Rabu, Juli 11, 2012

Kecamatan Batahan: Sumatera Utara vs Sumatera Barat

Pantai pasir putih Batahan, latar P. Tamang
Nama Kecamatan Batahan tidak hanya terdapat di Provinsi Sumatera Utara tetapi nama Kecamatan Batahan juga terdapat di Provinsi Sumatera Barat. Sungguh sangat unik. Mungkin di tempat lain boleh jadi ditemukan nama kecamatan atau nama desa yang sama. Akan tetapi nama Batahan adalah sesuatu yang sangat menarik untuk diperhatikan. Bahkan sangat menarik sekali untuk diperbandingkan. Dua kecamatan ini berada di daerah aliran sungai (DAS) Batang Batahan.  Sungai ini berada di perbatasan dua provinsi (Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat) yang bermuara ke pantai barat Sumatera. Kecamatan Batahan, Sumatera Utara terletak di hilir (pantai/laut) merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Pantai Barat Mandailing, sementara Kecamatan (ranah) Batahan, Sumatera Barat terletak di hulu (gunung) merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Pasaman Barat. Persamaan kedua kecamatan ini hanya satu: Mayoritas penduduknya beragama Islam. Lantas apa yang membedakan?



Dua kecamatan ini memang berbagi atas Sungai Batang Batahan, akan tetapi pepatah ‘asam di gunung, garam di pantai, bertemu dalam kuali’ tidak berlaku. Sebab sekalipun dua kecamatan ini dilalui  oleh Sungai Batang Batahan, tetapi dua kecamatan ini terpisah jauh karena tidak adanya akses jalan. Alam menjadi penghalang (barrier) keduanya untuk berinteraksi. Akibatnya, dua kecamatan ini tumbuh dan berkembang dengan caranya sendiri-sendiri.


Kecamatan Batahan, Kabupaten Pantai Barat Mandailing, Provinsi Sumatera Utara penduduknya dominan dari sub etnik Melayu Pesisir (dialek Minangkabau). Mata pencaharian utama masyarakat adalah perikanan tangkap. Sementara penduduk Kecamatan Batahan, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat dominan dari sub etnik Mandailing (dialek Batak). Mata pencaharian utama masyarakat adalah pertanian dan kehutanan.  Putra Mandailing, Drs. H. Syahiran Lubis pernah menjadi Bupati Pasaman Barat periode 2004-2009.

Batahan: Tujuan Wisata Baru di Sumatera Utara

Kecamatan Batahan dulunya adalah terdiri dari beberapa huta (desa) yang masuk Kecamatan Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan. Kemudian pada tahun 1992 Kecamatan Natal dimekarkan menjadi tiga kecamatan yakni: Kecamatan Natal, Kecamatan Batang Gadis dan Kecamatan Batahan. Pada tahun 1998 Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi dua kabupaten, yaitu: Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal. Kecamatan Batahan menjadi bagian dari Kabupaten Mandailing Natal. Pada tahun 2007 Kecamatan Batahan dimekarkan menjadi dua kecamatan: Kecamatan Batahan dan Kecamatan Sinunukan. Kecamatan Sinunukan ini terbentuk seiring dengan perkembangan yang dulunya wilayah tersebut menjadi daerah transmigrasi. Akhirnya, pada tahun 2012, DPRD Sumatera Utara menyetujui pembentukan Kabupaten Pantai Barat Mandailing. Bakal calon (balon) Kabupaten Pantai Barat Mandailing ini merupakan pemekaran dari kabupaten induknya Kabupaten Mandailing Natal.

Kini Kecamatan Batahan yang luasnya tersisa 50.147 Ha memiliki 18 desa yang mana satu diantaranya sebagai kelurahan (Kelurahan Pasar Batahan). Mata pencaharian penduduk selain perikanan tangkap juga sudah mulai berkembang perkebunan kelapa sawit dan karet alam. Namun sangat disayangkan, kecamatan yang memiliki 4.692 rumahtangga ini baru sebanyak 22,27 persen yang teraliri listrik. Fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan masih terbilang minim dan sebagian besar masayarakatnya masih sulit menjangkaunya. Bencana alam terbilang sering menimpa masyarakat, khususnya banjir karena luapan Sungai Batang Batahan.

Sunset di Batahan
Satu hal yang menjadi penting di Kecamatan Batahan adalah adanya panorama pantai yang indah dan keelokan Pulau Tamang dengan didukung sudah tersedianya rumah makan dan losmen. Saya sudah dua kali ke daerah ini dan memang terbukti pantainya yang landai dengan ‘permadani’ pasir putih menjadi begitu eksotik di senja hari (sunset). Hanya saja, keindahan yang tersimpan sejak lama di Batahan tidak terekspos ke permukaan. Hal ini, karena jalan penghubung antara Kota Natal dengan Batahan masih belum memadai. Dengan terbentuknya Kabupaten Pantai Barat Mandailing, diharapkan potensi keelokan pantai pasir putih Batahan yang selama ini terendam oleh isolasi dapat terangkat ke permukaan dan menjadi tujuan wisata pantai utama di Sumatera Utara.

Batahan, Natal: Kampung Halaman Tokoh-Tokoh Besar 

Pusat pertumbuhan strategis di Kabupaten Pantai Barat Mandailing Natal adalah Kota Natal, sementara di Kabupaten Pasaman Barat adalah Kota Air Bangis. Dua kota ini memiliki riwayat yang sangat panjang, bahkan kedua kota ini sudah eksis sejak jaman Portugis. Kedua kota ini pada fase berikutnya menjadi kota pelabuhan yang ramai dan sama-sama menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda. Kota Air Bangis adalah ibukota pertama Residen Tapanuli, kemudian posisi Air Bangis digantikan oleh Kota Natal yang akhirnya pindah lagi ke Kota Padang Sidempuan.

Kota Natal adalah kampung halaman Sutan Takdir Alisjahbana (STA), sastrawan besar yang dimiliki Indonesia. Nama STA sangat melekat dengan salah satu hasil karyanya: Layar Terkembang. Juga Kota Natal menjadi kampung halaman Sutan Syahrir, the founding father dan Perdana Menteri Indonesia yang pertama. Tidak jauh dari Kota Natal di Kecamatan Batahan menjadi kampung halaman Sutan Kumala Pontas, Gubernur Sumatera Utara yang keenam. Di Kecamatan ini juga teman saya ketika kuliah dulu dilahirkan, namanya Ir. H. Syuhairi Nasution, seorang tokoh muda asal Batahan yang cukup berhasil di Jakarta yang pernah menjadi bakal calon (balon) dalam pemilukada Kabupaten Mandailing Natal pada periode 2010-2015 yang lalu (Sumber: Dikompilasi dari berbagai sumber oleh Akhir Matua Harahap)

Sumber foto: wisata.kompasiana.com: “Pantai Batahan, eksotisme di tepi Samudera Indonesia”


Tidak ada komentar: