Sabtu, September 10, 2016

Zainul Arifin Pohan (7): Ali Sastroamidjojo Mundur Jelang Pemilu 1955; Burhanuddin Harahap Dilantik Menjadi Perdana Menteri

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Zainul Arifin Pohan dalam blog ini Klik Disini



Kasak kusuk tentang pemerintahan Ali Sastroamidjojo mulai merebak. Kasak kusuk itu semakin kencang sejak ditemukan ada indikasi penyelundupan yang dilakukan tentara di Jawa Barat dan Sulawesi (Het nieuwsblad voor Sumatra, 16-10-1954). Komandan Teritorial Sulawesi telah dipanggil Wakil Perdana Menteri II, Zainul Arifin Pohan ke Jakarta. Moral tentara yang ikut teracuni menambah daftar kegagalan kabinet Ali Sastroamidjojo. Isu kegagalan pemerintah dijadikan Partai PIR untuk mulai menyerang pemerintah. Wakil Perdana Menteri I, Wongsonegoro mundur, Menteri Dalam Negeri, Hazairin ditarik partainya. Wakil Perdana Menteri II, Zainul Arifin (NU) harus diserahi tugas-tugas Wongsonegoro dan Hazairin ketika pemilu semakin dekat. Tidak hanya disitu: Menteri Pertahanan lalu dicopot. Kabinet Ali-Arifin makin lama makin lemah karena karena hilangan mayoritas di parlemen. Perdana Menteri Ali Satroamidjojo akhirnya mundur. Zainul Arifin Pohan lantas menjadi The Last Mochican (dan juga turut mundur). Kabinet Ali tamat jelang pemilu. Partai PIR yang mengincar Perdana Menteri, kenyataannya yang menjadi Perdana Menteri adalah Burhanuddin Harahap (dari Masyumi). NU dibawah pemimpin politiknya, Zainul Arifin Pohan mati langkah (NU beberapa tahun sebelumnya telah keluar dari Masyumi). NU lantas konsentrasi untuk memenangkan pemilu.

Kabinet Ali Mulai Digoyang

Adalah Partai PIR yang memulai serangan terhadap Kabinet Ali (PNI). Sejak Kongres PIR tanggal 17 Oktober Kabinet Ali mulai mendapat tekanan, meski di dalam kabinet terdapat Prof. Hazirin (Menteri Dalam Negeri) dan Ir. Rooseno (Menteri PU). PIR terang-terangan menuntut agar pemerintah (Ali) mengundurkan diri. Namun diantara PIR sendiri terbagi karena Wakil Perdana Menteri I, Wongsonegoro adalah juga PIR. Ada usulan agar Wongsonegoro mulai menyiapkan kabinet tandingan. Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 21-10-1954 menurunkan analisis dari berbagai surat kabar nasional tentang gonjang-ganjing politik pada akhir-akhir ini

Dari berbagai analisis (di surat kabar) PIR akan menemui kesulitan sendiri, karena sifatnya yang kekiri-kirian akan dimanfaatkan penuh oleh kalangan PKI. Ini sangat berbahaya bagi keamanan Negara menurut sejumlah sumber. Sejauh ini bahkan dunia barat tidak percaya bahwa ada yang menentang kabinet Ali. Keputusan partai PIR dengan cara kekakuan dan kemutlakan dipandang sebagai suatu yang mengejutkan. Untuk itu, menurut analisis komposisi baru harus terdiri dari politisi dan ahli yang berkaliber. Banyak yang bertanya-tanya mengapa PIR. yang permintaannya telah membuat begitu tajam. Satu sumber menyebutkan ini adalah permaian dari PIR, padahal dalam Kongres PIR diakui kebijakan yang telah dijalankan oleh Wongsongeoro.

Pada hematnya, Kabinet Ali-Wongso-Arifin tidaklah tidur. Pemerintah yang sekarang saat ini sedang melakukan pentingnya untuk melaksanakan tugas besar (memulihkan keamanan, transformasi ekonomi kolonial menjadi nasional, pembentukan hubungan perdagangan yang normal mengikuti setiap negara untuk keuntungan mereka bersama, pelaksanaan konferensi Asia-Africa, perjuangan untuk oposisi Irian Barat dan pelaksanaan pemilihan umum). Namun semua itu bagi PIR tidak cukup. Kabinet Ali terus didorong untuk mengundurkan diri.

Isu mendasar tentang tuntutan PIR adalah pemerintah (Kabinet Ali-Wongso) telah salah urus pemerintah atau bahkan bencana, dan kabinet Ali telah membawa tanah dan orang tidak digunakan sebagai patokan. Kabinet Ali telah dituduh  seakan telah meninggalkan negara dan rakyat untuk kepemimpinan dan pengaruh negara asing, yang ingin mengembalikan kekuasaan kolonial di Indonesia.

NU dalam hal ini dan sejauh ini adem-ayem saja. Partai NU di kabinet tidak terlalu menentukan; Selain Wakil Perdana Menteri II, Zainul Arifin Pohan, juga ada Menteri Agama. Partai Masyumi tampaknya ‘wait en see’.

Partai PIR terus memborbardir Kabinet Ali. Tindak PIR yang terakhir adalah menarik Prof. Hazairin (Menteri Dalam Negeri) dari kabinet. Dengan demikian tiga tokoh utama PIR di cabinet (Wongsongeoro, Hazairin dan Rooseno) telah mengundurkan diri. Padahal penyelenggaraan pemilu semakin dekat (yang merupakan tupoksi dari Kementerian Dalam Negeri). Namun begitu sidang-sidang persiapan pemilu tetap berlangsung (meski tidak ada lagi nama Prof. Hazairin) dan dari pihak pemerintah dihadiri oleh Zainul Arifin Pohan. Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo telah mendelegasikan tugas-tugas Wakil Perdana Menteri I dan Menteri Dalam Negeri kepada Zainul Arifin Pohan.

Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 23-10-1954: ‘Parlemen membahas pemilu, Pertemuan tanpa Prof. Hazairin. Parlemen Jumat membahas  penyelenaggaraan pemilihan umum pertama termasuk aturan pada pemilihan umum (yang mana sebelumnya sidang serupa telah diberikan oleh Menteri Pertahanan dan Menteri Dalam Negeri Prof. Mr. Hazairin). Pihak pemerintah dihadiri Wakil Perdana Menteri II, Zainul Arifin. Dalam siding ini salah satu anggota Yunan Nasution dari Masyumi berbicara. Speaker umumnya tidak puas dengan keadaan di persiapan untuk pemilihan umum. Untuk mengisi kekosongan, posisi Hazairin, Presiden meminta Mr Tambunan mewakii Wakil Perdana Menteri I. Wakil Perdana Menteri II, Zainul Arifin tidak memberi komentar sehubungan dengan penarikan menteri Hazairin, dan akan disampaiakan jawaban pemerintah pada sesi tertentu’.

Setelah pertemuan kabinet (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 23-10-1954), Menteri Informasi, Dr. F. Tobing mengatakan pertemuan Kabinet berikutnya akan tergantung pada perkembangan lebih lanjut dari kesempatan PIR  akan ditawarkan lagi untuk mengambil rapat kabinet. Seperti diketahui, PIR yang sekarang di Kabinet terbagi berorientasi pada apakah di sebelah kiri Pak Ali Sastroamidjojo  dibentuk oleh Mr Wongsonegoro  harus tinggal atau tidak. Tampaknya bahwa jika kelompok PIR di parlemen absen, tidak akan mendukung pemerintah lagi, maka pemerintah yang sekatang akan kehilangan mayoritas. Posisi Ali dan Kabinet Ali tengah berada di ujung tanduk.

Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 26-10-1954: ‘Posisi Komite Kabinet untuk dipekerjakan kembali mengadakan pertemuan pertama. Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo mengharapkan Komite, dimana partai-partai pendukung pemerintah, dibebankan dengan tugas untuk mengusulkan kepada Pemerintah untuk memperkuat kabinet Ali Sastroamidjojo-Zainul Arifin’.

Kabinet Ali-Arifin Setelah Wongsonegoro Mengundurkan Diri

Reshuffle Kabinet telah dilakukan setelah diadakan satu pertemuan di rumah dinas Ali Sastroamidjojo. Meski begitu Kabinet Ali-Arifin tetap terus bekerja walau seakan tampak tertatih-tatih. Hal yang mendasar tentang pemilu yang akan digelar. Zainul Arifin Pohan sebagai Wakil Perdana Menteri dan merangkap Menteri Dalam Negeri ad interim terus mematau perkembangan persiapan pemilu termasuk berkaitan dengan pembelian barang yang dibutuhkan untuk pemilihan umum.

Java-bode, 01-11-1954
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 01-11-1954: ‘Dalam pertemuan publik Komite Pemilihan Indonesia di Geduiig Pertemuan I, Sabtu pengajuan dibuat pada prosedur untuk pemilihan Majelis Konstituante dan Parlemen. Sesuai dengan ketentuan hukum yang relevan dan berdasarkan jumlah penduduk, itu didirikan bahwa Majelis Konstituante sebanyak 520 anggota dan Parlemen sebanyak 260 anggota. Pertemuan publik ini dihadiri oleh perwakilan dari konstituen yang berbeda, Menteri Kehakiman dan Pekerjaan Umum dan Walikota Sudiro. Jumlah penduduk negara Indonesia adalah 77.987.879. Menurut ketentuan masing-masing 50.000 penduduk untuk memilih anggota Majelis Konstituante. Pembagian kursi berdasarkan kebutuhan anggota Majelis Konstituante setiap 150.000 penduduk, dan anggota dipilih sebagai anggota parlemen setiap 300.000 penduduk. Zona Kaümantan, Maluku Barat dan Irian karena populasi mereka yang kecil, di bawah ketentuan khusus. di mana ditetapkan bahwa mereka dialokasikan setiap enam kursi untuk Majelis Konstituante dan tiga untuk Parlemen. Setelah pembagian kursi untuk Konstituante dari 520 tetap menurut ketentuan yang didistribusikan diantara daerah (lihat tabel)’.

Ali Sastroamidjojo Mundur: Kabinet Ali Bubar Digantikan Kabinet Burhanuddin Harahap

Kenyataannya, tidak hanya Mr. Burhanuddin Harahap yang mengoreksi pemerintah, juga patriot di bidang pers, Mochtar Lubis. Dengan bendera Indonesia Raya, nama surat kabarnya, Mochtar Lubis. Hanya sedikit orang yang konsisten dengan prinsipnya dan hanya beberapa koran yang mengusung kebenaran. Mochtar Lubis adalah yang terdepan.

De nieuwsgier, 03-01-1955: ‘Pada tanggal 29 Desember, Indonesia Raya genap lima tahun dan itu adalah fakta yang menyenangkan. Dalam dunia surat kabar, Indonesia Raya Indonesia menempati tempat yang unik. Kebanyakan surat kabar di sini, jika tidak berfiliasi partai dalam arti sempit, atau menjadi bagian dari golongan tertentu. Dalam lagu pertama Indonesia Raya ditulis antara lain bahwa koran itu akan tetap jauh dari satu sisi pelaporan yang yang menyenangkan tetapi merugikan yang lain. Hal ini ingin mendidik masyarakat untuk berpikir jernih. Terhadap tindakan tidak adil dan tidak tepat dari mereka juga datang, bagaimanapun, akan praktek-praktek ini. Kami tidak akan ragu-ragu untuk mengusir apa yang salah dan berbahaya, kami mendukung apa yang harus didukung dan benar dipertimbangkan untuk kebaikan bersama. Mudah untuk menulis hal seperti itu, tetapi sulit untuk diterapkan. Ini adalah keutamaan Indonesia Raya di bawah pimpinan energik, Mochtar Lubis, bahwa selalu berpegang motto ini; ancaman dan intimidasi diabaikan. Indonesia Raya dalam ketidakadilan berpikir, melihat, bahkan menyerang, secara terbuka dan keras. Sekarang Indonesia Raya melakukan oposisi terhadap pemerintah saat ini. Ia melakukannya karena percaya bahwa pemerintah ini terlalu sedikit yang mengoreksinya, dan menulis di editorial. Jika pemerintah berikutnya, tidak peduli siapa yang bemar yang akan melakukan sesuai dengan prinsip Indonesia Raya dia akan vinoen bahwa majalah di antara lawan-lawannya. Dan itulah tradisi bahwa Indonesia Raya dengan beberapa surat kabar terbaik di dunia memiliki kesamaan. Selamat berdjoang, Indonesia Raya’

Akhirnya Ali Sastroamidjojo mundur dan digantikan oleh Mr. Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955). Itu berarti Zainul Arifin Pohan juga ikut tergusur dari pemerintahan. Lantas apakah kiprah Arifin Pohan berhenti?

Pada tanggal 29 September 1955 Pemilu pertama Indonesia dilangsungkan. Tujuannya untuk memilih anggota DPR dan Konstituante. Pemilu ini terbilang bersih dan pemenangnya adalah Masyumi. Mr. Burhanuddin Harahap adalah pemimpin politik Masyumi.

Tunggu deskripsi lebih lengkapnya

Bersambung:
Zainul Arifin Pohan (8): Menunaikan Ibadah Haji Bersama Presiden Sukarno dan Zainul Arifin Pohan Mendapat Gelar Kiai Haji
Zainul Arifin Pohan (9): Ketua DPR Gotong Royong; Partai Komunis Indonesia Mati Langkah
Zainul Arifin Pohan (10): NU di Tapanuli Selatan; KH. Zainul Arifin Pohan Sebagai Pahlawan Nasional


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

1 komentar:

Armidis Fahmi mengatakan...

Malam Pak Akhir Matua Harahap. Beberapa sumber menyebut, Zainul Arifin pernah sekolah di Musthafawiyah Purba Baru. Apa itu betul?

Saya tinggal di daerah Jagakarsa. Jika berkenan saya boleh bersilaturahmi dengan Pak Akhir? Boleh kontak saya ke
armidisfahmi@gmail.com