Universitas
Negeri Medan (UNIMED) pada masa kini merupakan
‘sekolah guru’ terbaik di Sumatera Utara. Universitas ini sebelumnya
bernama IKIP (Institut Keguruan Ilmu Pendidikan). Institut ini awalnya sebuah
fakultas di Universitas Sumatera Utara (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan atau
FKIP). Fakultas ini sebelumnya adalah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG).
Jauh sebelumnya, guru-guru di Sumatera Utara dihasilkan oleh Normaal School di
Pematang Siantar. Sekolah guru ini adalah suksesi sekolah guru (kweekschool)
Padang Sidempuan.
Kweekschool menjadi HIS dan kini SMA N 1 Padang Sidempuan |
Pada
tahun 1893 Kweekschool Padang Sidempuan menyelenggarakan ujian akhir
(eindexamen) dari tanggal 21 hingga 24 Maret. Dari tujuh kandidat semuanya
lulus (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 17-06-1893). Ketujuh siswa yang lulus tersebut adalah (1) Si
Loehoet gelar Radja Enda Boemi dari Baringin, (2) Si Julius gelar Soetan Martoewa
Radja dari Sipirok, (3) Si Tohir gelar Marah Talang dari Baroes, (4) Si Goenoeng
gelar Radja Paloon Sotidijon, dari Pakantan Lombang, (5) Si Djaman gelar Marah
Alam dari Goenoeng Sitoli, (Nias)
(Tapanoeli), (6) Si Dangjjang gelar Radja Siregar Indo Mora dari Sijala Goendi,
dan (7) Si Tirem gelar Dja Ali Saman dari Sipirok.
Tujuh lulusan tersebut
ternyata lulusan terakhir Kweekschool Padang Sidempuan. Satu angkatan di bawah
mereka tidak sempat lulus dan diminta untuk meneruskannya ke Kweekschool Fort
de Kock. Satu siswa tidak meneruskan tetapi melamar menjadi pegawai pemerintah
dan diangkat menjadi penulis (schrijver) lalu kemudian diangkat menjadi jaksa.
Siswa tersebut adalah Mangaradja Salamboewe. Kweekschool Padang Sidempuan terpaksa
ditutup akibat dampak anggaran pemerintah deficit. Pers Belanda menyayangkan
penutupan sekolah ini karena sepuluh tahun terakhir adalah sekolah guru terbaik
di Hindia Belanda. Meski demikian, lulusannya sudah tersebar di Tapanoeli,
Atjeh, Sumatra’s Ooskust, sebagian di Djambie dan Riaou.
Alumni
Kweekschool Padang Sidempuan tidak hanya menjadi guru-guru yang hebat, juga
mendidik putra-putri sendiri menjadi orang-orang yang hebat. Ternyata kemudian,
alumni Kweekschool Fort de Kock asal afd, Padang Sidempuan juga menjadi
guru-guru yang hebat. Dari Fort de Kock mereka meneruskan pendidikan yang lebih
tinggi (Hogere Kweekschool) di Poeworedjo dan Bandoeng agar bisa mengajar di
HIS. Diantara mereka yang mengajar di MULO harus sekolah guru ke Belanda
seperti Gading Batoebara alias GB Josua (mengikuti Soetan Casajangan). Hadji GB
Josua adalah pendiri Josua Institut di Medan tahun 1930 (masih eksis sekarang);
Soetan Casajangan setelah pindah beberapa kali mengajar di HIS di berbagai kota
diangkat menjadi Direktur Normaal School di Meester Cornelis, Batavia. Soetan
Martoewa Radja setelah mengajar di Pargaroetan, Sipirok dan Tarutung kemudian
diangkat menjadi Direktur Normaal School di Pematang Siantar (guru-gurunya adalah
Madong Lubis dan Jansen Nasoetion).
De Sumatra post,
06-11-1907: ‘Dari sekolah pribumi di Tandjong Beringin (afd. Padang en Bedagei)
dipindahkan ke Batoe na Doewa (Res. Tapanoeli) kepala sekolah, Si Loehoet gelar
Radja Enda Boemi; dan dari sekolah Batoe na Doewa dipindahkan ke Tandjong Beringin
sebagai kepala sekolah, Si Abdur Rahmat gelar Dja Manambin’.
Soetan
Martoewa Radja adalah ayah dari AFP Siregar gelar Mangaradja Onggang
Parlindungan, alumni sekolah teknik di Swiss/Jerman. Kolonel MO Parlindungan,
Direktur Peroesahaan Sendjata dan Mesioe (kini PINDAD) adalah pengarang buku
Tuanku Rao, buku yang menjadi kotroversial. Mohamad Taif, menjadi guru dan
kepala sekolah di Atjeh yang kelak dikenal sebagai ayah dari Kroeng Raba
Nasoetion atau SM Amin Nasution, Gubernur Sumatra Utara yang pertama. Si
Loehoet gelar Radja Enda Boemi, guru dan kepala sekolah di Batang Toroe yang
kelak dikenal sebagai ayah dari Mr. Alinoedin Siregar gelar Radja Enda Boemi,
meraih gelar doctor (PhD) di Leiden tahun 1925 (ahli hukum pertama orang Batak
dan orang Indonesia pertama ahli hukum bergelar PhD).
Si Dangjjang
gelar Radja Siregar Indo Mora adalah ayah dari Prof. Dr. Mohamad Ildrem (salah
satu pendiri Fakultas Kedokteran USU). Mangaradja Hamonangan guru di Sipirok
dan Padang Sidempuan, ayah dari Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia,
alumni sekolah guru di Belanda, meraih gelar PhD tahun 1931. Prof. Mr. Soetan
Goenoeng Moelia, PhD adalah Menteri Pendidikan RI yang kedua (menggantikan Ki
Hadjar Dewantoro). Soetan Pangoerabaan Pane, guru di Moeara Sipongi, ayah dari
Sanusi Pane, Armijn Pane dan Prof. Lafran Pane (pendiri HMI, 1947). Kajamoedin
Harahap gelar Radja Goenoeng, guru di Tapanoeli yang diangkat menjadi penilik
sekolah di Medan (1915) dan menjadi pribumi pertama yang terpilih menjadi anggota
dewan kota (gementeeraad) Medan tahun 1918.
Kweekschool
Padang Sidempuan, sekolah guru terbaik di Indonesia di jamannya. Kini,
Universitas Negeri Medan sudah seharusnya melahirkan guru-guru yang hebat,
seperti yang pernah ditunjukkan oleh Kweekschool Padang Sidempuan. Kota pendidikan
di masa lampau adalah Padang Sidempuan, pada masa kini kota pendidikan di
Sumatera Utara adalah Kota Medan. Kualitas guru yang baik berkorelasi dengan
lulusan sekolah untuk diterima di universitas terbaik. Peran dari Universitas
Negeri Medan untuk menghasilkan guru-guru berkualitas sangat diharapkan. Boleh
jadi inspirasi pendirian Perguruan Tinggi Pendidikan Guru yang menjadi cikal
bakal Universitas Negeri Medan (UNIMED) timbul dari success story Kweekschool
Padang Sidempuan.
1 komentar:
Sejarah panjang pendidikan di Padangsidimpuan,sangat membanggakan,seharusnyaPadangsidimpuan tetap menjadi kota pendidikan
Posting Komentar