Kompetisi 1907 dan 1908 |
Kompetisi
sepakbola di Deli benar-benar berhenti sama sekali. Hanya berlangsung efektif
untuk satu musim. Kompetisi yang diikuti oleh sejumlah klub yang dibagi tiga
divisi tidak berlanjut (lihat tabel). Rekomendasi pertemuan Deli Voetbal Bond (De
Sumatra post, 13-06-1908), setelah kompetisi dihentikan untuk sementara, ternyata
tidak terlaksana. Klub-klub yang tergabung dalam Deli Voebal Bond hanya melakukan
kegiatannya sendiri-sendiri. Tapanoeli Voetbal Club masih sempat kedatangan
tamu dari Batavia, Dr. Djawa VC (De Sumatra post, 19-04-1909). Klub Voorwaarts bertanding
dengan sejumlah klub tapi itu tidak cukup. Voorwaarts melakukan pertandingan
terakhir di Esplanade antara Voorwaarts lI vs Stia Sumatra Sporting Club (De
Sumatra post, 19-06-1909). Setelah itu, tidak ada kabar berita sepakbola di
Deli.
Turnamen Empat
Klub
De Sumatra post edisi 14-06-1910 melaporkan
rencana dilakukannnya kompetisi sepakbola. Dengan beberapa pemain kami
berencana untuk mempromosi (kembali) sepakbola di Medan, pertandingan yang
dilakukan antara tim-tim dari kluib sepakbola Handel, DSM, Planters dan Maimoen.
Pertandingan yang diadakan merujuk pada hari besar, tapi ini dicoba dengan
sekali dalam dua minggu. Kontribusi masih sedang diusahakan untuk menyediakan medali
atau piala. Daftar pertandingan kompetisi yang dimaksud sebagai berikut (lihat
gambar).
Setelah
kompetisi empat klub, tidak kunjung ada pertandingan yang dilaporkan. Baru
kemudian ada pertandingan antara tim Voorwaarts dengan lawannya klub yang baru
didirikan. De Sumatra post, 13-03-1911 melaporkan klub baru yang didirikan
bulan lalu merupakan klub dari Maleische vereeniging Dcli yang diberi nama
Sinar Deli. Debut klub baru ini melawan Voorwaarts dilangsungkan di Esplanade
yang dipimpin oleh wasit Cornfield. Pertandingan tersebut tidak berimbang yang
mana Sinar Deli kalah telak selusin gol tanpa balas.
Reuni: Deli (Belanda)
vs Langkat (Inggris)
Pertandingan
antara tim Langkar vs tim Deli sudah lama tidak terdengar kabar beritanya. Ada
inisiatif para pemain lawas untuk membangkitkan kisah lama itu ketika klub-klub
baru tidak kunjung berhasil menjalankan kompetisi.
De Sumatra post,
12-04-1911: ‘Pada tanggal 16 April 1911 akan ada pertandingan olahraga di
Bindjei yang mana kriket dilangsungkan pagi pukul sembilan dan sepakbola pada
sorea hari pukul lima. Kereta akan berangkat dari Medan pukul 8.10. Untuk
pemain sepakbola dan supporter (matineuse supporters) akan berangkat dengan
kereta pada pukul 2.39 dari stasion Medan. Kereta khusus akan diaktifkan meski
juga disediakan mobil. Tim kriket Deli terdiri dari: A. Buck, W. Reesema, J. v.
Gogh, Brostowski, v. Pauhuys, West, Strenguaerts, v. Sachtelen, Stok, Austen en
Weijerman. Referee zal zijn de heer Saunders. Tim sepakbola masih dapat
berubah, tetapi yang terdaftar sekarang adalah: O. Stok (Doel); v. Nieuwkerk en
A. Q. F. Schmoutziguer (Achter); G. C. Post, Austen en R. J. Goddard (midden);
J. Thooft, v. d. Berg, L. W. van Suchtelen, Mr. E. Hesselink en F W. Teschner
(Voor). Referee : de heer J. C. Witteveen. Tim Langkat belum diketahui siapa
yang akan bermain’.
Pertandingan
ini tampak semacam tapak tilas dalam sepakbola di Deli dan Langkat. Kegiatan
olahraga model ini sudah lama berlalu. Pertandingan olahraga (krikiet dan
sepakbola) adalah hal yang pertama kali dilangsungkan di Medan dan Bindjei. Pertandingan
ini dilaksanakan akhir tahun 1899 (jelang tahun baru 1900) yang berakhir dengan
2-0 untuk Sportclub Sumatra’s Oostkust sebagaimana dilaporkan De Sumatra Post
edisi 03-01-1900. Pertandingan yang dilaksanakan sekarang kurang lebih sama
dengan tempo doeloe yang mana Langkat dihuni oleh orang-orang Inggris dan Deli
oleh orang-orang Belanda, krikrt pagi hari, sepakbola sore hari dan ada kereta
khusus untuk pemain maupun sporter. Para pemain, jika doeloe mereka masih
tampak muda, tetapi kini sudah jauh menua.
De Sumatra post,
18-04-1911: Pertandingan antara Langkat dan Medan dilaksanakan hari Minggu
telah dilengkapi dengan tenda di pinggir lapangan. Terutama pada bagian dari Engelschen
sangat senang dengan kegiatan ini dan bahkan datang lebih awal, banyak
penggemar Uni Eropa datang, banyak wanita, mereka bertepuk tangan dengan
antusias. Setelah pertandingan kriket lalu beranjak menuju International
Scieties Club Bindjey. Di gedung itu dilakukan pertemuan, banyak kata yang
diucapkan, saling simpati antara Inggris dan Belanda dan akhirnya penutup
dengan disajikan makanan. Ini benar-benar hari olahraga. Acara berakhir
setengah tiga dengan diiringi piano, karena pukul lima sore dilakukan
pertandingan sepakbola. Dalam pertandingan sepakbola ini karena kurangnya
latihan pertandingan berjalan lamban dan skor 1-0 untuk Delianen Setelah turun
minum Langkatters. berhasil sekali mencetak gol. Akhirnya kemenangan untuk Delianen
2-1. Pertandingan kembali dilakukan di Medan seperti yang telah disebutkan oleh
Mr. Witteveen yang memimpin pertandingan ini sangat puas. Setelah pertandingan
kembali ke Societeit dilakukan makan minum dengan sedikit pidato yang mana tuan
rumah tidak terlupakan pertandingan di Bindjei ini. Kereta berangkat dari
Bindjei ke Medan pukul 8.30’.
Klub Voorwaarts
Merger Menjadi Dcli Sport Vereeniging (Sepakbola, Kriket dan Hoki)
Voorwaarts
adalah klub yang dibangun untuk sepakbola. Klub ini adalah klub yang terus
eksis sementara Sportclub kurang aktif lagi. Secara defacto Voorwaarts menjadi
suksesi Sportclub di Medan. Tidak ada kompetisi, Voorwaarts akhirnya merevisi programnya.
Kini Voorwaart melakukan merger dengan bidang olahraga lainnya. Kabar ini
diketahui dari iklam mereka di Sumatra post edisi 28-04-1911. Kemudian koran
ini melaporkan adanya pertemuan di Wiite Societeit tentang merger sepakbola, kriket
dan hoki.
Permainan Basket Mulai Dikenal di Medan |
De Sumatra post,
02-05-1911: ‘Ini terjadi. Voorwaarts, de Medan Hockey Club en de Medan Cricket
Club pada Sabtu malam di Witte Societeit pertemuan bersama tiga serikat dan bersatu
menjadi satu tubuh dengan kesamaan bidang saat Voorwaarts. LW. van Suchtelen terpilih
sebagai presiden serikat baru dan anggota dewan adalah LG. Wiemans, .1C.
Witteveen, JCM. West en WJD. van Druten. Ditentukan di Majelis Konstituante ini
bahwa biaya keanggotaan untuk afdeeling sepakbola 8 gulden, departemen hoki 3
gulden dan divisi kriket 6 gulden per kuartal. Pemungutan dilakukan per kuartal,
namun sebaiknya dibayarkan di awal kuartal. Jadwal dibuat pada hari-hari yang
berbeda dengan jadwal berikut: Selasa dan Minggu untuk sepakbola, hoki untuk
Senin dan Kamis serta Rabu dan Jumat untuk kriket. Pada hari Sabtu akan dilakukan
di Medansche Voetbalclub’.
De Sumatra post,
04-05-1911 (Sepakbola Medan): ‘Jumat sore, tim yang terdiri dari personil dari
sirkus Pillis melakukan pertandingan sepakbola melawan tim Toengkoe di lapangan
Deli-sportvereeniging. Untuk Minggu sore akan memainkan pertandingan antara tim
Pillis melawan tim Deli-sportvereeniging’.
De Sumatra post,
11-05-1911: ‘Esplanade. Dcli Sport Vereeniging: Oefeningsavonden Dinsdag en
Zondag voor de Voetbal-afd. Donderdag voor de Hockey-afd. Maandag, Woensdag en
Vrijdag voor de Cricketafd. Rijclub: lederen Woensdagavond van 6.30-7.30, Medan
Voetbal-club oefeningsavond Zaterdag Esplanade.
Sepakbola
di Medan mulai lesu lagi. Voorwaart yang telah bendera Deli-Sport Vereeniging
(DSV) tidak terdengar lagi aktivitasnya di bidang olahraga sepakbola. Setelah
melewati tahun 1911, kini DSV baru kembali muncul lagi di akhir tahun 1912.
De Sumatra post,
09-12-1911: ‘Kemarin, pemain sepak bola dari DSV kembali untuk pertama kalinya
setelah istirahat panjang. Untuk kali ini kekuatan Medan diuji kembali dengan diperluas
dan ditingkatkan. Salah satu hal bahwa banyak pihak telah merindukan kembali sepakbola.
Untuk sementara diperkirakan ada muncul tiga puluh anggota. Yang menjanjikan adalah
banyak pertandingan dan diharapkan dalam sukacita dunia sepakbola di Deli. Pada
bulan Januari akan membuka kompetisi sepakbola yang terdiri dari lima tim akan
berpartisipasi, yakni tim Planters dari Deli dan Langkat, DSM, Van Nie dan tim Handel.
Tim Van Nie akan kehilangan pemain Adr. Vervloet karena keberangkatannya. Sebaliknya,
tim Handel akan menemukan dukungan yang kuat dari Mr Jongencel, yang telah
kembali lagi dari Eropa di Medan. Mengenai tim Planters dalam beberapa bulan
terakhir telah berkembang dan banyak kekuatan pemain muda yang baik, sehingga mereka
tim ini bisa partai menarik. Kompetisi ini akan bermain di bawah tajuk kompetisi
Piala Van Nie (Van Nie Beker)’.
Sepakbola di Tandjoengpoera
dan Batoebara; Langkat Bangkit
Sepakbola
di Deli dan Langkat mulai dibangkitkan kembali. Di lain pihak sepakbola juga
telah berkembang di tempat lain. Sepakbola tidak lagi hanya di Medan, Bindjei,
tapi juga di Tandjoengpoera, Batoebara dan bahkan tempat-tempat lainnya seperti
di Pabatoe, Loeboekpakam, dan Pematang Siantar.
De Sumatra post,
14-06-1912: ‘Pertandingan sepak bola di Medan yang datang dari tim karyawan
Perusahaan Rotterdam Deli. Pertandingan dilakukan di hari-besar. Tim berasal dari
lingkungan Tandjong Poera ini akan bertanding di sini dan bersaing melawan tim
dari Dcli Sport Vereeniging’.
De Sumatra post,
07-09-1912: ‘Zaterdag tanggal 14 ini akan tim sepakbola Dcli Sport Vereeniging
akan memainkan pertandingan melawan tim sepakbola Batoe Bahra. Untuk tim Batoe
Bahra merupakan para pemain yang merupakan debut dalam pertandingan mereka’.
Secara
khusus Langkat adalah juga pionir dalam sepakbola setelah Meda (Deli). Namun
kelesuan telah lama terjadi di Langkat. Adalah dua tokoh olahraga penting, Buck
dan Pinckney yang gerah dan angkat suara agar sepakbola Langkat dapat bangkit
kembali. Peran dari Pinckney ini sejak doeloe tidak terhitung dalam
persepakbolaan Langkat.
De Sumatra post,
19-09-1912: ‘Kebangkitan olahraga di Langkat. Dua olahragawan terkenal dari
Langkat Mr. A. Buck dan Mr. W. Percy Pinckney berniat sekali mengupayakan untuk
menggiatkan olahraga untuk kehidupan, yang mana di tahun-tahun sebelumnya
(doeloe) begitu hidup, tapi sekarang terasa ada merana sedih. Perlu
dibangkinkan, terutama karena penggemar olahraga sepakbola masih terjaga
terutama antusias para orangtua pekebun Langkat untuk digalakkan lagi dengan
penuh semangat. Pada akhir-akhir ini ada begitu banyak anak muda datang untuk
menetap di Lngkatsche - orang-orang muda, yang mana di antaranya kita tahu
bahwa di banyak tanah yang dilakukan di lapangan sepak bola. Itu benar-benar
terdengar memalukan tidak ada latihan yang cukup di Langkat karena kelambanan
dan ketidakpedulian antara Planters dengan liga sepak bola terbaru. Sekarang
beberapa Langkatters yang dikenal akan berusaha untuk menghasilkan para
Planters agar menunjukkan permainan sehat ini bersemangat lagi. Mr Buck dan
Pinckney bahkan berniat untuk fokus Langkat voetbalclub secara keseluruhan
untuk Bindjey tentu saja, sebagai pusat Langkat. Untuk propaganda yang sekarang
bahwa pada tiap tanggal 25 akan dijadikan hari pekebun yang mana bekerja hanya
setengah hari saja. Tim Bindjey sebagai tim Inggris di Lankat dan tim lainnya yang
terdiri dari pekebun dari berbagai kebun-kebun lainnya di Langkat. Pada hari
besar, satu harapan akan terbentuk dua tim campuran untuk membawa bersama-sama
di lapangan pada tanggal 16. Para pemain yang terlibat dalam kompetisi ini akan
terpenuhi dengan baik, tim akan dirakit yang pada 1 November akan dibawa ke
Medan melawan tim Handel. Ini semua pendirian klub Langkat keluar untuk
memastikan adanya Langkatters. Mantan Langkatters atau mereka yang dulu bermain
di sini tetapi tidak lagi berdomisili di sini dikeluarkan dari pertandingan
ini. Langkat harus tetap membaca semboyan mereka sebagai Langkat. Ternyata
sekarang, bahwa tim Langkat terus yang cukup kuat di lapangan akan membawa,
yang tentu akan berpartisipasi dalam membentuk kompetisi sepakbola tahun depan.
Untuk rencana Mr Buck dan Percy Pinckney ini Planters akan melakukannya dengan
bijaksana untuk memberitahu mereka melalui surat atau sebaliknya’.
1913, Kompetisi
Diselenggarakan Lagi
Dalam upaya membangkitkan sepakbola di Deli
dan Langkat kompetisi akan segera dilangsungkan dalam bentuk liga. Sejauh ini
sepakbola itu indah, damai dan sehat baik di Deli maupun di Langkat. Namun
mengalami distorsi jika non pesepakbola mulai terlibat, seperti masyarakat dan
pemerintah. Ini yang terjadi di Medan. Kompetisi sebelumnya berhenti karena ada
kaitannya dengan petisi dari masyarakat di lingkungan sekitar Esplanade, yang
mana lapangan tersebut menjadi homebase Voorwaarts sebagai satu-satunya
lapangan yang dianggap layak untuk pertandingan kompetisi.
Tampaknya, untuk mengurangi tekanan
masyarakat, pengelola DSV yang berbasis bangsa Belanda akan membentuk kompetisi
dua kamar, yang mana kompetisi Eropa/Belanda sendiri (eksklusif) tanpa
bermaksud untuk menyertakan klub pribumi, tetapi masih mempertimbangkan
partisipasi klub yang berbasis Tionghoa. Sebagaimana diketahui di Medan sendiri
sudah cukup banyak klub-klub yang berbasis pribumi. Oleh karena itu, kompetisi untuk
klub pribumi juga akan dilaksanakan. Tahun 1913 ini seakan tahun dimana
sepakbola di Medan dan sekitarnya mulai terbelah menjadi dua kotak: eropa/china
vs pribumi. Bagaimana hal itu terjadi, karena dalam kenyataannnya sepakbola
terkait dengan banyak hal.
De Sumatra post, 18-01-1913: ‘Belum lama ini, kita
diberitahu, mulai lagi pertandingan sepakbola dalam bentuk kompetisi. Seperti
di musim lalu, pada musim ini akan dilakukan hingga akhir tahun ini, tim yang diundang:
Handel, Vin Nie, DSM en Planters, dan sedang dipertimbangkan apakah kita juga
akan mencakup Chinese Sporting Club di liga. Upaya lebih lanjut akan dilakukan,
jika memungkinkan untuk membagi dua divisi untuk pekebun baik di Dcli maupun di
Langkat. Padahal upaya ini tahun lalu juga masuk akal, tapi musim ini mereka
berharap untuk menjadi terwujud karena tuan Pinckney. Perusahaan Deli dalam hal
ini belum dimasukkan karena alasan keterpencilan dari Medan yang membuat ini
hampir tidak mungkin. Sekarang, di Padang Bedagai diharapkan mungkin akan
terbentuk satu liga tersendiri’. De Sumatra post, 03-03-1913: ‘Di
Laboehanroekoe dilangsungkan pertandingan antara HFO melawan tim dari
Batoebahra di dekat Pabatoe.
Peta Sumatra's Oostkust, 1914 |
De Sumatra post, 12-07-1913: ‘Kita menemukan adanya latihan
sepakbola lagi, fakta bahkan lebih kuat tercermin dalam penciptaan sebuah klub
sepakbola untuk Pematangsiantar dari kebonnikers dan non perkebunan. Mereka sementara
memiliki lapangan untuk sepakbola’. De Sumatra post, 14-07-1913: ‘Pada tanggal
16 akan diadakan pertandingan sepakbola di Esplanade antara tim Langkat melawan
tim Serdang’. De Sumatra post, 19-07-1913: ‘Kompetisi dilangsungkan tanggal 19
Juli antara DSM melawan Chinese Sporting Club’. De Sumatra post, 01-08-1913: ‘Morgenmiddag
di Esplauade tim sepakbola Sahati Voetbal Club en tim sepakbola Medan Prijai’. De
Sumatra post, 15-01-1914: ‘26 Januari, Voetbal-wedstrijd Pabatoe vs DSV’.
Jumlah klub dua kompetisi 1913 |
Sementara itu, di luar Langkat dan Deli juga
perkembangan sepakbola mulai terasa gaungnya. Ini mengindikasikan bahwa
sepakbola di Noord Sumatra tidak hanya di Medan dan Bindjei, tetapi juga di
Serdang Bedagai, Pabatoe dan Pematang Siantar.
Kompetisi 1914
Setelah lama sepakbola di Deli dan Langkat
mengalami kelesuan, maka tahun 1913 sepakbola di dua wilayah itu bangkit
kembali dengan kompetisi baru. Setelah kompetisi tahun lalu berakhir, kini
kompetisi tahun berikutnya digulirkan kembali. Kompetisi tetap dengan dua
kamar: basis Eropa vs basis Pribumi.
De Sumatra post, 04-02-1914 (De Maleische
voetbal-competitie): ‘Deli Sporting Vereeniging (DSV) akan segera menyelenggarakan
kompetisi liga Melayu dan pertandingan ini seperti pada musim sebelumnya
sebanyak mungkin pada hari Rabu atau pada hari Minggu, setidaknya pada
hari-hari ketika tidak ada pertandingan yang dilakukan oleh klub-klub Eropa. Di
lapangan DSV tidak dizinkan untuk dilaksanakan. Dalam hal ini Zettersvereeniging
adalah klub yang cukup kuat dan menurut kaptennya klub-klub lain mungkin takut
untuk letterrrzetterrrs. Tapi bagaimanapun, ia berjanji bahwa klub sepakbola
lain juga perlu dipertimbangkan yang melihat aktivitasnya dapat saja menyodok kami. Sejauh ini
setidaknya masih berhasil berbagi sesama, hanya lima klub menyatakan keinginan
mereka bersaing untuk kejuaraan liga Melayu yang baru dan klub-klub tersebut
adalah Zettersvereeniging (juara tahun
lalu), Medan Prijaji, Sehati, Medan Tapanoeli dan Lokomotif—sebuah serikat
Inlandsch yang personilnya bernaung di DSM. Apa semua enam atau tujuh klub
sepakbola asli lainnya seperti Locale Werken, Royal Voetbal Club (dari Labuan) masih berpikir untuk melakukan itu asing
baginya. Ini disayangkan bahwa klub ini berada di satu sekretariat begitu sulit
untuk bergabung. DSV akan secara berbeda
dapat menyelidiki mereka’.
Jadwal kompetisi 1914 |
De Sumatra post, 10-02-1914: ‘12 Februari
Voetbalcompetitie CSC vs Handel te Medan’.
De Sumatra post, 16-02-1914: ‘16 Februari
Voetbalcompetitie Planters vs Handel te Medan’.
De Sumatra post, 18-02-1914: ‘1 Maart Voebalcompetitie :
CSC vs BS te Bangoen Poevba. Planters vs LVV te Medan’.
Klub Medan Tapanoeli Protes dan Mundur dari Kompetisi
Rupanya masih ada yang mengganjal dihati para
pemain klub Tapanoeli dengan kompetisi dua kamar yang sekarang. Ini terungkap
dari masalah yang tersisa pada akhir kompetisi tahun sebelumnya.
De Sumatra post, 20-02-1914 (De Maleische competitive): ‘Sebagaimana
dilaporkan terakhir, Minggu, kecuali tiga serikat, bahwa ada empat serikat lainnya
segera secara tertulis mengikuti kompetisi, mereka juga dengan senang hati
masih ikut dalam musim ini, kompetisi yang dipimpin DSV, dengan tetap
mempertahankan adanya kompetisi untuk pribumi. Fakta bahwa Zetters adalah juara
tahun lalu dan telah menerima sebelas medali yang diberikan saat istirahat
pertandingan antara Handel vs Planters sehingga ada kesan pada yang lain
ketidakpercayaan terhadap DSV. Satu-satunya hal yang tertunda adalah upacara
pemberian medali kepada pribumi yang mana DSV merasa keberatan kalau medali
atau piala diberikan kepada pribumi. Sebab jika medali telah diberikan maka
setiap pemain dari tim juara akan menjadi kenang-kenangan abadi yang
menunjukkan tahun kejuaraan. Dewan DSV akhirnya mengambil keputusan bahwa yang
diberikan bukannya piala tetapi hanya medali. Sekarang, bagaimanapun, ada
tiba-tiba pengurus Medan Tapanoeli Voetbal Club protes bahwa keputusan itu dari
sudut motivasi tidak akan patoet. Ya, bahkan Tapanoeliers tampaknya sangat
tidak senang dengan cara itu, bahwa mereka tidak hanya menunjukkan surat protes
kepada dewan DSV yang ditandatangani oleh presiden Medan Tapanoeli Voetbal
Club, bahkan protes ini beralih menjadi protes melalui kolom editorial di koran
Pewarta Deli yang menjadi salah satu organ mereka. Tampaknya Dewan DSV tidak
akan tinggal diam dengan protes itu dan akan memberikan pertimbangan, dan
bahkan akan mencoret Tapanoeliërs
berpartisipasi lebih lanjut dalam kompetisi sepak bola asli, meskipun
mereka sudah termasuk klub yang menyatakan persetujuan ikut kompetisi.
Sebaliknya Dewan DSV menganggap protes itu tidak sepatutnya dan dianggap tidak
sopan dan Medan Tapanoeli dianggap tidak tahu berterima kasih dan dianggap
hanya iri terhadao Zetters yang menjadi juara tahun lalu. Sebelumnya mereka
menunjukkan bahwa memang, ketika terjadi pertandingan terakhir antara
Tapanoeliers melawan Zetters keadilan wasit meragukan dan berpihak kepada
Zetters. The Tapanoeliërs benar-benar harus ingat bahwa kompetisi pribumi di
bawah DSV yang eksklusif dari satu sudut pandang propaganda olahraga telah
meluncurkan Uni Eropa. Juga perlu memahami bahwa jika Tapanoeliërs harus keluar
tidak diragukan lagi akan menjadi sangat mahal mengingat kompetisi akan
dilakukan dalam jangka waktu selama bertahun-tahun. Asosiasi sepakbola yang selama
ini masih setia dari tahun ke tahun akan hilang. Sekarang dengan regulasi baru
ini, yang setiap tahun hanya disediakan hanya sebelas medali, masing-masing
pemain akan mendapatkan keuntungan keberhasilan sebagai timnya (persatuan)
diharapkan semangat setiap tahun juga akan tetap tinggi. Karena tidak ada yang
memudar antusiasme seperti itu tanpa henti terselenggaranya kompetisi. Sebuah
contoh yang kuat dari ini dapat ditemukan misalnya di Belanda pada kompetisi
untuk melayani Holdert Cup yang sudah diperjuangkan selama bertahun-tahun.
Kompetisi pribumi yang mulai mekar kini bahkan hampir menyusut hingga sangat
minim jumlahnya’.
Dengan mundurnya Medan Tapanoeli Voetbal Club
dari kompetisi dibawah naungan DSV, maka klub pribumi yang tersisa hanya tiga
klub. Apakah ketiga klub ini akan melanjutkan kompetisi? Klub Tapanoeli telah
menunjukkan sikapnya secara terbuka, mengambil risiko, keadilan menjadi lebih
penting baginya daripada sekadar kompetisi yang tidak sehat.
De Sumatra post, 27-02-1914 (Sportnieuws): ‘Pada bulan
Maret akan menjadi hari olahraga yang unik untuk Oostkust. Untuk hari itu kita
akan mengalami pertandingan sepakbola
yang menarik di tiga tempat yang berbeda di wilayah kami akan diadakan. Liga
akan memainkan pertandingan antara Loeboeq Pakam Planters melawan Loeboeq
Pakammers, kemudian Chinese Sports Club di Bangoen Poerba untuk melawan Boven
Serdangers. Pertandingan ketiga akan dimainkan seperti diketahui Pabatoe
melawan tim dari DSV . Pertandingan DSV ini sayangnya jauh dari tim tuan rumah
- tim kuat dari Rotterdam Deli Maatschappij (RDM). Untuk menuju kesana,
sebagian dengan mobil, sebagian dengan kereta api, Medanners mudah-mudahan akan disertai oleh
banyak pendukung-sehari perjalanan panjang untuk melakukan ke Pabatoe. Pembukaan Van Nie Beker ini
dilakukan di camp RDM. The Pabatoërs
akan dibayangkan dengan tim sebagai berikut: de Wit in 't doel, Mantz en
Buynink achter, Braspot, den Berger Jr. en Schaap (aanvoerder) midden en
Bollee, Ruysenaers, Diedenk, üueters en van den Bergh voor. Menghadapi tim ini
DSV akan memungkinkan kombinasi: Baart in 't doel, Plat en Gilchrist achter, v.
Nieuwkerk, Jongeneel (aanvoerder) en Suing midden en Veenhuysen, Brouwer
Popkens, ten Cate, vers en van Dmten in de voorhoede’.
De Sumatra post, 27-02-1914 (worden!): ‘Hari ini kami
melaporkan pada pertemuan, di Hotel de Boer membahas baru-baru ini, setelah
pertandingan, Handel vs Planter didirikan Algemeene Planters Voetbal
Vereeniging. Selanjutnya, kita sekarang tahu, pertemuan yang diadakan pada
pukul sepuluh pagi. Dalam pertemuan itu juga akan dipilih pengurus definitif.
Het vooiloopig bestuur at uit de heeren Schmoutziguer, voorzitter, VV. Schas
fLau Boentoe) secretaris, en Beets. penningmeester. Sementara itu, mungkin itu
akan, kita diberitahu, dalam perjalanan minggu depan mulai pertandingan nieuwe
Inlandsche competitie yang tahun ini akan dihadiri oleh tujuh asosiasi.
Die.vereenigingen zijn : Zettersclub, Locomotief, Daroel 'afiat Voetbal Club, Melati, Soengei
Kerah Voetbal Club, Royal Voetbal Club,
Amalijoen Voetbal Vereeniging. Klub Medan Priaji Voetbal Club ternyata batal
karena kekurangan pemain lagi tahun ini, Medan Tapanoeli Voetbal Club
sehubungan dengan sikap melawan terhadap DSV tersebut. Seperti di tahun lalu,
akan kembali tahun ini medali yang diberikan kepada juara. Jika memungkinkan,
selalu di ranah DSV diadakan, dipimpin oleh wasit Eropa’.
De Sumatra post, 02-03-1914 (De voetbal-wedstrijden): ‘Hasil
pertandingan Chinese Sports Club di Bangoen Poerba mengalahkan Boven Serdangers
dengan skor 3-0. Planters yang merupakan Algemeene Planters Voetbal Vereeniging
mengalahkan tuan rumah, Loeboeq Pakammers dengan skor 3-0. Verder speelde nog te
Brandan een elftal uit Brandan tegen de Tandjong Poera Voetbalclub, welke
wedstrijd met 4-l door Brandan. Deli Sport Vereeniging yang ke Pabatoe, dikalahkan
dengan skor 4-2 setelah perjuangan hebat oleh anak-anak RDM’.
De Sumatra post, 16-03-1914: ‘16 Maart, Competitie wedstijd
Van Nie vs Planters te Medan’. De Sumatra post, 18-03-1914: ‘22 Maart, Voetbalcompetitie
Van Nie vs SCS’.
De Sumatra post, 26-10-1914: ‘1 Nov., Voetbalmatch Asahan
vs Pabatoe’.
De Sumatra post, 30-10-1914: ‘30 Oct, Voetbalmatch DSV vs
Siantar. 1 Nov., Voetbalmatch Asahan vs Pabatoe’. De Sumatra post, 06-11-1914
(pertandingan sepakbola): ‘di lapangan Deli Sporting Vereeniging, besok sore
akan dimainkan pertandingan antara Medan Priaji dan Laboean’.
Pertandingan Amal di Pangkalan Brandan
De Sumatra post, 09-11-1914 (Het Deli-fonds): ‘Untuk
kepentingan orang miskin di tanah dan koloni kemarin di Pangkalan Brandan di
lapangan Bataafsche Voetbal Club memainkan pertandingan amal antara Chinese
Sports Club uit Medan en de National Union Football Club uit Brandan. Pertandingan
sangat menarik, berakhir 1-0 dengan kekahalan dari para tamu. Tujuan
pertandingan telah melampaui harapan, karena setelah dikurangi semua biaya
f100. Sedangkan dana yang terkumpul 830 gulden untuk kepentingan dana Deli (Deli-fonds).
Secara khusus, Cina pada kesempatan ini murah hati dan tanpa ragu-ragu setelah
jumlah lima puluh sampai seratus gulden pada dalam pengumpulan dana amal itu
berjanji untuk tujuan indah ini. Kemungkinan hari Minggu sekali lagi memainkan
pertandingan amal di Brandan, tetapi antara dua tim Eropa. Kemungkinan ini
tidak dikecualikan bahwa kemudian pergi melawan Bataafsche Voetbal Club untuk
tujuan yang indah ini’. Dalam pertandingan itu, para penonton sangat banyak. Penduduk
Oriental seluruh hadir di lapangan sepak bola. Seluruh lapangan meriah dihiasi
bendera dan untungnya cuaca juga agak baik. Ini adalah hari yang sukses’.
(Bersambung)
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber tempo doeloe.
*Data
dan informasi di koran-koran tentang sepakbola tampak ada sedikit perbedaan
dengan cara penyajian data dan informasi sepakbola masa kini. Dulu, space koran
sangat terbatas, koran-koran hanya menyajikan yang dianggap pokok saja.
Misalnya, jadwal pertandingan (nanti) lebih penting buat disajikan daripada
laporan hasil pertandingan (sudah berlalu). Jadwal akan mengundang pembaca
untuk ingin tahu apa nanti (sisi pembeli) yang mendorong oplah koran naik (sisi
penjual). Koran-koran berbahasa Belanda
cenderung mengedepankan kebutuhan pembacanya. Misalnya klub-klub yang berbasis
Belanda akan mendapat porsi besar, bahkan termasuk hal detail. Sementara porsi
untuk pribumi sangat sedikit dan bahkan terabaikan. Hanya berita besar yang
akan muncul di koran-koran (bad news, good news).
Di Medan, sesungguhnya tidak hanya koran
berbahasa Belanda, ada juga yang berbahasa Melayu. Koran berbahasa Melayu
pertama adalah Pertja Timoer, koran yang bersifat komplemen dengan Sumatra
Post. Kedua koran ini adalah investasi orang-orang Eropa/Belanda. Kedua koran
ini adalah suksesi dua koran pendahulu Sumatra Courant dan Pertja Barat yang
sebelum tahun 1900 puluhan tahun terbit di Padang (Sumatra’s Westkust). Editor
pribumi terkenal dari Pertja Barat di Padang (diangkat tahun 1897) adalah Saleh
gelar (Mangara)Dja Endar Moeda (mantan guru, pengarang novel dan buku pelajaran
sekolah, alumni Kweekschool Padang Sidempoean). Sedangkan editor pribumi
terkenal koran Pertja Timoer di Medan (diangkat tahun 1905) adalah Hasan gelar
Mangaradja Salamboewe (mantan jaksa di Natal, alumni Kweekschool Padang
Sidempoean).
Dja Endar Moeda adalah pribadi yang lengkap
dan multi talen. Dja Endar Moeda tidak hanya seorang guru, pengarang, dan
editor, tetapi juga menjadi berhasil mengakuisisi kepemilikan Pertja Barat dan
memiliki percetakan di Padang tetapi juga memperluas usaha persuratkabaran di
Siboga, Padang Sidempoean, Kotaradja (kini Banda Aceh) dan Medan. Dja Endar
Moeda adalah pelopor persuratkabaran di Medan sehingga Dja Endar Moeda
dinobatkan oleh pers bangsa Belanda sebagai Radja Persuratkabaran Sumatra.
*Medan
Tapanoeli VC didirikan tahun 1905 oleh para pengusaha dari Tapanoeli
(Sumatra’s Westkust) yang bersamaan dengan pendirian klub Belanda bernama
Voorwaarts, cikal bakal Deli Sporting Vereeniging (DSV) yang kini menjadi ‘badan’
pengelola kompetisi sekarang (1914). Klub Medan Tapanoeli VC sendiri adalah
klub yang berafiliasi dengan koran berbahasa Melayu di Medan bernama Pewarta
Deli. Koran Pewarta Deli didirikan oleh Dja Endar Moeda dan percetakannya
bernama Sarikat Tapanoeli.
Dalam perkembangannya, di Medan muncul koran Benih
Merdeka yang mana salah satu editornya yang terkenal adalah Parada Harahap yang
selanjutnya beliau mendirikan koran Sinar Merdeka di Padang Sidempoean
sekaligus menjadi pemimpin redaksi koran Poestaha (warisan Soetan Casajangan)
yang juga terbit di Padang Sidempoean.
Ini berarti melalui media anak-anak Padang
Sidempoean di Medan berhasil membentuk klub sepakbola. ‘Hukum Kekalan Nasib’
berlaku bagi anak-anak Padang Sidempoean. Jika sebelumnya mereka berkiprah di
Padang (Sumatra’s Westkust), namun karena social ekonomi stagnan, sementara di
Medan (Sumatra’s Oostkust) tumbuh kembang dengan pesat, maka anak-anak Padang
Sidempoean memindahkan energinya dari Padang menuju Medan, sebagaimana para
investor Eropa/Belanda termasuk Sumatra Post dan Pertja Timoer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar