Koeria dan Marga di Angkola, Sipirok dan Batang Toru |
Pembagian wilayah
administrasi
Secara
tradisional batas-batas huta (lingkungan tempat tinggal tradisi=ulayat) sudah
sejak lama ada. Kepala-kepala huta ini terdiri dari radja panoeosoenan
(pamungka huta), radja pamoesoek dan kepala ripe (turunannya). Federasi
huta-huta yang satu garis keturunan ini (genealogis dan territorial) terbentuk
daerah tradisi yang disebut sebagai loehat (negeri). Loehat-loehat inilah yang
menjadi dasar bagi pemerintah untuk menyusun wilayah administrasi pemerintahan
colonial Belanda. Loehat-loehat yang berada di satu kesatuan geografis (social
ekonomi) ditandai Belanda sebagai satu lanskap (tanah, air dan penduduk).
Lanskap-lanskap
pertama yang diadministrasikan oleh pemerintah kolonial Belanda adalah lanskap
Natal, lanskap Mandheling, lanskap Angkola, lanskap Pertibie. Di lanskap
Mandheling terdiri dari lanskap-lanskap yang lebih kecil yakni Groote
Mandheling, Klein Mandheling, Oeloe, Pakantan. Di lanskap Angkola terdiri dari
lanskap Angkola Djae, lanskap Angkola Djoeloe, dan lanskap Dollok. Dari
berbagai lanskap tersebut, afdeeling pertama yang dibentuk adalah Afdeeling
Natal dan Afdeeling Mandheling en Ankola.
Afdeeling
Mandheling en Ankola terdiri dari tiga onderafdeeling: Groote Mandheling,
onderafd. Keleing Mandheling, Oeloe en Pakanten; dan onderafd. Angkola en Pijor
Koling (nama tidak lama hanya disebut onderafd. Angkola saja). Onderafd.
Angkola terdiri dari distrik-distrik: District Angkola Djae; Disrict Angkola
Djoeloe dan District Dollok (kemudian diganti menjadi District Sipirok).
Batas-batas onderafd. di Angkola dibuat dan menjadi acuan dalam pembuatan peta
Residentie Tapanoeli yang terbit tahun 1852 (wilayah administrasi Residentie
Tapanoeli baru terdiri dari: Natal, Groete Mandheling, Klein Mandheling, Oeloe,
Pakantan, Angkola, Sipirok, Tapanoeli, dan Baros.
Dalam
peta tersebut loehat Huraba dan loehat Loemoet masuk wilayah administrasi
(afdeeling) Tapanoeli. Nama Batang Toru tidak teridentifikasi dalam peta
sebagai suatu tempat, tetapi diidentifikasi sebagai nama sungai Batang Toru.
Yang teridentifikasi di sekitar (dekat dengan) sungai hanya Huraba, Sumuran dan
Sipisang. Di barat Sumuran teridentifikasi nama tempat Tapolon dimana tempat
ini menjadi dua arah: arah tenggara ke Loemoet via sungai ke Djaga-Djaga dan
via laut ke Sibogha (jalan sungai dan laut) dan arah barat melalui darat ke Aek
Bediri, Toeka dan Siboeloean lalu ke Sibogha (jalan pos). Tentu saja pembuatan
peta memiliki time leg yang panjang karenanya nama-nama tempat yang dianggap
penting kemudian sebelum terbit peta akan tidak teridentifikasi. Oleh karenanya
nama Batang Toru sebagai suatu tempat belum muncul dalam peta. Namun suatu
tempat bisa jadi sudah eksis sudah lama tetapi belum popular atau kalah popular
dibandingkan dengan nama tempat lainnya.
Rambin rotan di atas sungai Batang Toru (lukisan Clercq, 1846) |
Dari
berita yang dikutip di atas terungkap bahwa tahun 1847 atau tahun-tahun sebelum
itu sudah dilakukan proses pembentukan pemerintahan lokal di Batang Toru,
sebagaimana juga telah dilaksanakan di lanskap-lanskap lainnya di Afdeeling
Mandheling en Ankola. Berita-berita lainnya tentang Batang Toru sejauh ini
masih menjadi pemasok kamper dan di perdagangkan di hingga ke Natal.
Nieuwe
Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws- en advertentieblad, 06-11-1852:
‘Kamper dan benzoin diperdagangan antara Natal dan Sinkel; produksi benzoin secara
besar-besaran hanya di lanskap independen Battalanden. Kamper yang ditemukan di
Natal umumnya didatangkan dari hutan yang terletak di antara Batang Toru dan Loemoet.
Battalanden juga menyediakan kamper’.
Java-bode:
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 18-06-1853: ‘…dilaporkan
bahwa di Padang Sidempoeang, Loemoet, Batang Taro, Ankola, Siepierok dan Pagerutan,
hingga 12 April tahun ini, telah 390 orang terkena dampak kolera’.
Sementara itu di Angkola pengembangan
budidaya kopi sudah mulai menunjukkan hasil, tidak hanya di Angkola Djae dan
Angkola Joeloe tetapi juga di Sipirok. Dengan melihat perkembangan tersebut,
Controleur Henniij menganggap perlunya pembentukan menganggap Angkola dan
Sipirok harus dibawah satu pemerintahan (Hennij menjadi Controleur Angka tahun
1856). Pada tahun 1858 kopi dari Sipirok sudah mulai menghasilkan dan diangkut dengan
menggunakan gerobak ke Loemoet lalu diteruskan via sungai ke teluk Tapanoeli (Nieuw
Amsterdamsch handels- en effectenblad, 11-02-1858). Koran ini juga menulis
bahwa selain Ankolasche, koffijtuinen Si Perok berharga dan memilik nama yang
terbaik dan memberikan produk yang kaya.
Jika
semasa A.P. Godon, akses jalan dari Mandailing ke Natal terbuka dengan
pembangunan jalan dan jembatan. Godon adalah pemrakarsanya. Sepeninggalan Godon
(pension), Henny mereplikasi ide Godon untuk memperbaiki akses jalan yang yang
sudah ada dari Padang Sidempuan ke Loemoet. Karenanya, aliran kopi dari Ankola
dan Sipirok tidak perlu via Natal lagi tetapi, via Djaga-Djaga (Loemeot) ke
Sibolga lalu ke Padang. Yang melakukan tugas pengangkutan diberi kontrak kepada
pengusaha Tionghoa di Barus bernama Lie Thong.
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 14-06-1862: ‘diadakan outsourcing untuk evakuasi
koffij ke Padang dari tempat-tempat sebagai berikut (antara lain): dari Ankola
en Si Pirok melalui Djaga-Djaga (dekat Loemoet) ke Padang dengan biaya sebesar
ƒ 4.40 per picols. (Pemberi kerja: Li Thong)’.
Dengan semakin derasnya aliran kopi dari
Ankola dan Sipirok ke Teluk Tapanoeli melalui Loemoet dipandang perlu untuk
merevisi pengaturan jalan poros dalam Staatsblad No. 59, tanggal 21 Oktober
1852. Pada tahun 1862 keluar Keputusan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda No. 22
(Staatsblad No. 141 tahun 1862) dimana di dalam keputusan mengatur jalan jalan
poros (utama) di wilayah hukum Gouvernement Sumatra’s Westkust tidak hanya di
Padangsche (Bovenlanden dan Beneelanden) tetapi juga mencakup jalan poros di
Tapanoeli. Jalan poros Tapanoeli berdasarkan Staatsblad No. 141, sebagai
berikut:
Kotta Nopan ke Laroe (½ etappe)
Laroe ke Fort Elout (Penjaboengan) (1 etappe)
Fort Elout (Penjaboengan) ke Siaboe (1
etappe)
Siaboe ke Soeroematingi (1 etappe)
Soeroematingi ke Sigalangan (1 etappe)
Sigalangan ke Padang Sidempoean (1 etappe)
Padang Sidempoean ke Panabassan (1 etappe)
Panabassan ke Batang Taro (1 etappe)
Batang Taro ke Loemoet (1 etappe)
Loemoet ke Parbirahan (1 etappe)
Parbirahan ke Toeka (½ etappe)
Toeka ke Sibogha (½ etappe)
Jalan
poros adalah jalan yang direncanakan untuk menjadi lalu lintas utama dan menjadi
moda transportasi pos dan berbagai angkutan lainnya. Dengan memperhatikan rute
jalan poros dalam surat keputusan itu, sesunguhnya rute jalan poros tersebut
merupakan ratifikasi terhadap jalan yang sudah ada sejak era perdagangan awal
(era pertukaran: garam dengan komoditi lainnya). Sedangkan ukuran jarak hanya
didasarkan pada titik persinggahan jika perjalanan dilakukan dengan menggunakan
kuda (etappe). Posisi Batang Toru sudah ada dalam rute ini. Hal lain yang baru
dalam rute ini, jalan poros dari Batang Toru menuju Loemoet melalui Tapolong kemudian
ke Toeka dan Sibogha.
Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad, 11-10-1862: ‘menyoal tentang rute perjalanan antara
laut dan darat. Selama ini hanya angkutan barang dan orang melalui laut dari
pantai ke pantai di Sumatra’s Westkust. Tidak adanya infrastruktur darat yang
memadai membuat orang khawatir (terutama pedagang) untuk memasuki wilayah
pedalaman seperti di Mandheling dan Ankola yang indah. Pengembangan layanan
transportasi laut tidak akan maksimal dan perlu memperhatikan layanan untuk
angkutan di daratan’.
Pembentukan
pemerintahan
Berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Staatsblad No. 141 tahun
1862) yang mana Residentie Tapanoeli (Kresidenan Tapanuli) terdiri dari enam
afdeeling. Salah satu afdeelingnya disebut Afdeeling Mandheling en Ankola.
Salah satu lanskap (kemudian disebut onderafdeeling) adalah Ankola en Sipirok
(sebelumnya onderafd. Angkola saja). Di lanskap atau onderafdeeling Ankola en
Sipirok ini terdapat sebanyak 14 koeria (yang dikepalai koeriahoofd), yakni: Kampong-baroe,
Si Mapil-Apil, Saboengan Djai, Batoe-nadoea, Oeta Rimbaroe, Si Pirok, Bringin, Praoe
Sorat, Soeroemantigi, Pintoe Padang, Si Galangan, Moeara Thais, Pitjar Koeleng
dan Si Ondop,
Dalam
onderafd. Angkola en Sipirok nama-nama Huraba, Sianggoenan, Marancar, Batang Toru dan
Loemoet tidak termasuk. Ini artinya bahwa kelima loehat utama ini (yang kemudian
menjadi koeria) dimasukkan ke dalam Afdeeling Sibolga en Ommnenlanden sebagai
satu distrik bernama Loemoet
en Batang Taro. Padahal secara adat lebih dekat ke Angkola daripada
Tapanoeli. Di Sipirok marga
dominan adalah Siregar yang menjadi tiga koeria: Baringin, Parau Sorat dan
Sipirok. Secara territorial Sipirok berdekatan dengan Batang Toru di sisi utara
Angkola (Sipirok, Marantjar dan Hoeraba). Sementara, sisi selatan Angkola dan
Batang Toru secara territorial yang saling berdekatan dari kuria marga
Poeloengan (Saroematinggi, Siondop dan Batang Toru).
Hal ini juga
pernah terjadi ketika koeria Maga dipisahkan dari Klein Mandheling dan
dimasukkan ke Groote Mandheling (karena alasan marga) dan koeria Batang Natal
dipisahkan dari Gooter Mandheling dan dimasukkan ke Natal (karena alasan jarak
dan efektivitas pemerintahan). Hal serupa ini besar kemungkinan empat loehat berafiliasi
dengan Afdeeling Sibolga. Namun bisa jadi karena alasan politis (gangguan
keamanan sebelumnya), alasan ekonomis atau alasan lainnya bisa jadi untuk
melakukan perimbangan (komposisi) wilayah.
Pada
tahun 1869 lanskap Batang Toru sendiri sesungguhnya baru memulai pembangunan
pertaniannya. Seperti yang dikutip dalam surat kabar Sumatra-courant: nieuws-
en advertentieblad, 06-02-1869 bahwa Sipirok telah dianggap sangat berhasil
dalam budidaya pertanian yang didukung dengan tingkat kesuburan lahan,
sementara Batang Taro meski sudah ada sawah yang telah dibuat sekitar 30-35
ribu bouws, tetapi masih cukup tersedia lahan untuk ekstensifikasi sekitar seratus
ribu bouws.
Setelah
sempat berlarut-larut dalam proses pembentukan pemerintahan lokal di Afdeeling
Sibolga en Ommenlanden di Batavia, De Raad van Nederlandsch-lndie akhirnya
memutuskan afdeeling terbagai dari dua onderafdeeling, yakni: Sibolga dan
Batang Toru. Onderfadeling Sibolga terdiri dari enam koeria, sedangkan
onderafdeeling Batangtoru terdiri dari 10 koeria, yakni: Toeka, Said Nihoeta, Pinang
Sori, Loemoet, Anggoli, Si Manosor, Batang Taro, Hoeraba, Si Anggoenan dan Marantjar
(lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 21-03-1871).
Dengan
terbentuknya pemerintahan local maka dengan sendirinya proses pembangunan di
setiap lanskap melalui koeria-koeria yang diangkat akan berjalan lebih efektif.
Pembentukan pemerintahan local ini di satu
sisi Afdeeling Sibolga en Ommenlanden telat dibandingkan dengan
Afdeeling Mandheling en Ankola, sementara di sisi lain, loehat-loehat yang
doeloe satu sama lain terhubung kini loehat-loehat yang menjadi koeria Loemoet,
Anggoli, Si Manosor, Batang Taro, Hoeraba, Si Anggoenan dan Marantjar sudah
tertinggal dibandingkan loehat-loehat lainnya di Angkola dan Sipirok. Namun
demikian, karena hasil-hasil pertanian di Angkola dan Sipirok menuju pantai
melalui Loemoet dan Pelabuhan Djaga-Djaga maka diharapkan akan terjadi sinergi
dan mempercepat proses pembangunan di loehat-loehat eks Angkola tersebut.
Sumatra-courant: nieuws- en
advertentieblad, 09-11-1872 (iklan): ‘pengadaan dan pelelangan umum terikat
untuk transportasi wisatawan, bagasi, koffij, barang dan dana (yang meliputi):
(d) Groot en Klein Mandheling, Oeloe dan Pakanten dan Natal. (e) antara Padang
, Siboga dan Loemoet dan tempat yang berbeda dari onderafdeeling Ankola en
Sipirok’.
Sumatra-courant: nieuws- en
advertentieblad, 04-12-1872: ‘Kemarin di sini telah diumumkan dalam
transportasi gouvernementi, penumpang bagasi, kopi, barang dan uang di Sumatra
Westkust (diantaranya): untuk Mandheling adalah Dummler & Co, untuk Ankola
adalah Lie Thong’.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Bersambung: …..
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe.
1 komentar:
Saya sebagai mahasiswa ilmu sejarah usu bangga atas tulisan ini karena tulisan ini memberikan informasi nya luas khusus nya batang toru tempat orang tua saya lahir
Posting Komentar