimaksud di Jawa lebih pas disebut kejuaraan antarakota daripada
kejuaraan antarbond. Sedangkan kejuaraan yang dilakukan di Noord Sumatra lebih
sesuai disebut kejuaraan antarbond. Sebab liga yang diselenggarakan di bond
Langkat dan bond Padang Bedagai, klub-klubnya datang dari berbagai kota atau
area. Hal yang sedikit mirip dengan bond Langkat dan Padang Bedagai adalah bond
di Bandoeng, dimana salah satu klub yang bermain di Bandoeng Voetbal Bond (BVB)
adalah klub Sparta dari Tjimahi (klub militer). Hal ini mirip yang dilakukan di
bond Deli yang mana klub Langkat Sport Club berkompetisi di Medan (Deli).
Agenda sepakbola di Oost Sumatra Juli- September 1915 |
De Sumatra post, 03-07-1915: Agenda sepakbola (lihat
gambar).
Pertandingan Tim Belanda vs Tim Inggris di Medan: Menyita
Perhatian Publik di Negeri Belanda
Tim sepakbola Belanda vs Ingris tentu saja selalu
menjadi perhatian public di Negeri Belanda. Selain ada latar belakang sejarah
perseteruan perang antara kedua Negara, juga politik kedua Negara juga sering
mengalami panas-dingin. Demikian juga di lapangan sepakbola, pertandingan
sepakbola selalu diartikan sebagai perang di lapangan rumput. Pertempuran kedua
tim selama ini hanya dilangsungkan di Eropa dalam label tim nasional. Tidak
ditemukan di tempat lain di dunia ini pertandingan antara tim Belanda vs tim
Inggris. Sejauh ini, itu pamahaman oleh pers di Eropa
Ternyata pers Eropa keliru besar. Mereka selama
ini abai melihat perseteruan tim Inggris vs tim Belanda di daerah terpencil di
Noord Sumatra. Seperti kita ketahui, kenyataannya tim Belanda vs tim Inggris
sudah sejak lama ada di Noord Sumatra, baik antara tim Deli (Belanda) vs tim
Penang (Inggris) maupun antara tim Deli vs tim Langkat (Inggris). Pertandingan
yang dilakukan tanggal 1 Juni yang lalu telah membuka perhatian pers Eropa
bahwa ada pertandingan seru di Medan. Inilah pangkal perkara, sepakbola Medan
mulai dikenal di Eropa.
Nieuwe Rotterdamsche Courant, 27-07-1915(Voetbal, In
Indie): ‘Ini adalah negara kita, sayangnya saat pertandingan antara Holland vs Engeland
hanya diberitakan oleh VSN Niuews. Ini suatu pertandingan yang seru, bukan di
Amsterdam, tetapi di stadion olaharga di Medan pada tanggal 1 Juni. pada
olahraga yang dimainkan. Mungkin ini banyak sikap para pihak memandang kejadian
sepakbola tersebut sebagai sikap tidak kurang pentingnya jika dibandingkan di
Amsterdam. Padahal yang di Medan ini adalah pertandingan ETI (Eropa). Banyak
penonton datang menggunakan kereta. Memang inbi pertandingan untuk tujuan amal
dan telah mengumpulkan angka 13.000 gulden yang diperuntukkan untuk kepentingan
umum yang telah diselenggarakan oleh Deli Sport Vereeniging. Khusus untuk
alokasinya sudah lebih lanjut diatur secara rinci. Tim Hollandsche dalam hal
pertandingan ini telah bermain dengan sempurna untuk mempertaruhkan shirt oranje,
oleh para pemain Belanda terbaik di wilayah tersebut. Lapangan yang digunakan
tampak banjir tidak sebaik pertandingan internasional Belanda di dalam
Olimpiade yang datang ke Stockholm. Berikut adalah nama-nama susunan pemain: NJ. Stok (doel): JJ. Manta en GF. Pop. (achter), J. Dlederik. RD. Jongeneal
DH. v. d. Poel (midden); M. Brouwer Ponkens, J. Ruysennaare. L. Delboy, C.
ten Cate en H. Alofs ¦ (voor).
Yang bertindak sebagai wasit dalam pertandingan adalah Arnhemmer
Leo Suringa dengan kepemimpinan dengan besar sehingga pertandingan berjalan
lancer. Oleh Mr. Mathewson menyediakan perak
yang menarik sebagai pertukaran baker yang mana dalam pertandingan tersebut dimemenangkan
oleh Hollanders terhadap Britien dengan kemenangan 3-1. Pertandingan ini yang
dianggap sebagai even kompetisi internasional maka lagu kebangsaan antar dua
Negara juga diperdengarkan di lapangan dan juga disertai dengan lagu-lagu
rakyat. Lalu kemudian seorang wanita membawa bola untuk dilakukan kickoff. Ia
adalah istri dari ketua donor. Dalam tempo setengah pertandingan yang bersih
itu untuk Belanda kedudukan dengan skor 1-0. Segera babak kedua dimulai Inggris
yang mulai serangan, lalu Belanda yang dimotori Cate tidak berhasil, malah
Inggris menghasilkan gol ke gawang Belanda. Namun tidak lama gol terjadi oleh
Delboy dan membawa stand 2-1 dan pada berikutnya Cate membuat menjadi 3-1. Pada
pertandingan pada tingkat tinggi kehormatan yang dicapai ini diragukan lagi kita
dapatkan. Dua tim dengan pemain terbaik direncanakan akan melakukan pertandingan
untuk selanjutnya setiap tahun yang menjadi agenda resmi di bonden Medan’.
***
*Medan
dan sekitarnya adalah wilayah yang awalnya jarang penduduk menjadi area
perkebunan terpadat di Nederlandch Indie. Pertumbuhan dan perkembangan,
perkebunan membutuhkan banyak tenaga kerja. Tidak ada alasan penduduk local
(utamanya Melayu) untuk menjadi tenaga kerja di kebun-kebun yang baru dibangun,
karena sawah ladang mereka masih mampu untuk menghidupi keluarga. Pihak pekebun
(planters) yang umumnya berasal dari Eropa/Belanda mendatangkan tenaga kerja
dari luar wilayah utamanya dari Jawa, Asia Timur dan Asia Selatan.
Tenaga-tenaga kerja ini bekerja di perkebunan-perkebunan pekerja perkebunan
dengan struktur perjanjian komersil (kontrak)—mungkin masa kini praktek system
ketenagakerjaan ini mirip-mirip pengadaan tenaga kerja outsourcing.
Pertumbuhan perkebunan di satu pihak dan
perkembangan sosial di pihak lain menyatu menjadi tumbuhnya kota Medan dan
semakin dibutuhkannnya peran pemerintahan. Sistem pemerintahan kolonialnya juga
dengan sendirinya berkembang. Di Deli yang kala itu sebagai bagian dari
Residentie Siak Indrapoera ditempatkan seorang controluer di Laboehan Deli
(dekat Belawan yang sekarang). Ketika statusnya ditingkatkan menjadi Asisten
Residen, ibukota Afdeeling Deli dipindahkan ke Medan Poetri, sisi utara Sungai
Deli (sekitar Esplanade yang sekarang). Lalu kota Medan dibangun. Dalam
perkembangannya Afdeeling Deli menjadi pusat perdagangan, pusat pemerintahan
dan pusat-pusat fasilitas pendidikan dan kesehatan maka status pemerintah di
Medan ditingkatkan menjadi Residen dan terakhir Goevernor.
Perkembangan perkebunan dan ekspor
(perdagangan) di satu sisi semakin membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak.
Para pengusaha dan orang-orang Eropa/Belanda yang bekerja sebagai pegawai
perkebunan juga semakin meningkat. Banyak pengusaha dan pegawai perkebunan di
Deli dan Langkat adalah para migrant yang berlatar belakang sepabola
(individu-individu yang memulai adanya sepakbola di Medan dan Bindjei adalah
para pemain professional sepakbola yang sebelumnya anggota klub professional di
Negeri Belanda).
Sementara di sisi lain perkembangan social
dan pemerintahan membutuhkan tenaga-tenaga yang membutuhkan keahlian tertentu.
Tenaga-tenaga kerja perkebunan yang didatangkan makin lama makin banyak dan
tersebar di area-area perkebunan yang kemudian terbentuknya kantong-kantong
penduduk pendatang. Sementara tenaga-tenaga yang memiliki keahlian tertentu
(guru, dokter, jaksa dan lainnya) didatangkan atau datang sendiri secara mandiri
yang memusat di kota Medan. Mereka ini terutama datang dari Tapanoeli, Padang
dan Jawa. Sedangkan orang-orang Tionghoa lainnya datang sebagai migrant karena bermaksud
untuk berusaha di bidang perdagangan. Mereka ini datang dari Penang, Malaka, Natal,
Sibolga dan Padang(Sidempoean). Adanya komunitas Tionghoa di kota-kota tersebut
bergeser (tumbuh) komunitas-komunitas baru di Medan Laboehan dan pada
berikutnya di Kota Medan.
Boleh jadi komunitas Tionghoa sudah lebih dahulu ada di
Padang, Natal dan Sibolga serta Padang Sidempoean. Mereka ini secara alamiah
mengalir dari Jawa (Batavia) menuju Padang (sebagai rantau baru yang tengah
berkembang), lalu bergerak ke Natal dan Sibolga yang dalam perkembangan lebih
lanjut komunitas ini timbul di pedalaman di Padang Sidempoean. Semua karena
perdagangan (dari luar mendistribusikan produk-produk industry dan dari dalam
mengangkut komoditi seperti beras untuk ditransfet ke daerah lain yang
kekurangan dan (utamanya) kopi untuk tujuan ekspor di Padang melalui pelabuhan
Loemoet/Sibolga dan Natal.
Diduga kuat sebelum adanya komunitas-komunitas Jawa di
Deli sudah terbentuk komunitas-komunitas awal yang berasal dari Jawa di
Sumatra’s Westkust. Mereka ini adalah bagian dari tentara yang didatangkan dari
Jawa (termasuk Madura dan Ambon). Sesungguhnya yang disebut pasukan/tentara
Belanda hanya sedikit sekali elemen Belanda dan sebagian besar elemen Jawa,
Madura dan Ambon. Elemen Sumatra hampir tidak ada di kesatuan militer Belanda,
mungkin di satu sisi karena sulit mendapat calon yang sukarela (kontrak) juga
mungkin di sisi lain untuk maksud psikologis perang bagi individu tentara bahwa
Ambon, Madura dan Jawa cukup jauh dan ikatan batin tidak kuat dengan Sumatra.
Dengan kata lain tidak ada persaaan sungkan jika diperlukan untuk bertempur.
Perang Bonjol, Perang Petibi (Tambusai), Perang Batak (Sisingamangaradja) dan
Perang Atjeh adalah pasukan elemen non Sumatra.
Sebaliknya, dalam pasca kemerdekaan elemen tentara Tapanoeli
banyak dikirim ke Jawa Barat dan Jawa Timur. By design, banyak perwira-perwira Tapanoeli
terutama dari Mandheling en Ankola diduga dikhususkan ke Atjeh untuk membawahi
pasukan dari pulau Jawa. Perwira-perwira asal Tapanoeli yang umumnya beragama
Islam menjadi penyeimbang.
Tentara asal Jawa inilah yang dikontrak untuk mengisi
benteng-benteng dan camp pertahanan lainnya. Seperti camp di Rao, Panjaboengan,
Pijorkoling, Pertibi dan Sibolga. Setelah kontrak mereka selesai (alias pension
dari kedinasan) dan setelah diakhirinya cultuurstelsel (karena banyaknya protes
dan kerusuhan) di Padangsche Bovenlanden dan Mandheling en Ankola, sisa tentara
asal Jawa ini (karena mayoritas Jawa) tidak berkeinginan pulang ke Jawa
sementara Madura dan Ambon karena minoritas balik ke Jawa). Eks tentara Jawa
ini banyak yang bekerja di perkebunan-perkebunan kopi (investor asing) dan
dalam pekembangannya di perkebunan-perkebunan kopi dan karet di Batang Toru dan
Pijorkoling.
Adanya kampong Jawa di pinggir kota Padang Sidempoean
(kini sudah menjadi tengah kota) merupakan wujud dari pernah adanya komunitas
Jawa yang lebih awal di Padang Sidempoean daripada di Medan (area kampong Jawa
ini adalah area yang sebelumnya sebagai ranch kuda-kuda perang). Dalam
perkembangannya komunitas ini hilang tanpa ada yang tertinggal, tetapi nama
kampong tetap dilestarikan hingga ini hari sebagai nama Kampung Jawa. Mereka
yang bertempat tinggal di ‘kampong baru’ itu, lalu mereka menyebar ke
perkebunan-perkebunan di Batang Toru (membentuk komunitas baru) dan sebagian
yang lain menjadi bagian dari arus timbal balik migrasi internal Jawa antara
Tapanoeli vis-à- Sumatra Timur. Singkat cerita: komunitas Jawa di Tapanoeli
lebih cenderung disebut warisan ekonomi perang (kontrak militer), sedangkan
komunitas Jawa di Sumatra Timur sebagai warisan ekonomi perkebunan (kontrak
bisnis).
Chinese koelies, Deli, 1878 |
(Bersambung)
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber tempo doeloe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar