Oleh Akhir Matua Harahap
Masyarakat kita merupakan masyarakat yang terdiri dari organisasi-organisasi. Kita dilahirkan di dalam organisasi, dididik melalui organisasi dan hampir semua dari kita melewati masa hidup dengan bekerja untuk kepentingan organisasi. Kita juga memanfaatkan sebagian waktu senggang untuk kegiatan membeli, bermain maupun berdoa di dalam organisasi. Selain itu, sebagian besar umat manusia akan meninggal di dalam organisasi, dan apabila saatnya tiba untuk dimakamkan, maka organisasi yang terbesar—yaitu Negara—mau tidak mau harus memberikan izin resmi1.
Organisasi adalah unit social (atau pengelompokkan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu. Unit social terkecil adalah keluarga dan unit social terbesar adalah negara. Kumpulan dari individu atau keluarga yang lebih besar seperti ‘parsadaan marga’, OSIS, Ikatan pelajar/mahasiswa, RT/RW, kelurahan, Kabupaten/Kota dan Provinsi.
***
Masyarakat Tapanuli Bagian Selatan adalah masyarakat yang termasuk secara sadar dan terbiasa hidup dalam organisasi. Secara social-budaya, ciri-ciri ini sudah sejak dari ‘doeloe’ terbentuk dalam lingkup organisasi marga (dalam konteks core culture, dalihan na tolu). Oleh karena itu, pada masa kini, terbentuknya organisasi tradisi dalam wujud genealogis ‘parsadaan marga[…]dohot anak boru na’ pada masing-masing marga, bukanlah hal yang baru. ‘Parsadaan’ (atau persatuan) menjadi semacam ikatan baru khususnya di perantauan yang dibentuk kembali untuk mengimbangi ‘suasana hati’ yang tidak mungkin ditemui dalam organisasi social modern.
Para pemuda-pemudi ‘sahuta’ yang dinamakan persatuan ‘naposo nauli bulung’ pada setiap kampung (huta) menjadi dinamisator dalam memperlancar tupoksi kepala desa atau lurah. Demikian juga para orangtua mendirikan organisasi dalam bentuk ‘sarikat tolong menolong/STM’ yang kerap berperan sebagai ‘tim SAR’ ketika pihak yang berdukacita mengalami kesusahan. Pada kelompok pelajar/mahasiswa juga terjadi proses yang sama berupa ikatan-ikatan pelajar atau mahasiswa untuk mendukung proses belajar untuk menggantikan fungsi keluarga dan kerabat di tempat perantauan. Semua organisasi-organisasi tersebut dibentuk secara sadar untuk tujuan bersama. Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan (IMATAPSEL) dan Ikatan Keluarga Alumni Pelajar Padang Sidempuan (IKAPADA) adalah dua dari sejumlah organisasi pelajar yang berafiliasi dengan Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) yang sudah lama dibentuk dan masih diakui keberadaanya di jaman maya ini. Imatapsel dibentuk pertama kali di Bogor dan Ikapada di Jakarta.
Imatapsel Bogor yang didirikan di Bogor tahun 1963 boleh 'dibilang' menjadi pionir dalam mengorganisasikan mahasiswa asal Tapanuli Bagian Selatan di perantauan. Hal ini dapat dimaklumi, karena di Bogor pada waktu itu populasi mahasiswa asal Tapanuli Bagian Selatan sudah terbilang ‘banyak’. Bahkan Imatapsel tergolong organisasi mahasiswa yang berasal dari daerah yang sudah cukup tua di Bogor, bahkan jauh lebih tua dari IMM (Ikatan Mahasiswa Minang) dari Sumatra Barat. Menariknya, Imatapsel sebagai organisasi mahasiswa dari sebuah kabupaten (di luar kabupaten/kota di Pulau Jawa) harus berhadapan dengan organisasi mahasiswa daerah yang umumnya terikat dalam satu provinsi seperti Bali, Sumatra Selatan, Sumatra Barat, Riau, Aceh, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara. Anehnya, organisasi mahasiswa dalam wadah Sumatra Utara tidak pernah ada. Organisasi mahasiswa asal (kabupaten) Tapanuli Utara sendiri baru terbentuk setelah dua dasawarsa Imatapsel berdiri.
Namun demikian, Imatapsel bukanlah organisasi mahasiswa asal daerah yang jumlah anggotanya masuk kategori minoritas. Imatapsel membentuk dirinya menjadi kuat dan cukup disegani karena populasinya yang terbilang banyak. Para pengurus Imatapsel Bogor dari tahun ke tahun merangkul anggotanya tidak saja yang berasal dari SMA di Tapanuli Selatan tetapi juga yang berasal dari luar Tapanuli Selatan. ‘Password’ mereka yang berasal dari luar Tapanuli Selatan ini adalah jika salah satu orangtuanya berasal dari Tapanuli Selatan. Karenanya anggota Imatapsel Bogor sangat ‘colorfull’ ada yang dari Medan, Sibolga, Siantar, Pekanbaru, Palembang, Padang, Jakarta, Bogor, Surabaya, dan bahkan dari luar negeri (sekolah kedutaan tentunya). Medan dan Jakarta adalah populasi terbanyak setelah Padang Sidempuan.
Imatapsel pada masa kini menjadi semacam nama generic untuk ‘parsadaan’ mahasiswa Tapanuli Bagian Selatan utamanya di daerah perantauan seperti di Bandung, Jogyakarta, Palembang, Padang, Bengkulu, Medan dan tentu saja di Padang Sidempuan. Imatapsel Bogor didirikan di Kota Bogor tahun 1963 yang kini memasuki usia ke 50 tahun terbilang organisasi mahasiswa asal Tapanuli Bagian Selatan yang tetap berada pada track-nya. Yang tetap berfungsi menghimpun semangat individu menjadi semangat kebersamaan untuk menunjang kelangsungan belajar dan kesuksesan untuk meraih sarjana para putra-putri Tapanuli Bagian Selatan.
Dalam perkembangannya, Tapanuli Selatan yang dulunya sebagai sebuah kabupaten dan kemudian mengalami pemekaran sudah barang tentu membawa konsekuensi terhadap struktur organisasi Imatapsel. Dengan dimekarkannya Tapanuli Selatan pada tahun 1998 menjadi Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal maka Imatapsel Bogor juga mengalami pemekaran pada tahun 2000 dengan dimekarkankanya Imatapsel menjadi Imatapsel dan IKAMADINA (Ikatan Mahasiswa Mandailing Natal). Kemudian, Imatapsel dimekarkan lagi dengan mulai terbentuknya ikatan mahasiswa asal Padang Lawas di beberapa kota (di Bogor sendiri kabarnya tidak ada).
Kini, Tapanuli Selatan yang dulunya sebuah kabupaten menjadi mekar yang terdiri dari lima kabupaten kota [Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal (1998), Kota Padang Sidempuan (2001), Kabupaten Padang Lawas Utara dan Kabupaten Padang Lawas (2008)]. Imatapsel menjadi organisasi mahasiswa yang hanya merangkum mahasiswa asal Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padang Sidempuan. Namun karena nama Imatapsel sudah menjadi nama generic, boleh jadi mahasiswa asal Kota Padang Sidempuan tidak merasa perlu untuk minta dimekarkan dari Imatapsel.
Ikapada adalah organisasi keluarga alumni pelajar Padang Sidempuan. Organisasi ini dibentuk pada tahun 1989 untuk menghimpun keluarga dari alumni pelajar Padang Sidempuan. Kata ‘pelajar’ dalam organisasi ini mencakup semua level pendidikan (SD, SMP, SMA dan PT) dari anggotanya yang pernah belajar di Kota Padang Sidempuan. Ini berarti anggotanya bisa saja SD di Kota Padang Sidempuan, SMP di Kota Padang, SMA di Kota Palembang dan PT di Kota Jakarta. Karena nama organisasinya mencakup ‘keluarga’, maka anggotanya juga bisa dari individu yang orangtuanya sekolah di Kota Padang Sidempuan meskipun ia sendiri lahir dan bersekolah di Jakarta, Bogor dan kota-kota lainnya.
Dari sisi organisasi, Imatapsel dan Ikapada tidaklah identik. Dari sisi fungsi sudah jelas berbeda. Walaupun mungkin kurang tepat, Imatapsel menjadi semacam ‘terminal keberangkatan’ dan Ikapada semacam ‘terminal kedatangan’. Pengertian kedatangan dalam konteks menghimpun kembali para pelajar yang berasal dari Kota Padang Sidempuan yang telah menetap di Jakarta baik yang langsung dari Kota Padang Sidempuan maupun dari kota-kota lain. Karenanya, anggota Ikapada lebih cenderung anggotanya yang sudah lebih dewasa dan lebih matang. Sebagai terminal kedatangan, maka Ikapada menjadi sebuah kelembagaan baru untuk memulai investasi baru khususnya yang bersifat social (akumulasi modal social). Ini berarti, Ikapada sebagai organisasi social kedaerahan khususnya Kota Padang Sidempuan, kehadirannya menjadi titik belok (putaran) dalam merecall kembali memory masa lalu dan mulai menatap kembali kampung halaman yang telah lama ditinggalkan.
***
Ikapada hanyalah salah satu dari organisasi social yang bersifat kedaerahan dan kekeluargaan yang berasal dari Tapanuli Bagian Selatan di Jakarta. Ikapada bersifat khas, karena dibentuk atas dasar anggotanya sebagai pelajar di Kota Padang Sidempuan. Organisasi sosial lainnya, ada yang dibentuk atas dasar marga (parsadaan), berdasarkan komunitas (territorial kedaerahan di Tapanuli Bagian Selatan) seperti Sipirok, Angkola, Mandailing, Padang Bolak, bahkan atas dasar kampung (huta). Akibatnya, seseorang boleh jadi memiliki beberapa organisasi social yang berafiliasi ke Tapanuli Bagian Selatan. Semua organisasi social kekeluargaan tersebut berjalan dengan baik dan damai-damai saja. Inilah salah satu kekayaan warga Tapanuli Bagian Selatan di Jakarta yang mungkin jarang dimiliki oleh daerah lain. Sekalipun satu sama lain berbeda tetapi semuanya menjunjung satu kesatuan: Kesatuan Daerah Tapanuli Bagian Selatan. Horas.
1. Etzioni (1964/1985)
Nama-nama Ketua Umum Imatapsel Bogor | |||
No | Nama | Asal SMA | Periode |
1 | Ir. P. Sormin | Padang Sidempuan | 1963-1965 |
2 | Drh. Zainal Arifin Lubis | Padang Sidempuan | 1965-1967 |
3 | Ir. Hamzah Pulungan, MSc | Padang Sidempuan | 1967-1969 |
4 | Ir. Soangkupon Siregar, MSc | Padang Sidempuan | 1969-1971 |
5 | Drh. Zulkarnain Hutasuhut | Padang Sidempuan | 1971-1973 |
6 | Dr. Ir. Anwar Bei Pane, DEA | Padang Sidempuan | 1977-1979 |
7 | Ir. Ali Bosar Harahap | Padang Sidempuan | 1979-1980 |
8 | Ir. Ahmad Rifai Lubis | Padang Sidempuan | 1980-1981 |
9 | Ir. Bonari Ritonga | Padang Sidempuan | 1981-1982 |
10 | Ir. Ali Rintop Siregar | Padang Sidempuan | 1982-1983 |
11 | Ir. Ali Mukti Siregar | Padang Sidempuan | 1983-1984 |
12 | Ir.Yazid Busthomi Lubis | Medan | 1984-1985 |
13 | Ir. Zulham Efendi Hasibuan | Medan | 1985-1986 |
14 | Ir. Akhir Matua Harahap, ME | Padang Sidempuan | 1986-1987 |
15 | Ir. Dahri Tanjung MSi | Padang Sidempuan | 1987-1988 |
16 | Ir. Irwan Sofyan Siregar, MSi | Padang Sidempuan | 1988-1989 |
17 | Ir. Anwari Parinduri, MBA | Panyabungan | 1989-1990 |
18 | Ir. Amrin Yani Daulay | Medan | 1990-1991 |
19 | Drs. Martua Hamonangan Nasution | Panyabungan | 1991-1992 |
20 | Ir. Burhanuddin Hasibuan | Padang Sidempuan | 1992-1993 |
21 | Ir. Muhammad Nasir Nasution | Padang Sidempuan | 1993-1994 |
22 | Ir. Timbul Irsan Siregar | Padang Sidempuan | 1994-1995 |
23 | Matnursyah Hasibuan | Padang Sidempuan | 1995-1996 |
24 | Drh. Irpansyah Batubara | Padang Sidempuan | 1996-1997 |
25 | Muhammad Rayo Lubis | Padang Sidempuan | 1997-1998 |
26 | Muhammad Syahril Harahap, S.Pt | Padang Sidempuan | 1998-1999 |
27 | Muhammad Syahnan Nasution | Padang Sidempuan | 1999-2000 |
28 | Rahmat Hidayat Harahap | Padang Sidempuan | 2000-2000 |
29 | Gubro Kholil Lubis | Padang Sidempuan | 2000-2001 |
30 | Bokar Sidik | Padang Sidempuan | 2001-2002 |
31 | Moris Sarkawi | Sipirok | 2002-2003 |
32 | Ali Amran Jambak | Padang Sidempuan | 2004-2005 |
33 | Rizky Hamdani, S.Kom | Padang Sidempuan | 2005-2006 |
34 | Muhammad Yusuf Pulungan | Padang Sidempuan | 2006-2007 |
35 | Aziz Meiaro H, SPt. | Kisaran | 2007-2008 |
36 | Hendra Sakti Nasution | Padang Sidempuan | 2008-2009 |
37 | Arkanuddin Siregar | Padang Sidempuan | 2009-2010 |
38 | Hariman Hidayat Siregar | Padang Sidempuan | 2010-2011 |
1 komentar:
di surakarta, ada ngga ikatan mahasiswa tapsel nya ?
Posting Komentar