Bindjei, 1890 |
***
Setelah
sekian lama tidak ada berita sepakbola di Medan, Algemeen Handelsblad,
10-11-1901 melaporkan telah berlangsung pertandingan di Medan pada tanggal 6
Oktober 1901 antara Tim Deli (Deli Elftal) dengan tamunya dari Penang.
Tim Penang ini
semuanya adalah bangsa Inggris. Pertandingan berakhir dengan skor 4-1 untuk
tuan rumah. Tim Deli merupakan gabungan yang terdiri dari G. J. Stok (kiper),
J. P. van Hellen A. B.ick (achtei), A. van Reesema, Percy Pinkncy, W. Jone.
(midden), A. Vervloet, F. Wegerman, P. Langeveld, J. Witteveen en P. v. d. Wel
(vóór). Melihat komposisi tim Deli ini didominasi pemain-pemaian dari
Sportclub. Percy Pinkncy seperti diketahui adalah pemain belakang dari tim
Langkat yang berbangsa Inggris.
Kini,
tim Deli yang keluar kandang. Sebab selama ini mereka hanya didatangi oleh tim
Langkat dan tim Penang. De Sumatra post, 02-12-1901 melaporkan lawatan tim Deli
ke Bindjey.
Yang berangkat
ke Bindjey tidak hanya pemain dan official tetapi juga para suporter. Pada
tengah hari terlihat banyak yang menuju Stasion Medan. Begitu banyaknya calon
penumpang, tikel kelas pertama segera langsung habis terjual. Bangsa Belanda
yang tidak kebagian tiket kelas pertama harus puas dengan tiket kelas kedua.
Ini memang tidak lazim karena kelas kedua biasanya untuk kalangan Tionghoa dan
kaum pribumi. Namun mereka tidak peduli turun kelas, karena mereka yang berada
di kelas kedua menganggap pertandingan di Bindjey ini akan seru.
Peta Medan-Bindjei, 1895 |
Pada pukul lima
sore pertandingan segera akan dilangsungkan dan kedua tim sudah hadir di
lapangan. Wasit yang memimpin pertandingan adalah Mr. Lagaay. Susunan pemain
Deli: Chaufepié. keeper; van Heil en Buck back, Jones, Reesema en Witteveen,
halfback; P. Langeva'd, Wichers, VervJoet, WoJs v. d. Well en Meijer,
voorwaarts. Sedangkan Tim Langkat adalah sebagai berikut: Stock, keeper;
Pinckney en Wrange, backs; Grüschke, V. Braam en Schoutendorp, halfbacks;
Cowan, Fitzwilliams, Hotchkiss, Smoutziger en Thompson, voorwaarts.
Setelah pluit
dibunyikan tanda pertandingan dimulai, dalam lima menit pertama Langkat
mempimpin dan menguasai bola di daerah pertahanan Deli. Namun karena pertahanan
Deli cukup baik, sehingga gol belum tercipta. Lalu kemudian Langkat berhasil
melesakkan dua gol, tetapi Deli juga memiliki perlawanan sehingga skor 2-2 pada
saat turun minum. Pada babak kedua di awal permainan Langkat kecolongon satu
gol tetapi akhirnya mampu membuat dua gol balasan. Pada akhir pertandingan Deli
mampu menyarangkan satu gol sehingga skor akhir menjadi 4-4. Pertandingan ini
berjalan keras dan wasit harus bekerja ekstra
Setelah
pertandingan usai pada malam hari dipersatukan dalam suasana persaudaraan
dengan makan malam bersama di tempat menginap yang telah disediakan.
Langkat
Sportclub Diresmikan
Pertumbuhan
sepakbola di Nederlansch Indie tampak lambat tetapi setidaknya tetap berada di
arah yang benar. Sepakbola adalah suatu permainan yang baru. Kini sepakbola
tidak hanya menguat di Medan, tetapi juga di Batavia.
Berita
sepakbola dari iklim tropis rupanya membuat para gibol di Eropa sedikit kaget.
Mereka yang berada di daerah iklim dingin tidak membayangkan bahwa sepakbola
dapat tumbuh dan berkembang di daerah bersuhu panas. Koran Amsterdamsche
Handelsblad pernah memuat sebuah tulisan yang menyebutkan sebagaimana kutipan
berikut: ‘bahkan dalam hobi iklim yang panas di Hindia untuk sepakbola tampak
ada, setidaknya hal ini dapat dilihat di Batavia, Penang dan Deli’.
Mereka selama ini beranggapan bahwa di zona beriklim musim panas menemukan terlalu panas di sini sepakbola untuk dipraktekkan.
Mereka selama ini beranggapan bahwa di zona beriklim musim panas menemukan terlalu panas di sini sepakbola untuk dipraktekkan.
Sosialisasi pembentukan klub Langkat |
De
Sumatra Post, 18-12-1901 memberi ulasan sebagai berikut: Anggapan bahwa
sepakbola tidak bisa berkembang di daerah panas sesungguhnya karena mereka
tidak mengerti. Padahal, kenyataannya, setidaknya di Medan ini terbukti bahwa
permainan sepakbola maju pesat. The Sportclub Sumatra’s Oostkust-meski baru
didirikan tetapi sudah menunjukkan pertumbuhan yang baik. Sekarang diketahui
bahkan ada rencana untuk mendirikan klub baru, yakni: Langkat Sportclub. Dalam pertandingan terakhir di Bindjey menunjukkan
lagi bahwa ada kekuatan dalam sepakbola untuk selamanya di Langkat. Oleh karena
itu kami yakin bahwa ada ide ide yang dapat ditangkap untuk dilembagakan ke
dalam kompetisi. Sebab selama ini niat bermain
sepakbola baru sebatas pertandingan di hari-hari besar sebagaimana di Esplanade,
Bindjey, sementara di hari-hari lain juga dengan sendirinya akan ada kesempatan untuk dilakukan pertandingan lebih banyak.
Pemain-pemain yang selama ini tergabung dalam tim Langkat membulatkan tekad untuk mendirikan klub secara formal. Para penggagas lalu menyosialisasikan pendirian klub tersebut dan berharap banyak calon pemain yang mendaftar. Di dalam iklam mereka yang dimuat di Sumatra Post 20-12-1901 dinyatakan bahwa anggota klub dikenakan uang pangkal sebesar lima dollar yang digunakan untuk peralatan dan lainnya dan setiap bulan dipungut iuran sebesar satu dollar. Setelah tanggal yang ditetapkan akan dilakukan pemilihan anggota Dewan dan Pengurus serta penyusunan AD/ART.
Pemain-pemain yang selama ini tergabung dalam tim Langkat membulatkan tekad untuk mendirikan klub secara formal. Para penggagas lalu menyosialisasikan pendirian klub tersebut dan berharap banyak calon pemain yang mendaftar. Di dalam iklam mereka yang dimuat di Sumatra Post 20-12-1901 dinyatakan bahwa anggota klub dikenakan uang pangkal sebesar lima dollar yang digunakan untuk peralatan dan lainnya dan setiap bulan dipungut iuran sebesar satu dollar. Setelah tanggal yang ditetapkan akan dilakukan pemilihan anggota Dewan dan Pengurus serta penyusunan AD/ART.
Langkat Mengalahkan Sumatra’s Ooskust
Setelah
Langkat Sportclub berhasil mengukuhkan organisasi mereka menjadi sebuah klub
formal, klub dari Bindjei ini ingin mengundang Sportclub Sumatra’s Oostkust yang
diagendakan pada tanggal 16 November 1902 di Esplanade, Bindjei. Dari markas
Medansche diperoleh kabar akan menurunkan tim yang terdiri dari Gerritsen
(doel), Back en van Reesema (achter), v. Gogh, Schoevers en van Reenen
(midden), Langeveld, Wichers, Muiier, Samson en Vervloei (lihat De Sumatra post,
21-10-1902). Koran ini edisi 14-11-1902 melaporkan susunan pemain kedua tim.
Langkat Sportclub: Stok (doel), Pinckney en Prange (achter), Gray, Young en
Schnoutzinger (midden), Hotchkis, Thomson, Scboutendorp, Stewart en Rettray
(voorhoede). Sportclub Sumatra's Oostkust: Gerritsen (doel), Buck en van
Reesema (achter), van Gogh, Schoevers en van Reenen (midden,) Langeveld,
Wichers, Muiier, Samson en Vervloet (voorhoede).
De Sumatra post,
17-11-1902 melaporkan hasil pertandingan. Pertandingan antara Langkatters en
Medanners yang dilangsungkan di Esplanade, Bindjei itu sangat seru dan keras.
Ini adalah pertandingan antara Inggris melawan Belanda. Tim Langkat sebanyak
tujuh pemain adalah anak Albion. Sebelum Langkat turun ke tengah lapangan sempat
khawatir karena mereka belum pernah menang dan takut kalah besar. Kemudian,
baru peluit dibunyikan, tim Medan sudah mengurung pertahanan Langkat dan tidak
lama Medan berhasil membuahkan gol. Namun sebelum turun minum, Langkat berhasil
membalas dan kedudukan menjadi imbang. Pada babak kedua, Langkat pelan tapi
pasti berhasil menguasai keadaan dan kemudian berhasil menghasilkan dua buah gol
dan kedudukan akhir menjadi 3-1. Inilah kemenangan pertama Langkat atas Medan.
Sans rancune!
Seorang
wisatawan Medan menceritakan kisah mereka di Bindjei yang dimuat di De Sumatra
post, 17-02-1903. Kisahnya begini:
‘Saya telah mendengar ada festival di Bindjei dan kedengarannya istimewa. Kemarin sore kami dengan kereta terakhir ke Bindjey, kami memiliki kesempatan untuk melihat kembang api yang megah. Kereta sesaat sebelum Timbang, Langkat melewati hutan terbakar. Kami turun. Lalu kereta menunggu dan kami naik lagi. Kami penumpang dan kereta tampak kotor, karena lidah api juga menyentuh kereta. Ternyata itu tentang hamparan hutan besar dan lalang yang mungkin dipicu oleh percikan api oleh lokomotif kereta yang sebelumnya. Ketika kami tiba di desa, kami melihat kegembiraan, tertawa, di sana sini berbagai bendera dan lentera, mereka lakukan dengan alasan sepak bola (mungkin maksudnya tim mereka baru saja meraih kemenangan). Pertandingan sepak bola antara Belanda dengan orang Inggris yang tinggal disini. Pertandingan itu dihadiri khalayak yang lebih besar, termasuk banyak wanita. Setelah tiba, kami melihat Manila Band di Taman Wilhelmina yang mana di sisi lain dari jalan masyarakat telah menyalakan lentera dan ratusan lampu kecil. Taman yang biasanya gelap menjadi taman yang menghasilkan taman yang indah, dan satu-satunya tontonan yang fantastis. Manil Band berada di titik yang lebih tinggi dari taman. Manila Band, yang memberikan juga untuk menikmati telinga dengan musik yang bagus. Festival dimulai pukul 8.30 dan pada pukul 9.00 oleh tuan rumah disediakan makanan. Almond, kismis dan jahe kering, dll, yang ditujukan untuk hidangan penutup. Di panggung, Presiden dari klub (sepakbola) tidak henti-henti berceloteh. Pukul 1.00 para tamu sudah banyak yang bangkit dari mejanya. Pukul 2.00 terdapat permainan dengan taruhan, seperti roulette. Ketika kami akhirnya meninggalkan partai itu, masih sempat dapat beristirahat beberapa jam sebelum keberangkatan kereta pertama ke Medan’.
Sociëteit Bindjei (1900)
Sportclub Sumatra’s
Ooskust Menantang Langkat Sportclub
Rupanya
kekalahan Sportclub membuat suasana tidak nyaman di Medan. Sportclub tidak
puas. Raja sepakbola dikalahkan oleh tim kampong dari Langkat. Supporter,
pemain dan official sepakbola Medan gerah. Tampaknya emosi yang muncul.
Tidak lama setelah pertandingan yang berakhir kekalahan itu, Sportclub mengajak
bertanding lagi, mengajak tarung di kandang Langkat sendiri. Kubu Langkat Sportclub tampaknya dingin-dingin saja menerima tantangan yang tidak lazim ini. De Sumatra post, 26-02-1903
melaporkan, bahwa: ‘hari Minggu tanggal 1 Maret akan dilakukan pertandingan
sepakbola yang dimainkan di Esplanade, Bindjey, Sportclub Sumatra’s Oostkust
akan datang. (tidak seperti biasanya) Sebuah kereta api khusus dari Bindjey pukul
7:00 malam dipesan khusus untuk membawa pulang segera pemaian Medan kembali ke ibukota
(biasanya tim Medan ke Bindjei akan menginap). Perkiraan susunan pemain, Langkat:
Stock (doel); Hinlopen en Young (achter); Van Kesteren van Rimburg, Pinckney en
Schmoutzinger (midden); Schoutendorp, Weyerman, Hotchkiss, Thomson en Rattray
(voorwaarts); Medan: Ferguson (doel);
Back en van Heil (achter); Jongencel, Schoevers en van Goch (midden); Langeveld,
Wichers, Vervloet, Wols van der Wel en Samson (voorwaarts)’.
Hasil pertandingan dilaporkan De Sumatra post edisi 02-03-1903:
Hasil pertandingan dilaporkan De Sumatra post edisi 02-03-1903:
‘Hujan petir
yang terjadi sejak kemarin masih terasa hingga pagi hari ini. Tidak
menyenangkan, tapi efeknya ada terasa, bahwa atmosfer mengalami pendinginan yang
akan menyenangkan tim Langkat dan Deli di lapangan Esplanade, Bindjey yang
indah. Dcli telah benar-benar datang untuk membalas dendam, karena dalam
pertemuan terakhir Langkat Sportclub menang, dan kini Medan ingin menjemput
kemenangan. Namun, apa dikata, Langkat memenangkan 2-1. Awalnya Medan langsung
menyerang, Langkat kewalahan, untungnya kipper Langkat cukup sigap. Akhirnya
terjadi gol, skor menjadi 0-1 buat Medan. Setelah interval istirahat, Medan
nyaris membuahkan gol. Tapi sebaliknya, Langkat bangkit dan berhasil
menyarangkan gol. Pemandu sorak lalu berteriak, Langkat 1 (Langkat one). (elemen
bahasa Inggris di sini sangat kuat dan olahraga merupakan anak-anak dari
Inggris). Akhir pertandingan Langkat menang dengan skor 2-1. Orang-orang
berpikir, Medan menyiapkan keretanya untuk membawa pulang kemenangan, tetapi
ternyata itu adalah kereta yang membawa tim yang kalah’.
***
Apakah
kekuatan sepakbola di Sumatra Utara telah bergeser dari Medan ke
Langkat? Kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Terus ikuti kisahnya
pada artikel berikutnya bagaimana tumbuh kembang sepakbola pada
awal munculnya semangat sepakbola di Sumatra Utara.
Siswa-siswa Docter Djawa School, Batavia |
Lantas,
kapan kompetisi dimulai di Medan? Apakah cukup dengan dua klub yang ada,
Sportclub Sumatra’s Oostkust dan Langkat Sportclub? Atau masih adakah klub baru
yang muncul? Perlu dilacak!
*Docter Djawa School didirikan (secara terstruktur) tahun 1853 yang gelarnya disebut Dokter Djawa (Dr). Pada tahun kedua, 1854 sekolah kedokteran ini menerima dua siswa yang berasal dari Afdeeling Mandheling en Ankola dan kedua siswa ini (Si Asta dan Si Angan) adalah siswa pertama yang diterima dari luar Djawa (lihat Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws-en advertentieblad, 18-01-1855). Karena prestasi kedua siswa ini (kemampuan kognitif yang tinggi dan kemampuan bahasa Belanda yang memadai), pimpinan Docter Djawa School (yang rata-rata pertahun mendidik 8-10 siswa) meminta siswa yang berasal dari Mandheling en Ankola untuk didatangkan. Pada tahun 1856 dua siswa dari Mandheling en Ankola yang bernama Si Toga gelar Dja Dori dan Si Napang gelar Dja Bodi diterima dan telah mengikuti pendidikan (lihat Utrechtsch provinciaal en stedelijk dagblad: algemeen advertentie-blad, 02-04-1857). Demikian seterusnya secara reguler anak-anak Mandheling en Ankola mengikuti pendidikan di Docter Djawa School ini.
Kurikulum Docter Djawa School ini diubah tahun 1875 yang mana lama pendidikan berubah dari tiga tahun menjadi tujuh tahun. Beberapa anak-anak Mandheling en Ankola yang menonjol (memiliki publisitas yang tinggi) adalah Si Ahmat (Nasoetion) yang seangkatan dengan Dr. Wahidin. Selain itu, dua anak Padang Sidempoean yang bernama Abdul Hakim (Harahap) dan Abdul Karim (Harahap) yang sekelas dengan Dr. Tjipto (lihat Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 28-01-1899). Beberapa tahun sebelumnya dua siswa asal Padang Sidempoean yang diterima Docter Djawa School bernama Haroen Al Rasjid dan Muhamad Hamzah. Keduanya lulus di tahun yang sama tahun 1903. Haroen Al Rasjid Nasoetion setelah selesai masa dinas di Padang dan Sibolga membuka klinik dokter praktek di Telok Betong. Dua anak Dr. Haroen yang terkenal adalah Ida Loemongga (dokter pertama pribumi yang meraih gelar PhD pada 1932 di Universiteit Utrecht) dan Mr. Gele Haroen (sarjana hukum lulus Universiteit Leiden 1938 yang kemudian menjadi Residen pertama Lampung).
Javasche Bank, Medan (1880)
Sedangkan Dr. Muhamad Hamzah (Harahap) setelah usai berdinas di Telok Betong kemudian pindah dan membuka klinik di Pematang Siantar. Dr. Muhamd Hamzah selama di Pematang Siantar pernah tiga periode menjadi anggota Dewan Kota (gementeeraads). Di Dewan Kota hanya ada tiga pribumi, selain Mugamad Hamzah adalah Madong Lubis dan Soetan Martoewa Radja (Siregar). Dr. Muhammad Hamzah di dalam masyarakat menjadi pembina Siantar Voetbal Bond. Dr. Muhamad Hamzah bersama teman-temannya yang lain (Soetan Pane Paroehoem, Alimoesa Nasoetion, Soetan Hasoendoetan Siregar) dari Padang Sidempoean mendirikan Bataksche Bank, bank pribumi pertama (lihat De Sumatra post, 23-11-1920).
Satu lagi yang terkenal dan sudah disebutkan sebelumnya adalah Dr. Radjamin Nasoetion, angkatan pertama STOVIA tahun 1902 yang lama pendidikan menjadi sembilan tahun, lulus tahun 1912. Dr. Radjamin Nasoetion berdinas di bea dan cukai, setelah dinas di berbagai tempat akhirnya ditempatkan di Medan. Radjamin Nasoetion adalah pendiri asosiasi sepakbola pribumi di Medan yang diberi nama Deli Voetbal Bond (lihat De Sumatra Post terbitan 13-02-1923). Setelah lama di Medan, Radjamin pindah ke Batavia lalu ke Soerabaija. Di kota tempat kelahiran teman akrabnya, Dr. Soetomo yang sesama aktivis di STOVIA di masa lalu, kemudinan Radjamin Nssoetion terpilih menjadi anggota Dewan Kota. Di tengah masyarakat, Radjamin Nasoetion melanjutkan hobinya menjadi pembina sepakbola pribumi di Soerabaija. Pada tahun 1942 Dr. Radjamin diangkat militer Jepang menjadi walikota Soerabaija dan ditunjuk lagi ketika era Republik. Dr. Radjamin Nasoetion adalah pribumi pertama yang menjadi Walikota Surabaya.
Sekadar tambahan: Abdul Hakim, SE, gubernur Sumatra Utara yang ketiga selain pelopor dibangunnya Stadion Teladan Medan, juga menjadi pelopor pendirian Fakultas Kedokteran yang menjadi cikal bakal Universitas Sumatera Utara (USU) dan menjadi Presiden pertama yayasan yang menaungi fakultas tersebut, sedang wakilnya adalah Dr. Mansoer (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 09-06-195). Yang membuat akte pendirian fakultas kedokteran tersebut adalah Soetan Pane Paroehoem, anak Batoe na Doewa yang merupakan satu-satunya orang Sumatra (satu dari enam pribumi di Nederlansch Indie) yang berlisensi Notaris hingga tahun 1941. Hasan (Harahap) gelar Soetan Pane Paroehoem lulusujian notaris di Batavia tahun 1927 (lihat Het nieuws van den dag voor Nedelandsch Indie, 22-08-1927).
(bersambung)
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber tempo doeloe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar