Selasa, Oktober 04, 2016

Sejarah Stadion Gelora Bung Karno, Ini Faktanya (1): Idenya Muncul Saat Tim Olimpiade Indonesia vs Tim Cina Malaysia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Stadion Gelora Bung Karno (SGBK) dalam blog ini Klik Disin

Dari lapangan sepakbola mengilhami Sukarno untuk membangun stadion besar. Inilah awal Sukarno berhasrat bangun stadion besar, tidak hanya untuk sepakbola, tetapi juga untuk kegunaan publik yang lebih luas, dan tentu saja untuk ambisinya sendiri: membangun kebanggaan bangsa di mata dunia dan untuk panggungnya sendiri untuk berpidato. Karenanya, stadion adalah panggung yang diiinginkan oleh Sukarno dimanapun dia berada, di pelosok-pelosok negeri maupun di kota-kota besar di Eropa dan Asia. Sukarno sangat menikmati permainan sepakbola, Sukarno juga sangat menikmati jika berpidato di dalam stadion yang besar.

 

Sukarno juga menginginkan segalanya dibuat besar, monumental meski Negara sesungguhmya belum mampu menyediakannya. Masjid, stadion, hotel, pusat perbelanjaan, patung dan sebagainya dibuat sebagai simbol-simbol, bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar, lebih besar dari bangsa-bangsa penjajah. Simbol-simbol itu juga menjadi pesan bagi negara sahabat bahwa bangsa Indonesia akan memimpin perjuangan kontra Negara-negara imperialis.

 

Ini bermula ketika Indonesia baru mulai menata negeri setelah perang kemerdekaan dan pengakuan kedaulatan RI. Pemerintah Indonesia melalui PORI akan mengirimkan tim sepakbola ke Asian Games pertama di India (yang akan di selenggarakan di New Delhi 4-11 Maret 1951. Untuk menguji kekuatan tim sepakbola Indonesia diadakan pertandingan persahabatan dengan mendatangkan tim sepakbola Cina Malaysia di Jakarta.

 

Presiden Sukarno yang turut menonton pertandingan sepakbola tersebut tidak puas: tidak puas karena lapangan yang digunakan tidak kondusif, basah dan berlumpur sehingga permainan kedua tim tidak berkembang. Presiden Sukarno senang dan memuji permainan tim Indonesia, tidak senang dengan lapangan yang tidak memenuhi kebutuhan olahraga: lapangan yang sempit, berlumpur dan kumuh. Atas dasar masalah itu, segera setelah usai pertandingan, Presiden Sukarno meminta Ketua PSSI (yang turut menonton) untuk membuat jadwal untuk pembangunan stadion baru (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 23-02-1951).

 

Java-bode, 23-02-1951

De nieuwsgier, 24-02-1951: ‘Stadion Jakarta. Setelah pertandingan sepakbola antara tim Olimpiade Indonesia dan skuad China-Malaysia, Rabu, Presiden Sukarno, yang hadir dalam pertandingan ini, meminta Ketua Perserikatan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Mr. Maladi, sesegera mungkin untuk menyusun rencana untuk pembangunan stadion besar untuk Jakarta. Semua menteri yang hadir, termasuk menteri keuangan, Mr. Sjafruddin Prawiranegara menyambut ide ini. Pelaksanaan rencana ini akan segera mendirikan komite atau yayasan pembangunan stadion. Untuk biaya pembangunan stadion diatur lima hingga enam juta rupiah. Presiden. Sukarno mengatakan: ‘Buatlah sepuluh jutaan’ katra Pak Maladi, yang pembangunan stadion akan meliputi area seluas 12 Km persegi yang akan menampung 80.000 penonton. Banyak ruang akan dibuat untuk tempat parkir mobil, juga akan dibuat untuk sebuah kamp pelatihan, fasilitas lain, yang harus berstandar stadion internasional. Perencanaan dilaksanakan sesegera mungkin. Pemerintah akan menyediakan dana yang diperlukan untuk tujuan ini karena sangat mungkin bahwa Olimpiade Asia ketiga diadakan di Indonesia, di Jakarta. Demikian sebagaimana dilaporkan surat kabar Merdeka’.

 

Rencana pembangunan stadion besar (yang kelak menjadi Stadion Utama Gelora Bung Karno) merupakan rencana Sukarno, rencana pemerintah Indonesia yang pertama untuk membangun fasilitas setelah perang kemerdekaan dan pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda. Rencana-rencana berikutnya baru menyusul kemudian seperti pembangunan masjid besar di Jogjakarta (Masjid Suhada) tahun 1952, masjid besar di Jakarta (yang kemudian disebut Masjid Istiqlal) tahun 1953. Foto: Presiden Sukarno melepas kontingen Indonesia ke Asian Games (De nieuwsgier, 24-02-1951).

 

Setelah Asian Games di India tahun 1951, Indonesia berpartisipasi dalam Olimpiade di Helsinki, Finlandia tahun 1952. Indonesia setelah lepas dari penjajahan, melalui olahraga, tampaknya ingin lebih memperkenalkan Indonesia sebagai bangsa besar baik di Asia dan Eropa.

 

Bersambung:

Sejarah Stadion Gelora Bung Karno, Ini Faktanya (2): PON II, Pembangunan Stadion IKADA Didahulukan, Stadion Besar Sukarno Dipinggirkan

 

 

*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap dari berbagai sumber tempo doeloe

Tidak ada komentar: