Saat ini kereta api tidak ada di Tapanuli. Sejauh ini bahkan tidak pernah terdengar sekalipun ‘kabar burung’ tentang rencana pembangunan kereta api di Tapanuli. Yang ada hanyalah jalan raya, yang menurut kabar berita, kondisinya sangat buruk terutama jalur antara Padang Sidempuan dan Sibolga via Batang Toru. Padahal, jalur ini di masa lampau merupakan jalur terbaik (aspalnya mulus) dan sangat ramai (arus barang dan orang sangat tinggi, pp). Bahkan ketika jalan raya ini pada top performance, pemerintah di Batavia sudah menganggarkan biaya pembangunan jalan kereta api Tapanuli tahap satu: Padang Sidempuan dan Sibolga.
Pembangunan awal jalur kereta api Medan-Laboehan Deli, 1883 |
Pemerintah Kolonial di Batavia melihat
kemajuan pesat di Tapanuli, khususnya afd. Sibolga dan afd. Mandheling en
Angkola, maka diputuskan untuk mulai merencanakan pembangunan jalur kereta api.
Ini dimaksudkan agar terjadi efisiensi perekonomian dan efektivitas
pemerintahan. Ini juga dipicu oleh Residentie Tapanoeli sudah dipisahkan dari
Province Sumatra’s Westkust sejak 1905 dan Residentie Sumatra’s Oostkust
beribukota Medan ditingkatkan menjadi province. Sejalan dengan ini afdeeling
Mandheling en Ankola diubah namanya menjadi afdeeling Padang Sidempuan.
Bataviaasch nieuwsblad. 24-05-1918 (Jalan Trem Jalan di
Wilayah Luar): ‘Dari Laporan Anggaran. Secara prinsip sudah diberikan langsung
pada dua rencana trem baru di luar (Djawa), yaitu: 1. Jalur sepanjang Residentie
Tapanoeli. Jalur ini akan berjalan dari Sibolga (tempat ibukota Resindetie) via
Batang Toroe ke Padang Sidempoean, panjang lebih kurang 93 Km (Pelabuhan, Sibolga,
BantangToroe, Padang Sidempoean). Potensinya untuk untuk memenuhi sebagian afd.
Padang Sidempoean, Residentie Tapanoeli, setidaknya untuk wilayah dengan
sekitar 150.000 penduduk, dengan pelabuhan Sibolga dan industry perkebunan Batang
Toroe sebagai debit di barat pegunungan Bukit Barisan, dimana jalur antara
Oost-West masih terdapat hambatan besar. Selain itu, pada atau dekat jalan
utama dari Padang-Sidempoean ke Sibolga sudah ada perusahaan perkebunan karet
dan kopi orang Eropa, sementara budaya peningkatan yang diharapkan daripenduduk
cukup besar. Sistem lalu lintas sekarang memerlukan perbaikan mendesak. Ini
sudah lama dirasakan oleh individu, yang tercermin dalam serangkaian permintaan
untuk konsesi untuk pembangunan trem. Juga dari sisi resmi sudah dilakukan rapport
pada survei lapangan dan rencana kereta api untuk Sumatra bagian Tengah dibawah
Gcuvernementsbesluit tanggal 14 Juni 1907. Prospek lainnya adalah para
wisatawan atau migrant antar daerah yang melalui jalan Padang – Medan. Meskipun
jalur trem di tahun-tahun awal untuk tingkat sekarang tidak dapat dianggap
langsung menguntungkan, mungkin demikian diasumsikan bahwa di pedalaman Padang
Sidempoean yang memiliki lembah subur, Angkola dan Groote Mandailing akan
memerlukan investasi transportasi untuk mengembangkan intensifikasi cultuur,
dimana di daerah itu juga kini daerah itu sudah mulai ada perusahaan Eropa yang
membangun plantation dan berkembang lebih besar. Seperti ini datang untuk
berbaring di daerah di mana sudah mencapai hasil yang menguntungkan dengan
perusahaan budaya, tentu dapat diasumsikan bahwa kesempatan yang ditawarkan
untuk para investor baru akan lebih bersemangat. Jalur trem diharapkan dalam
ukuran standar (1.067 M) dan akan direalisasikan dengan panjang 88 Km, dimana
sekitar 60 Km sebagai jalur landai dan 28 Km sebagai jalur pegunungan. Biaya
konstruksi diberikan oleh Tapanoeli Society (himpunan perusahaan Tapanoeli). Direktur
society telah membuat prioritas untuk pembangunan trem konsesi dan dalam rangka
ekstensifikasi, dan rencana awal diperkirakan sebesar f9.000.000, sarana operasional
f470.000 dan biaya operasional f355.000. Meskipun dibantu Negara, dari survei yang
telah dilakukan secara umum dengan pasti cukup besar bahwa jumlah tersebut diatas
untuk biaya konstruksi diperkirakan sudah lebih dari cukup dan bahwa hasil
keuangan perusahaan akan menjadi penting menguntungkan kemudian menunjukkan
angka di atas. Perusahaan-perusahaan Tapanoell sedang dinegosiasikan, yang
bersama-sama dengan negara yang memiliki pandangan yang sama dalam mendirikan
satu perusahaan kereta api dengan izin prinsip yang diuraikan di atas dalam
posisi yang membuka kemungkinan untuk penciptaan satu perusahaan Tapanoeli
Tramweg lebih lanjut. Rencana ini, bagaimanapun tidak, yakin bahwa perusahaan tahun
ini atau paling lambat pada 1919 akan terwujud’.
Pada akhir tahun 1919 rencana pembangunan
jalur kereta api Tapanuli ruas Padang Sidempuan dan Sibolga semakin mengerucut.
Setelah melalui pembicaraan di Dewan (Volksraad), dan telah disetujui maka
pembangunannya tinggal menunggu waktu: persiapan, pengukuran dan pelaksanaan.
Padang Sidempoean (Peta 1910) |
Sementara itu di Bandung rencana pembangunan
jalur kereta api ruas Padang Sidempuan
dan Sibolga terus dimatangkan. Kegiatan sudah sampai kepada pelelangan
siapa yang menjadi pimpro dan tenaga-tenaga ahli yang dibutuhkan untuk
pembangunan rel kereta api tersebut.
Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 07-02-1920
(Railway Pertama Tapanoeli): ‘Kantor
Informasi Provinsi, Kota dan Bisnis Nederlandsch Indie yang ada Bandung membutuhkan seorang insinyur dan
seorang supervisor untuk kinerja kontrak kereta api di Sumatera. Vermoedelflk
hal ini berhubungan dengan pembangunan kereta api Negara parta di Tapanoeli,
disebutkan dalam anggaran untuk tahun 1920 akan berjalan dari Tapanoeli ini
ibukota Sibolga, dan ibukota Asisten Residensi Padang Sidempoean sepanjang rute
yang sama dengan layanan SS mobil ini, yakniL Siroedoet, Pasar Baru, Kalangan,
Loeboelapian Loemoet, Anggoli, Batang Toroe, Sianggoenan, Siharang-karang dan Hutaimbaroe.
Dengan tambahan untuk langsir, akhirnya ke Sibolga kereta api akan membutuhkan panjang
sekitar 100 Km. Kereta api Tapahoeli akan mungkin diperluas ke selatan untuk
Penjaboengan sejauh 70 Km. dan Kota Pinang ke Timur Laut, dimana kereta api
Deli dapat diperpanjang di masa yang akan datang’.
Namun semua niat dan upaya itu, tak menduga
pada tahun 1920 sudah terasa denyut ekonomi dunia yang semakin melemah. Pelan
tapi menyeramkan, resesi dan bahkan datang depresi ekonomi tidak tertahankan.
Proyek jalur kereta api trans Tapanoeli lambat laun beritanya semakin sepi,
memudar lalu layu sebelum berbuah. Akhirnya, nasib Tapanoeli sebagaiman
daerah-daerah lainnya, banyak program pembangunan yang harus dihentikan. Proyek
kereta api Tapanoeli gagal terlaksana (lihat De Sumatra post, 20-10-1926).
Pertanyaannya sekarang: Apakah masih ada
kereta api yang lewat antara Padang Sidempuan dan Sibolga atau sebaliknya,
mengingat penumpang sudah sangat menumpuk di bandara Pinang Sori sekarang.
Kini, trem antara Stasion Kota di Medan dengan bandara Kualanamu sudah
beroperasi. Selamat bermimpi, siapa tahun masih ada ketera api yang akan lewat
di Tapanuli. Horas.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar