Dr. Alimoesa, Volkraads van Noord Sumatra |
Dua orang kakak
kelas Alimoesa ini bernama Radjamin Nasoetion dan Muhamad Daoelaj. Pada tahun
1909, Radjamin sudah kuliah di tahun ketujuh dan menjadi salah satu pemain
Docter Djawa School (klub Bataviache Voetbal Bond) yang datang melawat ke Medan
untuk melawan Medan Tapanoeli Voetbal Club. Setelah lulus tahun 1912, Dr. Radjamin
bekerja di bea dan cukai Batavia, lalu berpindah-pindah tugas hingga akhirnya
ditempatkan di Medan.
Pada tahun 1923,
Radjamin Nasoetion mendirikan asosiasi sepakbola pribumi di Medan yang diberi
nama Deli Voetbal Bond (lihat De Sumatra Post terbitan 13-02-1923). Setelah
beberapa tahun di Medan, Radjamin pindah tugas kembali beberapa kali dan
terakhir berdinas di Seorabaija. Setelah pension bea dan cukai, Radjamin
Nasoetion dinominasikan para tokoh Soerabaija dan kemudian terpilih menjadi anggota dewan kota Soerabaija. Pada akhir karirnya, Dr.
Radjamin Nasoetion diangkat Jepang dan juga oleh Republik menjadi Walikota Soerabaija (walikota pribumi
pertama di Soerabaija).
Sedangkan
Muhamad Daoelaj setelah lulus Docter Djawa School ditempatkan di Ngawi, Madiun
dan akhirnya di Semarang. Lalu kemudian Muhamad Daulaj dipindahkan ke Medan.
Pada tahun 1916 Muhamad Daoelaj membuka rumah sakit swasta di Poeloe Sitjanang, khusus untuk para penderita penyakit kusta (Bataviaasch nieuwsblad, 22-04-1916).
Alimoesa dari Padang Sidempoean Studi ke Buitenzorg
Peta Losung Batu, Padang Sidempoean, 1908 |
Salah satu adik
kelas Alimoesa adalah Anwar Nasoetion yang studi veteriner di sekolah
kedokteran hewan atau Veeartsen School ((lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 28-05-1925). Anwar Nasoetion lulusan HIS Padang Sidempoean masuk Veeartsen School tahun 1922 dan lulus dokter hewan 1928.
Anwar Nasoetion dikenal kemudian sebagai ayah dari Prof. Andi Hakim Nasoetion (Rektor
IPB dua periode, 1978-1987). Sebelum kedatangan Anwar, anak-anak HIS Padang Sidempoean sudah ada beberapa orang yang lebih dahulu di Buitenzorg yang studi di sekolah pertanian Middelbare
Landbouwschool
(MLS). Salah satu siswa bernama Djohan Nasoetion yang setelah lulus menjadi pejabat pertanian di wilayah kerja Oostkust van Sumatra dan kemudian di Tapanoeli dengan pos di Padang Sidempoean untuk menggantikan Ronggoer Loebis yang telah dipindahkan ke Sulawesi. MLS sendiri dibuka tahun 1914. Djohan Nasoetion adalah ayah dari Prof. Lutfi Ibrahim Nasoetion, alumni SMA di Medan, guru besar IPB dan mantan Kepala BPN.
Areal perkebunan sekitar Pematang Siantar 1920 |
Dr. Alimoesa, pemain sepakbola Pematang Siantar |
Kompetisi Deli, Langkat, Bedagai (De
Sumatra post, 24-03-1915)
|
Mendirikan Bank
De Telegraaf, 28-12-1920 |
Menjadi Dewan Kota Pematang Siantar
Pematang Siantar, 1920 |
Anak-anak Padang Sidempoean yang diangkat menjadi anggota dewan kota (Gementeeraads) selain Alimoesa adalah, sebagai berikut (lihat De Sumatra post, 17-11-1923): di Tebing Tinggi adalah Si Barioen gelar Soetan Batang Taris (adjunct-djaksa bij den landraad te Tebing-Tinggi); di Pematang-Siantar adalah Madong Loebis (Onderwijzer aan de Normaalschool voor Inlandsche onderwijzers) dan Mohamad Hamzah (Landschapsarts te Pematang Siantar); di Bindjei (tidak ada); di Tandjoeng Balai adalah Abdul Firman gelar Mangaradjaa Soangkoepon (commies op het assistent-residentiekantoor te Tandjoeng Balai).
Kandidat
Volksraads dari Tapanoeli
Mangaradja Soangkoepon |
Menjadi
Volksraads di Batavia
Pada
tahun 1926 Alimoesa dicalonkan sebagai kandidat dari Tapenoeli untuk anggota
Volksraad dari kalangan pribumi (De Indische courant, 10-11-1926). Dalam
konstituen Noord Sumatra telah ditetapkan sebanyak 22 orang perwakilan. Hasilnya, terpilih Mr. Alimoesa, dokter hewan
di Pematang Siantar dari anggota PEB. Mr. Alimoesa memperoleh 13 suara orang
perwakilan (Bataviaasch nieuwsblad, 18-01-1927). Dengan demikian, Dr. Alimoesa
akan mewakili Noord Sumatra. Total anggota Volksraads dari pribumi sebanyak 17
orang, Sebelas orang dari Djawa dan enam orang dari luar Djawa yang terdiri
dari: dua dari Celebes, dua orang Sumatra’s Westkust dan masing-masing satu
orang dari Bali dan Noord Sumatra. Untuk wakil dari Oostkust Sumatra, proses pemilihan masih berlangsung (De Indische courant, 28-01-1927). Konsekuensinya,
diluar perumahan dan transportasi, Alimoesa yang saat ini bergaji f 540 sebagai
dewan kota, akan menerima gaji di Volksraads 1500 per bulan (De Sumatra post, 18-03-1927).
Ini juga berarti, Dr. Alimoesa adalah orang pribumi dari Noord Sumatra yang
memiliki gaji terbesar.
Todoeng Harahap |
Untuk perwakilan Oostkust akhirnya yang
terpilih adalah Mangaradja Soangkoepon. Untuk anggota Volksraads yang ditunjuk
langsung pemerintah satu diantaranya adalah Todoeng Harahap gelar Soetan
Goenong Moelia dan Muhamad Husni Thamrin.
Pendiri Sumatranen Bond
Alimoesa
dan Mangaradja Soangkoepon adalah anak Padang Sidempoan tetapi juga Siantar
Men!. Mereka sudah di Pejambon (kini Senayan). Alimoesa masuk komisi pertanian di Volksraads, Mangaradja Soangkoepon
masuk komisi sosial kemasyarakatan. Setelah semua persiapan selesai di
Volksraads, tata-tertib sudah disahkan, pembangian tugas dan tanggungjawab
dalam komisi-komisi, para anggota dewan mulai melakukan sidang-sidang. Sidang
pertama, dua Siantar Men! Berbicara lantang (De Indische courant, 14-06-1928):
Pribumi yang menyuarakan kemerdekaan sudah sejak lama ada. Mulai dari Dja Endar Moeda di Padang, Parada Harahap di Padang Sidempoean dan Adam Malik di Pematang Siantar.
Parada Harahap melalui korannya Poestaha di Padang Sidempoean dan Sinar Merdeka di Siboga, yang menyuarakan kemerdakaan, idem ditto, dihukum dengan isu delik pers.
Adam Malik menganggap kebebasan berkumpul adalah hak, dengan alasan yang kurang lebih sama, harus dihukum dan mendekam di penjara Padang Sidempoean, tempat dimana sebelumnya berulang kali keluar masuk karena alasan hokum, Parada Harahap.
Lagi-lagi, kini di Pejambon, di tempat dimana puncak piramida tertinggi ‘demokrasi’ di Nederlansch Indie, anak Padang Sidempoean mempelopori kembali arti penting kemerdekaan bagi pribumi dan bagaimana meraihnya. Dr. Alimoesa dan Mangaradja Soangkoepon telah menyuarakannya dengan lantang. Koran, Bataviaasch nieuwsblad, 15-06-1928 sempat berkomentar terhadap suara dari Dr. Alimoesa di sidang perdana: ‘menyimak pidato Alimoesa, akan dapat memberi resonansi di kalangan penduduk pribumi'.
Tanggal 25 September
1928 Alimoesa mudik dengan menumpang kapal s.s. Melchior Treub dari Batavia.
Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indië, 16-01-1931 melaporkan di Konstituen VII (Tapanoeli) ada 23 surat suara dari Plaatselyken Dewan Padang Sidempoean. Si Karako, koeriahoofd dari Tamiang Kota, menerima Sembilan
orang, TS Mareden, koeriahoofd dari Hoeta Imbaroe, menerima satu suara, Alimoesa
(anggota Volksraads) lima orang dan Dr. Abdoel Rasijd delapan orang. Karena itu
harus revote berlangsung antara Dr. Rasijd dan Si Karako. Alimoesa tidak
terpilih kembali.
De Sumatra post, 30-09-1936 (ZEVENTIG-JARIGE BATAKSCHE
OVERLEDEN. Moeder van vele voor ande personen): ‘Sabtu lalu meninggal di Losoeng
Batoe di Tapanoeli umur 70 tahun istri dari Kepala Kuria Koeriahoofd dari
Loesoengbatoe. Almarhum adalah sosok ibu Bataksche yang dikenal luas yang
anak-anaknya banyak orang-orang terkemuka, Nama-namanya Mr. Baginda Sodogoran,
sekretaris di kantor Asisten Residen di Taroetoeng; Dokter hewan, Mr. Alimoesa
di Siantar, mantan anggota Volksraads, sementara anak ketiga Koeriahoofd di
Loesoengbatoe, yang bungsu dari keluarga ini adalah petugas di
controleurskatoor di Kotanopan. Anggota keluarga yang lain dan Demang dan Koeriahoofden
dari tempat tetangga di distrik tersebut. Banyak kerabat dan kenalan yang
datang untuk menghadiri sehubungan dengan tradisi adat yang dilangsungkan dimana
banyak yang pidato. Ada sekitar 2.000 pelayat yang menghadiri bersama-sama
pemakaman’.
Hasil akhir pemilihan pada tahun 1939 adalah kandidat
kuat calon Volksraads Noord Sumatra, Dr. Abdoel Rasjid. Untuk wilayah
konstituen Sumatra’s Westkust, seperti diduga kuat yang mendapat tanpa tantangan
berarti adalah Mangaradja Soangkoepan (mantan anggota dewan kota Tandjoeng
Balai yang kini sebagai Volksraads). Dr. Alimoesa (mantan Volksraads) kembali tidak berhasil. Yang terpilih dan
melangkah ke Pejambon dari Sumatra’s Oostkust adalah Mangaradja Soangkoepon
Siregar, anak Panyanggar Padang Sidempoean.
Volksraads dibentuk pada tahun 1916.
Sebagaimana komposisi keanggotaannya, wilayah konstituennya terus berkembang.
Pada tahun 1926 nama Dr. Alimoesa mengemuka sebagai kandidat. Pada waktu itu
wilayah konstituen Sumatra dibagi menjadi empat konstituen yakni: Tapanoeli
(yang juga disebut Noord Sumatra karena dikaitkan dengan wilayah kerjanya
Atjeh); dua konstituen cost to cost yakni Sumatra’s Westkust dan Sumatra’s
Oostkust; dan Zuid Sumatra. Ketika pemilihan sudah usai di Noord Sumatra (baru
Tapenoeli saja) yang terpilih adalah Dr. Alimoesa, sedangkan di Sumatra’s
Oostkust baru proses persiapan. Akhirnya wakil dari Sumatra’s Ooskust terpilih
adalah Mangaradja Soangkoepon. Dengan demikian, anggota Volksraads asal Noord
Sumatra (Sumatra Utara) adalah Dr. Alimoesa.
Pendiri Sumatranen Bond
Setibanya
di Batavia, Alimoesa langsung mengundang rekannya dari Sumatra’s Westkust
Datoek Kajo untuk membahas Sumatra Bond dalam suatu pertemuan. Orang-orang
Sumatra yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah Mr Moelia, Mr. Nja Arif, Soangkoepon
dan Mochtar. Tujuan pertemuan ini adalah untuk memperkokoh Sumatra di
Volksraads dan akan mendatangkan manfaat bersama jika bekerja sama (Bataviaasch
nieuwsblad, 24-05-1927).
Siantar Men! Menggebrak PejambonMr. (Soetan Goenoeng) Moelia dan (Mangaradja) Soangoepon adalah dua anak Padang Sidempoean yang sama-sama pernah studi di negeri Belanda. Abdoel Firman Siregar gelar Mangaradja Soangkoepon (kelahiran Panyanggar) datang ke Leiden 1910, sedangkan Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia (kelahiran Padang Sidempoean) datang ke Leiden 1911. Pada waktu mereka datang sudah ada anak Padang Sidempoean yang lain, Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan (kelahiran Batu Nadua) yang datang ke Haarlem, 1905.
Suara sumbang MH Thamrin (Bat.
nbld, 15/6/1928)
|
Alimoesa, anak
Losoeng Batu: ‘saya berjanji agar pemerintah memberikan kaum nasionalis berevolusi.
Selama ini antara minoritas Eropa dan mayoritas pribumi yang mana berlangsung beberapa
permusuhan terhadap segala sesuatu yang datang dari pihak Indonesia. Pers
Belanda mungkin menyebabkan di sana-sini kekeruhan, tapi di sisi lain pers juga
memberikan perlindungan kepada berbagai kelompok masyarakat. Ingat, hanya
ketika tingkat peradaban seluruh Nusantara diratakan, akan ada persatuan'.
Mangaradja Soangkoepon, anak Panyanggar: ‘membangun kepercayaan memiliki hasil yang bermanfaat dengan memperkuat polisi. Kepemimpinan Belanda diperlukan dalam hal ini, tetapi tidak boleh dilupakan bahwa tujuan kepemimpinan harus diberikan juga untuk kemerdekaan pribumi. Saat ini, penduduk pribumi harus diberi independensi yang bernilai’.
Mangaradja Soangkoepon, anak Panyanggar: ‘membangun kepercayaan memiliki hasil yang bermanfaat dengan memperkuat polisi. Kepemimpinan Belanda diperlukan dalam hal ini, tetapi tidak boleh dilupakan bahwa tujuan kepemimpinan harus diberikan juga untuk kemerdekaan pribumi. Saat ini, penduduk pribumi harus diberi independensi yang bernilai’.
Pribumi yang menyuarakan kemerdekaan sudah sejak lama ada. Mulai dari Dja Endar Moeda di Padang, Parada Harahap di Padang Sidempoean dan Adam Malik di Pematang Siantar.
Dja
Endar Moeda melalui korannya di Padang, Pertja Barat. Bahkan keinginan
kemerdekaan ini diputarbalikkan oleh pemerintah dengan isu delik pers. Dja
Endar Moeda dihokum cambuk.
Parada Harahap melalui korannya Poestaha di Padang Sidempoean dan Sinar Merdeka di Siboga, yang menyuarakan kemerdakaan, idem ditto, dihukum dengan isu delik pers.
Adam Malik menganggap kebebasan berkumpul adalah hak, dengan alasan yang kurang lebih sama, harus dihukum dan mendekam di penjara Padang Sidempoean, tempat dimana sebelumnya berulang kali keluar masuk karena alasan hokum, Parada Harahap.
Sidang Volksraads (1925) |
Lagi-lagi, kini di Pejambon, di tempat dimana puncak piramida tertinggi ‘demokrasi’ di Nederlansch Indie, anak Padang Sidempoean mempelopori kembali arti penting kemerdekaan bagi pribumi dan bagaimana meraihnya. Dr. Alimoesa dan Mangaradja Soangkoepon telah menyuarakannya dengan lantang. Koran, Bataviaasch nieuwsblad, 15-06-1928 sempat berkomentar terhadap suara dari Dr. Alimoesa di sidang perdana: ‘menyimak pidato Alimoesa, akan dapat memberi resonansi di kalangan penduduk pribumi'.
Menemui
Suporter di Konstituen Tapanoeli
Dr. Alimoesa vs Dr. Abdoel Rasjid
Konstituen VII (Tapanoeli) |
***
Dalam pemilihan Volksraads tahun 1931 ini Dr.
Alimoesa pemain sepakbola Pematang Siantar ini yang bersaing dengan Dr. Abdoel
Rasjid pada babak semifinal dikalahkan oleh Si Karako yang kemudian bertemu Dr.
Abdoel Rasjid di final. Akhirnya yang melenggang ke Pejambon adalah Dr. Abdoel
Rasjid.
Abdoel Rasjid adalah alumni STOVIA yang sudah karatan
berdinas di Mandheling en Ankola. Abdoel Rasjid masuk STOVIA 1908 dan lulus
1914 (Bataviaasch nieuwsblad, 10-07-1914). Pada tahun itu juga ditempatkan di
Medan. Awal tahun 1915 Abdoel Rasjid, Baginda Djoendjoengan dan kawan-kawan
mendirikan dan bertindak sebagai Presiden Medan Prijaji adalah Dr. Abdoel
Rasjid (De Sumatra post, 18-01-1915). Pada bulan Juli 1915 Abdoel Rasjid
diangkat sebagai guru HIS di Medan. Pada tahun 1920, Abdoel Rasjid dipindahkan
ke Panjaboengan untuk menggantikan Dr. Sjoeib Paroehoeman (Bataviaasch
nieuwsblad, 22-06-1920).
Alimoesa kembali ke kandang, kembali ke
Gementee Raads di Pematang Siantar. Alimoesa adalah Wethouder (anggota dewan
senior).
Dr. Abdoel Rasjid vs Dr. Alimoesa
Untuk kandidat Volksraads di Tapaneoli sudah
terjaring sebanyak tiga orang. Sebagaimana dilaporkan De Sumatra post,
24-09-1934 di Padangsidempoean, ketiga nama yang dimaksud telah diserahkan
kepada 15 voter para pemilih pribumi. Posisi calon anggota Dewan Rakyat adalah Dr.
Alimoesa, Baginda Kalidjoendjoeng dan Binanga (Siregar) telah disebutkan,
sementara Dr. Rasjid gecandidateerd oleh berbagai pihak akan menyusul’.
Soerabaijasch
handelsblad, 23-01-1935: ‘Aneta melaporkan dari Batavia,
bahwa kantor suara sidang Dewan Rakyat diadakan kemarin malam untuk pemilihan
lebih lanjut dari anggota untuk Volksraads yang baru. Yang dinyatakan terpilih:…;
untuk Oostkust Sumatra, Mr. Soangkoepon; dan Noord Sumatra antara calon
Alimoesa dan Rasjid. Pemungutan suara untuk Noord Sumatra kemungkinan mantan
anggota Alimoesa kembali ke Volksraads’.
De Sumatra post, 20-02-1935: ‘Sabtu di Padangsidempoean
harus menempatkan surat suara untuk calon Volksraad antara Mr. Alimoesa dan Dr.
Rasijd’.
Pada pertarungan tahun 1935 ini kembali Dr.
Alimoesa bersaing dengan Dr. Abdoel Rasjid untuk menuju ke Pejambon. Dr. Abdoel
Rasjid menang dan untuk kali kedua ke Pejambon.
Alimoesa tetap menjadi Dokter Hewan Kota dan Direktur
Departemen Kesehatan di Pematang Siantar dan sekaligus konselor bagi anggota
dewan pribumi yang mana dua anggota dewan pribumi adalah Dr. Muhamad Hamzah
Harahap dan guru Soetan Martoewa Radja Siregar. Dalam tahun ini Dr. Alimoesa
mendapat cuti ke Eropa yang kedua setelah berdinas lebih dari delapan tahun.
De Sumatra post, 08-04-1935: ‘Pesta Radjah di Pematang
Siantar..banyak yang hadir, bahkan gubernur… kemudian yang datang Dr. Hamzah,
Dr. Alimoesa, mantan anggota dewan dan selanjutnya,..Mr. Sutan Maharaja,
anggota dewan..asisten residen dari Simaloengoen en Karolanden dan Controlur..’.
De Sumatra post, 16-05-1935: ‘Pembukaan Pasar Baru
Pematang Siantar. Dalam pembukaan gedung pasar baru ini hadir Presiden Gementee
Raads, Aisten Residen, initiatief van den gemeenteraad en het advies van den
beheerder van den pasar, Dr. Alimoesa,.. Kemudian Radja Siantar berbicara.. Setelah
layanan minuman dingin dilakukan tur dibuat di seputar kompleks pasar baru. Lalu
semua elektrik dihidupakan dan semua diterangi dan penjelasan dipandu kepala pasar.
Ini pasar, bazar baru untuk Siantar yag terlihat luas dan higienis, pengunjung bisa
datang untuk mendapatkan dalam segala hal’.
De Sumatra post, 03-06-1935: ‘Perpisahan dengan Ketua
Dewan Kota, Mr. Soodt…Hadir Dr. Muhamad Hamzah, Kapten Cina, Hasan gelar. Soetan
Pane Paroehoem, Julius gelar Soetan Martoea Radja, Rajah dari Siantar, Dr
Alimoesa, Mr. Koningh, Mr. LH Stevens dan Mr. I. Harahap dan Stanislaus….Hamzah
berpidato.. ingat bagaimana Mr. Soodt dalam 18 tahun ia menjadi sekretaris dari
Siantar, bekerja dengan semangat tak kenal lelah.. Soodt berpidato.. kami telah
tinggal disini bersama-sama dan anak-anak kami telah lahir di sini, dan kami
akan berbicara bersama-sama di Belanda pada Siantar. Itu hak istimewa untuk
memperoleh persahabatan Anda. Ketika aku pergi, satu lagi untuk saya akan
datang di tempat, dan yang mungkin akan melakukan pekerjaan yang lebih baik
dari saya, tapi dia tidak akan lebih banyak cinta Siantar dari saya. Akhirnya
masih berbicara Mr. Hasan, yang memberikan Soodt banyak kata pujian dan
penghormatan kepada banyak usaha-usaha yang dilakukan Soordt’.
De Sumatra post, 26-08-1935: ’Dr. Alimoesa met verlof Hoofd
Gezondheidsdienst te Siantar. Kita
diberitahu adalah karena 15 September Dr. Alimoesa, Kepala gezondheisdienst
kotamadya Siantar diberikan cuti ke luar negeri untuk sepanjang tahun. Tugas Dr.
Alimoesa untuk sementara dilakukan oleh wakil dokter hewan, Mr. J. Coenraad’. [Dr. Alimoesa berangkat dari Batavia 25 September 1935 pukul 12 dengan kapal m.s. Baloeran menuju Rotterdam via Marseille (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 23-09-1935)].
De Sumatra post, 25-09-1935: ‘Dewan melakukan
persidangan. Membicarakan banyak hal, termasuk: Menetapkan tanggal efektif dari
buitenlandsch-cuti dan adopsi cuti dari remunerasi Kedokteran Hewan Kota yakni Alimoesa;
Behandeling van het Bestuur der OSVB om verlaging van den huur van het gemeentel.
sportterrein Marihat; Proposal untuk verleeuen dispensasi terkait dengan penunjukan
permanen Wakil Inspektur (Onderopzichter) Ishak Harahap’.
***
Alimoesa anak rantau yang jarang pulang
kampong, karena tugas yang padat dan juga tidak praktisnya perjalanan melalui
transportasi. Namun ada waktunya pulang, dan bahkan wajib, ketika orangtua
meninggal dunia. Ini yang juga dialami oleh Dr. Alimoesa. Ibunda tercinta telah
meninggal dengan tenang di Losoeng Batoe, Padang Sidempoean.
Ibu dari Dr. Alimoesa Meninggal di Losoeng Batoe |
Kompetisi Pemain Lawas: Dr. Abdoel Rasjid vs Dr. Alimoesa
dan Mangaradja Soangkoepon Tanpa Lawan
De Sumatra post, 29-01-1938: ‘Awal bulan depan dalam merayakan
International Simaloengoen Club di Siantar ulang abad kuartal. Sehubungan dengan
itu kompetisi olahraga jelas tidak dilupakan! Program perayaan dilaksanakan 1
Februari, pukul 5 sore: een geeostumeerde veteranen-voetbalwedstrijd (veteran pertandingan sepakbola). Susunan tim dapat
berubah: J. Th. Thierens. J. Roetert. J. Heek L. v. Es J. Ensink JM.Lijnkamp De
Veer Widmer Kleer A.R.A. Heken. F. Hartman OCJ. v. Raalten F. Hartkamp. PLM.
Koerman, Dr. Alimoesa, GW. Vermeer
Th. Hay Cameron Milne. K. v.d. Ploeg JF. Bakker. OS. Jenkins. Grensrechters LD.
Sharman en J. Bannerman, Scheidsrechter, J. Schuller.
De Sumatra post, 08-10-1938: ‘Kemarin Meindersma terakhir
memimpin pertemuan Siantar di dewan kota. Hadir dalam pertemuan tersebut antara
lain Dr. Mohamad Hamzah dan St. Martoea Raja. Mr. Meindersma menyambut dengan pidato, bahwa kerjasama yang sangat baik dan menyenangkan antara Dewan dan Presiden sekama ini dan telah bersama-sama menetapkan agenda dari sebelumnya untuk promosi kepentingan kotamadya Siantar’.
Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 07-01-1939 (Persstemmen. Buitengewesten en nieuwe Volksraad): ‘Mengutip Soeara Oemoem yang menyajikan prognosis mengenai pengisian kursi di Volksraads dari luar Jawa. Untuk Sumatra;s Ooskust kesempatan terbaik akan jatuh ke tangan anggota Volksraads, Mangaradja Soeangkoepon. Saat ini hanya satu kandidat baru yakni T. Soeloeng, namun melihat komposisi pemilu di daerah ini, tidak ada musuh besar bagi Soangkoepon yang dapat disebut. Untuk Tapanoeli dan Aceh yang membentuk konstituen tunggal akan terjadi pertarungan sengit. Dr. Abdoel Rasijd akan memiliki kesempatan yang baik, meskipun demikian dalam kandidat kontranya, Dr. Alimoesa, mantan anggota Volksraads (oud-Volksraadslid). Jangan meremehkan lawan. Alimoesa adalah politisi ulung. Keduanya memiliki banyak posisi yang menguntungkan yang sama, dua pria ini juga hampir sama banyak memiliki kerabat diantara anggota Onderafdeelingsraad dari Angkola en Sipirok, satu-satunya pemilih di daerah pemilihan ini’.
Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 07-01-1939 (Persstemmen. Buitengewesten en nieuwe Volksraad): ‘Mengutip Soeara Oemoem yang menyajikan prognosis mengenai pengisian kursi di Volksraads dari luar Jawa. Untuk Sumatra;s Ooskust kesempatan terbaik akan jatuh ke tangan anggota Volksraads, Mangaradja Soeangkoepon. Saat ini hanya satu kandidat baru yakni T. Soeloeng, namun melihat komposisi pemilu di daerah ini, tidak ada musuh besar bagi Soangkoepon yang dapat disebut. Untuk Tapanoeli dan Aceh yang membentuk konstituen tunggal akan terjadi pertarungan sengit. Dr. Abdoel Rasijd akan memiliki kesempatan yang baik, meskipun demikian dalam kandidat kontranya, Dr. Alimoesa, mantan anggota Volksraads (oud-Volksraadslid). Jangan meremehkan lawan. Alimoesa adalah politisi ulung. Keduanya memiliki banyak posisi yang menguntungkan yang sama, dua pria ini juga hampir sama banyak memiliki kerabat diantara anggota Onderafdeelingsraad dari Angkola en Sipirok, satu-satunya pemilih di daerah pemilihan ini’.
Kota Pematang Siantar 1940 |
Bersama Soangkoepon, dari daerah pemilihan Batavia, Todoeng
Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia (bersama Husni Thamrin) juga melenggang ke
Pejambon. Todoeng, sepupu Mr. Amir Sjarifoeddin ini adalah seorang guru yang
bergelar doctor (PhD) lulus dari Negeri Belanda tahun 1930.
***
Alimoesa, seorang anak kepala kuria di Padang
Sidempoan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di Buitenzorg (Veeartsen
School). Setelah lulus dan mendapat gelar dokter hewan (Dr) alumni Veeartsen
School yang kini disebut FKH-IPB tahun 1914 ditempatkan di Pematang Siantar.
Kedatangannya ke kota perkebunan tersebut klub Pematang Siantar Voetbal Club
yang didirikan tahun 1913 tengah mempersiapkan kompetisi regional 1915. Dr.
Alimoesa yang semasa kuliah ikut sepakbola di kampusnya tidak sulit untuk
menjadi bagian dari tim sepakbola Siantar. Tidak teerasa, sepakbola telah
mengangkat nama Dr. Alimoesa menjadi tokoh penting di Pematang Siantar. Awalnya
menjadi anggota dewan kota (Gementeeraads) lalu kemudian menjadi anggota dewan
nasional (Volksraads) di Batavia.
Gedung Volksraad di Batavia |
Dalam perkembangannya wilayah konstituen
diperluas ke Atjeh yang mana konstituen Noord Sumatra terdiri dari Tapanoeli en
Atjeh. Secara kebetulan wakil-wakil Volksraads asal Noord Sumatra dan Sumatra’s
Oostkust adalah anak-anak Padang Sidempoean. Pada tahun 1927: Dr. Alimoesa
(Tapanoeli/Noord Sumatra) dan Mangaradja Soangkoepon (Sumatra’s Oostkust). Untuk
anggota yang ditunjuk pemerintah adalah Todoeng gelar Soetan Goenoeng Moelia. Pada
tahun 1932: Dr. Abdoel Rasjid (Tapanoeli/Noord Sumatra) dan Mangaradja
Soangkoepon (Sumatra’s Oostkust). Pada tahun 1936: Dr. Abdoel Rasjid (Noord
Sumatra) dan Mangaradja Soangkoepon (Sumatra’s Oostkust). Untuk anggota yang
ditunjuk pemerintah adalah Todoeng gelar Soetan Goenoeng Moelia; Pada tahun 1940:
Dr. Abdoel Rasjid (Noord Sumatra) dan Mangaradja Soangkoepon (Sumatra’s
Oostkust). Untuk anggota yang ditunjuk pemerintah adalah Todoeng gelar Soetan
Goenoeng Moelia.
Dr. Alimoesa, Dr. Abdoel Rasjid, Mr. Mangaradja
Soangkoepon dan Soetang Goenoeng Moelia, PhD adalah anak-anak Padang Sidempoean
yang menjadi anggotya Volksraads (1927-1941). Ke dalam daftar ini bisa
ditambahkan satu lagi anak Padang Sidempoean di Volksraads adalah Radjamin
Nasoetion mewakili Oost Java.
(Bersambung)
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber tempo doeloe.
*Anggota Volksraad te Batavia (1941)
Voorzitter
mr.
J.A. Jonkman
1e
Plv. Voorzitter
Thamrin
Mohamad Hoesni
2e
Plv. Voorzitter
mr.
P.A. Blaauw
Secretaris
C.Th.
de Booy
Adj.
Secretaris
Jhr.
mr. G.F.H.W. Rengers Hora Siccama
Leden
Abdul Rasjid
Aldjoeffry Sajid Oesman bin Ali *)
Th. van Ardenne
mr. P.A. Blaauw
D.R.K. de Boer
R. Ng. Djojo Achmad Hoedojo
R.M. Hamongsepoetro *)
mr. M. Harmani
mr. C.C. van Helsdingen *)
R. Oto Iskander di Nata
Iskander Tirtokoesoemo, R.A.A.
mr. P.N. Janssen
H.H. Kan
drs. M. Hermen Kartowisastro
I.J. Kasimo *)
P.A. Kerstens
P.J. Kloppenburg *)
dr. H. Kolkman *)
B.W. Lapian
H.L. la Lau
V.Ph. Leunissen
Loa Sek Hie
Toeankoe Mahmoed *)
Abdoellah Daeng Mapoedji *)
Manggoenegara Mochtar bin Prabo
Dr. Mr. Todoeng gelar Soetan Goenoeng Moelia *)
N.F.G. Mogot
R.A.A. Mohamad Moesa Soeriakartalegawa
mr. Mohamad Yamin
N.J.L.N. Mussert
O.M. Nalaprana *)
W.F. van Nauta Lemke *)
Mevr. J.Chr. Neuyen (geb. Hakker) *)
mr. Phoa Liong Gie *)
R. Prawotosoemodilogo
G. de Raad
L.L. Rehatta
ir. J.W. Roeloffs
B. Roep *)
mr. A.C. Sandkuyl *)
J.H. Smit *)
Abdul Firman gelar Maharadja Soangkoepon
R.A.A. Soedibiokoesoemo *)
R. Soekardjo Wirjopranote
Tjokorde Gde Rake Soekawati *)
R.O. Soerosos
Mas Soetardjo o.g. Kartohadikoesoemo
R. Ng. Soerohadikoesoemo *)
mr. Tadjoedin Noor
Mohamad Hoesni Thamrin
A.F. Vas Dias *)
J. Verboom
Jhr. mr. C.H.V. de Villeneuve *)
ir. E.D. Wermuth
dr. ir. J.Th. White
R. Wiwoho Poerbohadidjojo *)
Yo Heng Kam
drs. H. van Zuylen
ir. W.G.J. Zwart
*) Benoemde leden (diangkat)
Aldjoeffry Sajid Oesman bin Ali *)
Th. van Ardenne
mr. P.A. Blaauw
D.R.K. de Boer
R. Ng. Djojo Achmad Hoedojo
R.M. Hamongsepoetro *)
mr. M. Harmani
mr. C.C. van Helsdingen *)
R. Oto Iskander di Nata
Iskander Tirtokoesoemo, R.A.A.
mr. P.N. Janssen
H.H. Kan
drs. M. Hermen Kartowisastro
I.J. Kasimo *)
P.A. Kerstens
P.J. Kloppenburg *)
dr. H. Kolkman *)
B.W. Lapian
H.L. la Lau
V.Ph. Leunissen
Loa Sek Hie
Toeankoe Mahmoed *)
Abdoellah Daeng Mapoedji *)
Manggoenegara Mochtar bin Prabo
Dr. Mr. Todoeng gelar Soetan Goenoeng Moelia *)
N.F.G. Mogot
R.A.A. Mohamad Moesa Soeriakartalegawa
mr. Mohamad Yamin
N.J.L.N. Mussert
O.M. Nalaprana *)
W.F. van Nauta Lemke *)
Mevr. J.Chr. Neuyen (geb. Hakker) *)
mr. Phoa Liong Gie *)
R. Prawotosoemodilogo
G. de Raad
L.L. Rehatta
ir. J.W. Roeloffs
B. Roep *)
mr. A.C. Sandkuyl *)
J.H. Smit *)
Abdul Firman gelar Maharadja Soangkoepon
R.A.A. Soedibiokoesoemo *)
R. Soekardjo Wirjopranote
Tjokorde Gde Rake Soekawati *)
R.O. Soerosos
Mas Soetardjo o.g. Kartohadikoesoemo
R. Ng. Soerohadikoesoemo *)
mr. Tadjoedin Noor
Mohamad Hoesni Thamrin
A.F. Vas Dias *)
J. Verboom
Jhr. mr. C.H.V. de Villeneuve *)
ir. E.D. Wermuth
dr. ir. J.Th. White
R. Wiwoho Poerbohadidjojo *)
Yo Heng Kam
drs. H. van Zuylen
ir. W.G.J. Zwart
*) Benoemde leden (diangkat)
*Dikompilasi
dari berbagai sumber tempo doeloe oleh Akhir
Matua Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar