Selasa, Maret 15, 2016

Sejarah BATANG TORU (3): Ibukota Afdeeling Pindah ke Padang Sidempuan, Jembatan Batang Toru Dibangun


Jembatan Batang Toru dibangun 1879 (selesai 1883)
Setelah Batang Toru, Afdeeling Sibolga en Ommelanden berhasil membentuk pemerintahan (1871), pada saat yang kurang lebih sama di Afdeeling Mandheling en Ankola terjadi perubahan besar, yakni ibukotanya dipindahkan dari Panjaboengan ke Padang Sidempoean (1870). Ini dengan sendirinya, Batang Toru akan menjadi lebih strategis dalam pembangunan karena berada diantara dua pusat pertumbuhan ekonomi (PadangSidempuan dan Sibolga). Situasi ini akan menyebabkan Batang Toru akan lebih cepat tumbuh dan berkembang.

Pembangunan infrastruktur jalan sudah memadai antara Padang Sidempuan dan Sibolga. Namun kini jalur transportasi tidak lagi melalui (pelabuhan) Loemoet via (pelabuhan) Djaga-Djaga menuju Sibolga tetapi dari Loemoet melalui jalan pos (darat) ke Sibolga. Meski demikian, kualitas jalan masih jauh dari memadai. Karena itu adakalanya transportasi sungai dan laut masih digunakan untuk mengangkut komoditi dari Loemoet ke Sibolga.

Pada tahun 1871 ada seorang pembaca menulis bahwa intinya seperti ini: banyak pejabat di afdeeling Tapanolei (Afdeeling Sibolga en Ommelanden) yang kurang pedu8li terhadap kepentingan penduduk. Para pejabat hanya melakukan tugas-tugas administrasi dan agak malas turun ke lapangan terutama pelosok-pelosok. Penulis ini kini bekerja dibawah naungan misi di Parbirahan dimana dulunya bekerja untuk pemerintah dan pernah ditugaskan di afdeeling Mandheling en Ankola (lihat Bataviaasch handelsblad, 14-03-1871). Mungkin penulis ini merasa perlu menggerakkan penduduk melalui pemerintah, karena mungkin dia telah melihat contoh nyata di afdeeling Mandheling en Ankola. Pemerintah dan penduduk sudah mulai kondusif untuk bekerjasama.

Arus perdagangan (utamanya kopi) dari waktu ke waktu terus meningkat baik dari Padang Sidempuan menuju Sibolga maupun sebeliknya. Juga arus orang juga semakin banyak baik wisatawan maupun peduduk dan pegawai pemerintah. Oleh karenanya, peningkatan kualitas jalan dan jembatan semakin dibutuhkan. Dampaknya bagi Batang Toru, pemerintah makin efektif bekerja, dan penduduk makin semangat untuk bekerja. Orang tua makin terbuka kesadarannya, bahwa anak-anak mereka juga memerlukan pendidikan.

Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 09-11-1872 (iklan): ‘pengadaan dan pelelangan umum terikat untuk transportasi wisatawan, bagasi, koffij, barang dan dana (yang meliputi): (d) Groot en Klein Mandheling, Oeloe dan Pakanten dan Natal. (e) antara Padang, Siboga dan Loemoet dan tempat yang berbeda dari onderafdeeling Ankola en Sipirok’. Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 04-12-1872: ‘Kemarin di sini telah diumumkan dalam transportasi gouvernementi, penumpang bagasi, kopi, barang dan uang di Sumatra Westkust (diantaranya): untuk Mandheling adalah Dummler & Co, untuk Ankola adalah Lie Thong’.

Onderafdeeling Batang Toru memang secara administrasi masuk dalam afdeeling Sibolga en Ommelanden, tetapi secara social budaya lebih dekat dengan afdeeling Mandheling en Ankola. Namun pemerintah tetap menyadari itu. Residen Tapenoeli di Sibolga mengambil inisiatif untuk meminta Asisten Residen Mandheling en Ankola di Padang Sidempuan agar ambtenaar ter beschikking di Angkola juga berfungsi sama di onderafdeeling Batangtoru. Hal ini mungkin dikaitkan dengan ditetapkannya sejumlah kepala koeria yang akan menjalankan fungsi pemerintahan local. Para koeria di Sibolga en Ommelanden digaji sebesar f600 per tahun (Bataviaasch handelsblad, 10-06-1871). 

Pada tahun 1873 untuk mendukung controleur Batang Toru diangkat seorang opziener (pengawas jalan) di Batang Toru, PF Ros (Sumatra-courant : nieuws- en advertentieblad, 20-08-1873). Di onderafd Batang Toru akan segera dibangun dua gudang besar untuk dimanfaatkan dalam pengembangan budidaya padi (Bataviaasch handelsblad, 28-06-1875). Akan dibentuk peradilan local (adat) di Batang Toeu (Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 07-07-1875). Semua jembatan rotan gantung di seluruh Batang Toru akan diganti dengan yang lebih kuat (Bataviaasch handelsblad,    04-08-1875). Untuk petugas rapat di Batang Toru diangkat Si Aminoeddin (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 13-10-1875). Untuk pemimpin rapat adalah Controleur, Kraft (De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 08-11-1875).

Sekolah guru di Padang Sidempuan dibuka, Penilik sekolah ditempatkan di Batang Toru

Pada tahun 1873 Departement Onderwijs di Batavia akan membangun sejumlah sekolah dasar pemerintah (Inlandsche School) sebanyak 10 unit sekolah di Tapanoeli. Menariknya, dari 10 Sekolah Dasar Pemerintah yang telah dibangun di Residentie Tapanoeli delapan diantaranya berada di Afdeeling Mandheling en Ankola. Dua sekolah lagi dibangun di Sibolga dan Nias. Guru-gurunya adalah alumni sekolah guru (kweekschool) di Tanobato, asuhan dari Willem Iskander, Ini berarti di Batang Toru belum memungkinkan anak-anak yang berprestasi melanjutkan pendidikan ke kweekschool. Padahal tahun 1879 kweekschool di Padang Sidempuan akan dibuka (pengganti yang di Tanobato).

Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad, 24-02-1875: ‘berdasarkan Surat Keputusan tanggal 11-02-1875 No.2 (Staatsblad No. 2) ditemukan bahwa koeria Sipirok, Goenoeng Bringin dan Praoe Sorat di Onderafdeeling Angkola en Sipirok (Afdeeling Mandheling en Angkola, Residentie Tapanoeli) untuk memisahkan mereka, dan menyatukannya menjadi satu onderafdeeling yang akan dikepalai oleh seorang Controller (pangkat kelas 2) dan berkedudukan di Sipirok sebagai lokasi yang ditunjuk.

Pembangunan di Batang Toru telah berjalan kondusif. Hasil-hasilnya juga mulai dirasakan. Oleh karena itu, pemerintah merasa perlu untuk menempatkan seorang pengawas  di Batang Toru. Pada tahun 1876 seorang pengawas, FJ Kroese ditempatkan di Batang Toru yang sebelumnya bertugas di Batavia (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 29-11-1876). Setahun kemudian di Batang Toru ditempatkan seorang penilik sekolah (Sumatra-courant : nieuws- en advertentieblad, 13-10-1877). Tahun kemudian ditempatkan seorang insinyur, B. Kersjes dari Padang Sidempuan ke Barang Toru (Bataviaasch handelsblad, 11-03-1878).

Pada tahun 1878 di Batang Toru juga terjadi pejabat local. Petugas rapat dan adjunct djaksa di Batang Toru, Aminoeddin gelar Mangaradja Lelo dimutasi menjadi inlandsehe schrijver di Batang Toru. Sedangkan  adjunct djaksa di Batang Toru akan ditempati oleh Si Amin gelar Soetan Pamenan yang sebelumnya sebagai inlandsehe schrijver di kantor assistent-resident van Mandhcling en Ankola di Padang Sidempuan (Bataviaasch handelsblad, 24-04-1878). Semua itu dimaksudkan untuk mendukung controleur PALE van Dijk. Nama penilik sekolah yang ditempatkan di Batang Toru adalah A. Gorter (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 11-10-1878). Tugas penilik sekolah ini untuk mengawasi sekolah-sekolah rakyat yang dibangun oleh penduduk.

Pada tahun 1876 sesungguhnya terdapat perubahan struktur pemerintahan di Residentie Tapanoeli. Asisten Residen Mandheling en Ankola di Padang Sidempoean dihapus, dan sebaliknya di Sibolga en Ommelanden dibentuk. Hal ini karena di onderafd. Sipirok sudah ditempatkan seorang controleur. Asisten Residen Sibolga en Ommelanden akan membawahi Sibolga en Ommelanden, Batang Toru, Baros, Singkel dan Nias (lihat Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 19-01-1876). Hal lainnya adalah bahwa telah dilakukan pembebasan budak: di Batang Toru tanggal 1 dan di Padang Sidempuean tanggal 13 Juni 1876 (lihat Bataviaasch handelsblad, 24-06-1876). Juga dianggap penting bahwa ada perubahan pada Keputusan tanggal 21 November Nomor 1862 Nomoer 22 (Staatsblad No. 141), yang mana jarak etape dari Padang Sidempuan ke Batang Toru yang sebelumnya dinyatakan Panabasan menjadi Si Tindjak (Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 05-07-1876).

Benar bahwa Kweekschool Padang Sidempuan dibuka tepat pada tahun 1879. Tahun ini juga sekolah negeri dibangun di Batang Toru. Hal lain yang luar biasa pada tahun ini adalah bahwa di atas sungai Batang Toru sudah dimulai pembangunan jembatan permanen. Jembatan ini akan menjadi jembatan terpanjang di Nederlandsch Indie. Pada tahun 1883 jembatan ini selesai dibangun dan pada tahun ini juga diberitakan Kweekschool Padang Sidempuan melakukan wisuda pertama.


De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 05-01-1879: ‘Di Batang Taro (res. Tapanoeli) pada tanggal 14 Oktober tahun ini, sebuah sekolah dasar pemerintah akan dibuka dengan jumlah siswa adalah 25’. Bataviaasch handelsblad, 09-01-1879: ‘pengawas (opziener) yang baru, PF Ros (menggantikan FJ Kroese).

Pada tahun 1879 seorang ahli botani melaporkan bahwa Batang Toru memiliki banyak buah, tanah yang subur dan bahkan lebih subur dari Padang Sidempuan karena tingginya humus dan sesuai untuk menanam kakao, Meski demikian, botanis ini melaporkan belum ada pertanian yang diusahakan (laporan ini ditulisnya di Sumatra-courant : nieuws- en advertentieblad, 12-08-1879). Guru yang ditempat di sekolah negeri di Batang Taro, Zakaria (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 25-10-1879). Selanjutnya, adjunct-djaksa di Batang Toru, Si Oentjo; gelar Lenggang Padang, saat ini sebagai inlandsche schrijver di Singkel, untuk mantra cultuur, Si Daijat gelar (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 24-03-1883).


Jembatan Batang Toru selesai dibangun, nama yang sebenarnya Batang Toru adalah Batang Taru



Jembatan Batang Toru selesai dibangun 1883. Jembatan ini mulai dibangun tahun 1879 ini berarti dibutuhkan selama empat tahun. Bahan-bahan yang digunakan selain beton, besi juga menggunakan kayu yang dengan panjang 30 meter dengan lebar 60 cm. Lokasi jembatan ini berada di daerah hilir jembatan rotan (yang lama) yang mengambil lebar sungai dengan kedalaman sungai yang rendah dimana diantara dua sisi sungai terdapat pulau.

Arsitek A. Eisses bangun jembatan Batang Toru, 1879
Deskripsi jembatan ini dapat dibaca dalam Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 08-05-1883. Disebutkan bahwa jembatan ini adalah kebanggaan keberhasilan sipil di Nederlandsch Indie. Pembangunan jembatan ini dikerjakan oleh arsitek A. Eisses yang menelan biaya f140.000 (dan juga menelan banyak korban karena jatuh dan hanyut). Jembatan ini panjang 110,23 M dan lebar 5.54 M dan menjadi jembatan terpanjang yang pernah ada.

Setelah jembatan ini selesai dibangun namanya sudah mulai popular di Nederlandsche Indie maupun di Eropa, seseorang merasa perlu untuk mengoreksi tentang sebutan nama jembatan ini. Menurutnya nama Batang Toru disebutkan bahwa penulisan yang benar adalah Batang Taroe karena itu sesuai dengan penamaan oleh penduduk. Kesalahan ini menurutnya besumber dari  Veth dan lainnya, yang menulis Batang Taro sehingga nama yang beredar adalah Batang Taro di media maupun dalam administrasi pemerintahan. Koreksi ini dinyatakannya dalam Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 08-05-1883.

Nama Batang Taroe (Taroo atau Taru) merujuk pada bahasa local yakni antar. Nama sungai ini disebut sama baik di wilayah Silindoeng maupun di wilayah Batang Toru. Memang secara geografis air sungai ini deras karena di utara di Silindoeng dataran tinggi sedangkan di daerah Batang Toru dataran rendah. Ini seakan nama Batang Taru menjadi Batang Toru (bawah) dimana nama ini lebih popular kemudian. Padahal sejak awal nama Batang Toru juga nama yang sama di Silindoeng (nama aek Sigeaon belum dikenal). Oleh karena itu, pada dasarnya nama sungai dan nama jembatan yang benar adalah Batang Taroe atau Batang Taru. Nama Batang Taru kemudian bergeser menjadi Batang Toru. Bagaimana proses pergeseran nama ini tidak diketahui dengan jelas. Karena banyak nama-nama tempat juga mengalami pergeseran seperti Saroematinggi menjadi Sajoermatinggi, Sibogha menjadi Sibolga dan sebagainya.

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

Tidak ada komentar: