Minggu, Agustus 08, 2021

Sejarah Peradaban Kuno (97): Peradaban Angkola Mandailing;Buku Pelajaran Sekolah Sejarah Nasional dan Tema Sejarah Daerah

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Peradaban Kuno di blog ini Klik Disini 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Buku pelajaran sejarah di sekolah dipelajari siswa di sekolah. Bagaimana dengan isinya? Materinya lebih sesuai untuk dipelajari di perguruan tinggi program studi sejarah. Mengapa begitu? Siswa sulit membayangkan materi nun jauh disana sementara ada materi sejarah yang dapat dipelajarinya secara langsung di lapangan. Contoh. Ada (sejarah) candi di Jawa, tetapi para siswa di Tapanuli Bagian Selatan tidak diarahkan untuk melihat candi yang bisa dilihatnya begitu dekat di Simangambat dan di Padang Lawas.

Candi di Jawa adalah bagian dari sejarah lokal di Jawa, seperti halnya candi di Padang Lawas dan Simangambat. Namun mengapa sejarah candi di Padang Lawas dan Simangambat tidak ada dalam materi buku pelajaran sejarah (nasional) di sekolah? Hal itu karena candi Padang Lawas dan candi Simangambat bersifat lokal yang tidak dimiliki oleh Tapanuli Bagian Utara atau Sumatra Timur maupun daerah lainnya. Lantas mengapa harus candi di Jawa? Itulah masalahnya. Para siswa di Tapanuli Bagian Selatan diperkenalkan candi Borobudur dan candi Prambanan tetapi siswa sendiri tidak mengetahui adanya candi di sekitarnya. Hal ini berbeda dengan sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia yang seharusnya dianggap sebagai materi nasional.

Lantas bagaimana sejarah peradaban Angkola Mandailing dalam pelajaran sekolah? Nah, itu tadi, materinya yang beresifat lokal tidak ada atau sangat minim? Lalu bagaimana seharusnya? Seperti disebut di atas pengenalan candi Borobudur dan candi Prambanan memang perlu, tetapi tidak cukup. Itulah masalah intinya. Oleh karena itu tugas guru sejarah untuk memperkayanya dengan muatan laokal. Lalu bagaimana caranya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Buku Sejarah dan Pelajaran Sejarah di Sekolah

Tunggu deskripsi lengkapnya

Penulisan Sejarah di Berbagai Daerah

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar: