*Untuk melihat semua artikel Sejarah Benteng Huraba di blog ini Klik Disini
Kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Konstitusi negara (UUD 1945) sudah disahkan. Pemerintahan Republik Indonesia terbentuk yang mana sebagai Presiden adalah Ir Soekarno dan Wakil Presiden adalah Drs Mohamad Hatta. Kabinet dan posisi Gubernur dalam menjalankan Pemerintahan Daerah sudah ditetapkan.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) dimungkinkan Presiden sebagai Kepala Negara untuk menentukan bentuk dan susunan kabinet. Kabinet pertama Republik Indonesia adalah kabinet presidensial dimana Presiden/Wakil Presiden menjalankan langsung pemerintahan dengan menunjuk langsung siapa yang menjadi Menteri. Sementara kabinet parlementer Presiden mengangkat Perdana Menteri untuk menjalankan pemerintahan dengan susunan Menteri dalam kabinet atas dasar koalisi di perlemen (Dewan Perwakilan Rakyat/DPR). Kabinet pertama yang dibentuk di Indonesia (Presidensial) resmi dimulai pada tanggal 2 September 1945. Dalam daftar anggota kabinet yang diumumkan tidak sepenuhnya lengkap. Mengapa? Untuk posisi Menteri Penerangan diplot Mr Amir Sjarifoeddin Harahap dan Menteri Pertahanan namanya belum disebutkan. Fakta bahwa Mr Amir Sjarifoeddin Harahap masih berada di penjara militer Jepang di Malang.
Lantas bagaimana sejarah perang kemerdekaan Indonesia melawan Inggris dan Belanda? Seperti disebut di atas, bangsa Indonesia tidak hanya telah memproklamasikan kemerdekaan tetapi juga telah membentuk pemerintahan (Republik Indonesia). Namun saat itu, masih ada yang tersisa dimana terdapat para interniran Belanda dan militer Jepang setelah Kaisar Hirohito menyatakan takluk kepada Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat. Dalam konteks inilah terjadi agresi militer di Jawa dan Sumatra. Lalu bagaimana sejarah perang kemerdekaan Indonesia melawan Inggris dan Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Perang Kemerdekaan Indonesia Melawan Inggris dan Belanda; Agresi Militer di Jawa dan Sumatra
Pada tanggal 19 Agustus 1945 PPKI melaksanakan sidang untuk menetapkan (1) Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945 dan dasar negara Pancasila. (2) Memilih dan mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden. (3) Tugas Presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Tanggal 20 PPKI melaksanakan sidang untuk menetapkan (1) Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara (2) Membentuk Pemerintahan Daerah. Indonesia dibagi menjadi 8 provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur. Pada tanggal 22 Agustus PPKI melaksanakan sidang untuk menetapkan (1) Membentuk Komite Nasional Indonesia (KNIP) (2) Membentuk Partai Nasional Indonesia (3) Membentuk Badan Keamanan Rakyat.
Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (disingkat PPKI) adalah penggantik Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) yang dibentuk sebelum proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945, diketuai oleh Ir. Soekarno. Salah satu anggota
BPUPK adalah Parada Harahap. Selanjutnya PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dan
wakilnya Drs Mohamad Hatta dengan 19 anggota diantaranya Dr. Mohammad Amir, Mr. Abdoel Abbas Siregar dan Mr Teuku
Mohammad Hasan.
Untuk membentuk pemerintahan dan KNIP di Sumatra anggota PPKI, Mr Teuku Moh Hassan, Dr. M. Amir dan Mr Abdoel Abbas Siregar berangkat ke Sumatra. Tokoh lainnya yang disertakan adalah Adinegoro dan Dr AK Gani (lihat Algemeen Handelsblad, 03-05-1947). Delegasi berangkat tanggal 23 Agustus 1945 ke Palembang. Mr. A. Abbas melanjutkan perjalanannya ke Lampung (Tanjungkarang). Mr Teuku Moh Hassan dan Dr Amir tiba di Medan pada tanggal 27 Agustus 1945.
Presiden Soekarno di
Djakarta mengumumkan nama-nama anggota kabinet pada tanggal 2 September 1945.
Dalam daftar ini termasuk Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Saat ini sebenarnya Mr
Amir Sjarifoeddin Harahap masih berada dalam tahanan militer Jepang di Malang.
Setelah panglima Sekutu/Inggris di Singapoera dan Presiden Soekarno bersepakat (tentang evakuasi militer Jepang) dengan persyaratan tertentu, lalu kemudian tanggal 29 September 1945, pasukan Sekutu/Inggris datang ke Indonesia di Djakarta.
Mr Amir Sjarifoeddin Harahap baru dikeluarkan dari penjara pada tanggal 1 Oktober 1945. Oleh karena belum ada yang mengisi pos Menteri Pertahanan, kemudian dirangkap oleh Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Oleh karena pasukan Sekutu/Inggris sudah di dalam wilayah Indonesia, Presiden Soekarno melalui Mr Amir Sjarifoeddin Harahap meminta eks KNIL Majoor Oerip Soemohardjo untuk melatih sarjana yang masih muda untuk tentara di akademi militer di Djogjakarta (cikal bakal Akademi Militer RI di Magelang). Mereka yang dilatih itu akan diangkat menjadi tentara Indonesia pertama dengan pangkat Overste (Letnan Kolonel). Oerip Soemohardjo sendiri diberi pangkat Letnan Jenderal. Ada sebanyak 17 orang pemuda bergelar sarjana yang dilatih. Tentara Indonesia pertama tersebut diantaranya Dr Ibnoe Soetowo, Ir MO Parlindoengan Siregar, Mr Kasman Singodimedjo, Dr Irsan Radjamin Nasution, Dr Eri Soedewo. Ir Tarip Abdoellah Harahap dan Dr Willer Hoetagaloeng serta Mr Arifin Harahap. Pada tanggal 5 Oktober 1945, BKR diganti nama menjadi Tentara Keamanan Rakjat (TKR).
Siapa yang menjadi Menteri Pertahanan (baca: BKR) secara definitif belum
ada namanya hingga daftar kabinet dimuat surat kabar Het Perool (lihat Het
parool, 16-10-1945). Tanggung jawab pertahanan (keamanan) dengan sendirinya
diperankan langsung oleh Presiden Soekarno dan Menteri Penerangan Mr Amir
Sjarifoeddin Harahap.
Sekutu/Inggris masuk ke
Medan pada tanggal 9 Oktober 1945, dibawah pimpinan TED Kelly. Di Padang masuk
Sekutu/Inggris tanggal 10 Oktober 1945. Pada tanggal 11 Oktober 1945 muncul
kabar telah terjadi peristiwa berdarah yang tidak diinginkan di Depok. Robert
Kiek, seorang reporter ANP/Aneta yang mendengar peristiwa tertarik untuk
menyelidikinya. Pasukan Inggris di Batavia yang ingin bergerak ke Buitenzorg
membagi pasukan sebagian (satu detasemen) untuk mengawal Robert Kiek dan dua
reporter lainnya ke Depok. Surat kabar melaporkan bahwa pada tanggal 15 Oktober
1945 di Buitenzorg, 45 km di selatan Batavia tanpa insiden diduduki oleh
pasukan Inggris. Robert Kiek bersama pasukan pengawal diduga pada tanggal 15
Oktober 1945 melakukan penyelidikan di Depok.
Untuk fungsi legislative kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan Kerja (Werk Comite) yang anggotanya diresmikan tanggal 16 Oktober 1945. Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sendiri terdiri dari 137 orang, dimana yang bertindak sebagai pimpinan adalah Mr Kasman Singodimedjo (Ketua); Mas Sutardjo Kertohadikusumo (Wakil Ketua I); Mr J. Latuharhary (Wakil Ketua II); dan Adam Malik Batoebara (Wakil Ketua III).
Telex, 16-10-1945: ‘Di Depok
(antara Batavia dan Buitenzorg) kelompok bersenjata Nasionalis melakukan
penggerebekan, warga cukup banyak terbunuh, rumah dirusak dan semua isinya
telah diambil. Orang-orang telah meninggalkan desa. Kapal Australia telah berlayar
dari Australia membawa sebanyak 687 tahanan politik (yang dipindahkan dari
Digoel) menuju Indonesia (Tandjong Priok). Kemarin sore terjadi pertempuran di
Zuid Batavia di mana dua hari lalu pasukan Inggris telah mengambil kontrol di
lapangan usara Tjililitjan (kini Halim) Tentara kontingen Nederland telah
dikirim kesana untuk memperkuat’. Laporan yang dimuat Telex besar dugaan adalah
hasil reportase Robert Kiek. Saat kedatangan Robert Kiek bersama pasukan Gurkha
(15/10) dengan tanggal kejadian (11/10) adalah empat hari. Dengan demikian
selama empat hari tersebut warga Depok (Depokker) ditahan sebelum pasukan
Gurkha membebaskannya.
Saat kejadian di Depok, belum ada Panglima karena memang belum ada tentara. Fungsi Menteri Pertahanan (BKR) masih dirangkap Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Namun tanda-tanda perang sudah mulai ada. Sebagai respon terhadap pasukan Sekutu/Inggris (dan kehadiran Belanda/NICA) yang tidak peduli terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, lalu Tentara Rakjat Indonesia (di Bandoeng) mengumumkan Proklamasi Perang pada tanggal 13 Oktober 1945 dan yang juga hal yang sama dilakukan Oemat Islam sebagaimana dilaporkan Keesings historisch archief: 14-10-1945.
Dari hari ke hari, tanda-tanda suhu perang semakin menguat. Presiden Soekarno dalam dilema. Sebagian menginginkan dengan jalan tertib dan damai dan sebagian yang lain (terutama dari kalangan pemuda) menginginkan perang. Radio Bandoeng yang dilansir surat kabar berbahasa Belanda melaporkan bahwa Markas Barisan Rakjat tidak bisa menerimanya dan Soekarno harus disalahkan (lihat Provinciale Drentsche en Asser courant, 17-10-1945). Perang akan membawa banyak korban.
Tidak adanya komando, maka muncul berbagai kelompok di tengah masyarakat
yang mengatasnamakan dirinya sendiri (terutama setelah tidak berfungsinya
militer Jepang). Salah satu atau beberapa kelompok yang bergerak di Depok
itulah yang diduga melakukan aksi kerusuhan di Depok yang menyebabkan banyak
korban meninggal dan luka. Aksi penawanan wanita dan anak-anak dan penyanderaan
laki-laki besar kemungkinan terkait dengan kedatangan pasukan asing
(Sekutu/Inggris) memasuki wilayah Indonesia.
Sebagaimana diketahui,
Depokker berafiliasi dengan asing (Belanda). Oleh karenanya kerusuhan di Depok
tidak berdiri sendiri. Apalagi di penjara Paledang sudah terdapat 1500 tahanan
Eropa/Belanda terlebih dahulu sebelum sandera laki-laki dari Depok ikut
dijebloskan dalam penjara (lihat Friesch dagblad, 24-10-1945). Tanda-tanda
perang kemerdekaaan ini sudah mulai terlihat di Depok pada tanggal 15 Oktober
ketika pasukan Gurkha yang membawa tawanan mendapat gangguan di perjalanan dan
kemudian bergabung dengan induknya di Bogor. Pada tanggal 16 Oktober 1945 juga
dilaporkan bahwa pasukan Belanda/NICA telah mengambil kendali lapangan terbang
Tjililitan (kini Halim) dan pasukan tambahan telah dikirim untuk memperkuatnya.
Pada tangga 17 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dengan
nasionalis. Dua pasukan Belanda ditembak nasionalis dari atas pohon dengan
senapan mesin (lihat De patriot, 18-10-1945). Inilah hari-hari pertama kontak
perlawanan nasionalis dengan (pasukan) Belanda/NICA yang dimulai di Depok dan
Djakarta. Dalam permulaan perang ini terindikasi hanya satu saluran pemberitaan
di kalangan nasionalis Indonesia yakni Radio Indonesia Bandoeng (lihat De
patriot, 18-10-1945). Salah satu penyiar pemberani di Radio Bandoeng adalah
Sakti Alamsyah Siregar (kelak dikenal sebagai pendiri surat kabar Pikiran
Rakyat).
Kerusuhan di Depok yang dilakukan pada tanggal 11 Oktober 1945 seakan telah dimulai lebih awal dan mendahului Proklamasi Perang yang diundangkan pada tanggal 13 Oktober 1945 di Batavia. Perbedaan waktu antara kerusuhan di Depok (11 Oktober) dan maklumat perang di Batavia (13 Oktober) hanya dua hari, sementara dari sisi jarak antara Depok dan Batavia hanya 20 Km. Secara relatif, waktu dan tempat sangat berdekatan. Ini suatu indikasi bahwa kerusuhan di Depok tidak dipandang sebagai kerusuhan yang bersifat lokal, melainkan lebih mencerminkan perang nasional (memiliki keterkaitan dengan Batavia) itu sendiri yang kebetulan TKP-nya dimulai di Depok. Pihak sekutu/NICA kemudian merespon proklamasi perang dari nasionalis dan Oemat Islam itu dengan maklumat perang. (baca isi maklumat perang sekutu: Keesings historisch archief: 14-10-1945).
Keesings historisch archief:
geïllustreerd dagboek van het hedendaagsch wereldgebeuren met voortdurend
bijgewerkten alphabetischen index, 07-13-10-1945: ‘…situasi di Jawa tidak
menentu, ketegangan terus meningkat dimana-mana..,sangat dikhawatirkan POW
Belanda yang ditahan Jepang berada dibawah penjagaan pribumi…Sorkarno tanggal 9
telah membentuk pasukan untuk mencegah kembalinya Belanda…sekutu telah
menghancurkan gudang logistic persenjataan dan mesiu di Surabaya untuk mencegah
jatuhnya ke tangan nasionalis…istana Bogor telah dipasang bendera merah putih…pada
tanggal 11 Oktober Soekarno melakukan protes terhadap Jenderal Christison
adanya gangguan agen-agen NICA dan tentara Belanda…Soekarno member instruksi
untuk mencegah pendaratan Belanda di Jawa/ Soekarno mengancam jika tidak
diindahkan sekutu maka keamanan jumlah yang sangat banyak orang Belanda, yang
masih di tangan rakyat Indonesia, tidak dapat dijamin oleh Pemerintah Republik…orang
Indonesia sendiri bisa mengmbail tindakan sendiri…Soekarno memperingatkan bahwa
orang Indonesia dapat seaktu-waktu melakukan politik bumi hangus terhadap semua
bangunan peninggalan Belanda di kota.
Dengan demikian kerusuhan di Depok meski tampak sebagai yang bersifat lokal, tetapi dengan melihat horizon kejadian di berbagai tempat pada waktu yang berdekatan, kerusuhan di Depok adalah bagian dari perang kemerdekaan itu sendiri di area antara Batavia dan Buitenzorg.
Berikut adalah
tanggal-tanggal kejadian yang berdekatan (sejak pasukan sekutu Inggris merapat
di pelabuhan Tandjong Priok tanggal 29 September 1945): Pasukan Sekutu/Inggris
mendarat di Medan 9 Oktober 1945, di Palembang tanggal 12 Oktober 1945 dan tanggal
13 Oktober 1945 di Padang; 14 Oktober 1945 komandan pasukan sekutu di Jawa
mengumumkan proklamsi perang; 15 Oktober 1945: Pasukan sekutu Inggris menduduki
Buitenzorg; 16 Oktober 1945: Pasukan Belanda/NICA mengambil kendali lapangan
terbang Tjililitan; 17 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara pasukan Belanda
dengan nasionalis di sekitar lapangan terbang Tjililitan; 18 Oktober 1945:
Pasukan sekutu Inggris memasuki Bandoeng; 20 Oktober 1945: Pasukan sekutu
Inggris mendarat di Semarang dan 25 Oktober 1945: Pasukan sekutu Inggris
mendarat di Soerabaja. Lalu pada tanggal 28 Oktober hingga 31 Oktober 1945
terjadi pertempuran yang hebat di Surabaya. Ketika terdesak, tentara Sekutu
mengusulkan perdamaian. Pemimpin Sekutu di Soerabaya meminta pemimpin Indonesia
(Soekarno) untuk mengadakan gencatan senjata di Surabaya. Soekarno dan Amir
Sjarifoeddin Harahap ke Soerabaja.
Dalam suasana masuk perang, terinformasikan Badan Kerja KNIP sudah terbentuk yang mana Soetan Sjahrir sebagai ketuanya (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 31-10-1945). Disebutkan anggota lainnya dari Badan Kerja adalah Dr. Soedarsono, Mr Sjafroedin Prawiranagara, Dr Soenaria Kolopaking, Adam Malik, kepala kantor berita republik, Antara; Hindromartono, mahasiswa kedokteran Tajoeddin, Soepeno, S Mangoesarkoro, Wahid Hashim dan perwakilan dari Cina, Mr Tan Ling Djie. Tidak ada ekstremis radikal (komunis) di Badan Kerja. Anggota paling kiri adalah Adam Malik; Tan Ling Djie adalah anggota yang paling moderat.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Agresi Militer di Jawa dan Sumatra: Di Sumatra Utara, Bemula di Medan Berakhir di Padang Sidempoean
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar