Sisingamangaradja
XII adalah pahlawan yang pertama yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional di
Sumatra pada tahun 1961. Sisingamangaradja XII adalah pahlawan sejati, pahlawan
yang dikenang sepanjang masa, yaitu orang yang telah berjuang dari lahir hingga
mati. Sisingamangaraja XII lahir di Bakara, 18 Februari 1845.
Pada tahun ini
(1845) Residentie Tapanoeli dibentuk dengan ibukota di Sibolga. Residen pertama
Tapanoeli adalah Kolonel Alexander van der Hart, seorang pahlawan pemberani
Belanda dalam Perang Bonjol yang berani langsung bertempur di tengah benteng
Bonjol melawan pasukan Tuanku Imam
Bonjol (1837). A. van der Hart diangkat menjadi residen karena kebutuhan
perlawanan Tuanku Tambusai di Portibi. Pada tahun 1845 ini, van der Hart
memimpin langsung pertempuran dalam Perang Portibi.
Sisingamangaradja
XII naik tahta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI yang
bernama Ompu Sohahuaon. Sisingamangaradja XII segera memimpim Perang Batak yang
telah dikobarkan sejak 1872.
Ada tiga kejadian
penting pada saat ini: (1) Willem Iskander, pejuang pendidikan di Mandheling en
Ankola dikabarkan meninggal di Belanda bulan Juni 1876. (2) Lanskap Deli
ditingkatkan statusnya dari Controleur menjadi Asisten Residen atas desakan para
planter di Deli agar tingkat sekuriti di sekitar mereka lebih terjaga, (3) Permintaan
Nommensen di Silindoeng agar militer Belanda dapat melumpuhkan
Sisingamangaradja XII dan (4) perlawanan dari orang-orang Batak dari Atjeh di
Langkat. Semua kejadian ini saling terkait dengan perjuangan Sisingamangaradja
XII.
Makam Sisingamangaradja XII dan dua putranya di Tarutung |
Singamangaraja
XII gugur pada 17 Juni 1907 dalam suatu pertempuran dengan militer Belanda yang
dipimpimpin oleh Kapten Hans Christoffel di Dairilanden. Singamangaraja XII meregang nyawa setelah sebuah
peluru menembus dadanya. Dalam pertempuran itu, dua putranya turut gugur Patuan
Nagari dan Patuan Anggi. Pada tanggal 17 Juni 1938 kuburan ketiga pejuang ini
dipindahkan dari Dairi ke Pearadja, Tarutung. Singamangaraja XII berjuang sejak
1875.
Makam
Singamangaraja XII kemudian dipindahkan pada tahun 1953 ke Balige. Sebagaimana
dilaporkan Het nieuwsblad voor Sumatra, 17-06-1953 bahwa pagi ini Sisingamangaraja
XII beserta dua putranya dimakamkan kembali dengan hikmat di Soposoeroeng,
Balige. Pemakaman ini dihadiri Ketua Parlemen, Sartono dan Gubernur Sumatra
Utara, Abdul Hakim Harahap. Sehubungan dengan
upacara ini, malam ini di Istana Negara di Jakarta pukul 19.30 akan diadakan upacara
nasional.
Soekarno hadiri Upacara Sisingamangaraja di Istana, Jakarta |
Upacara
Nasional Sisingamangaradja XII ini dilaporkan oleh Java-bode: nieuws, handels-
en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie edisi, 18-06-1953. Dalam upacara
tersebut dihadiri oleh Soekarno dan Hatta di Istana Negara di Jakarta. Ketika,
Ketua Panitia Moelia Panggabean menyampaikan biografi Sisingamangaradja XII,
Soekarno tampak menyimak dengan serius. Moelia dalam pidatonya itu juga
mengutip kata-kata Soekarno: ‘Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
jasa-jasa para pahlawannya’.
Java-bode, entah
bagaimana, sejak era Belanda secara kontinu memberitakan perjuangan Sisingamangaradja
XII. Dari Koran ini banyak dipahami bagaimana garangnya Sisingamangaradja XII
melawan militer Belanda. Sejak tahun 1951, koran Java Bode milik orang Belanda
dibeli oleh Parada Harahap. Sebagaimana diketahui, Parada Harahap memulai karir
di bidang pers dimulai dari Medan pada tahun 1918 sebagai editor koran Benih
Mardika. Tulisan-tulisan Parada di Benih Mardeka banyak menyoroti kekejaman
para planter terhadap para koeli kebun.
Peringatan 50
Tahun di Medan dan Sisingamangaraja adalah Pahlawan Internasional
Setelah lima tahun upacara pemakaman Sisingamangaraja di Soposoeroeng, Balige tahun 1953, adalah GB
Josua, seorang guru dan mantan Kepala Dinas Pendidikan Sumatra Utara, coba mengangkat spirit juang Sisingamangaraja untuk bidang pendidikan. Dalam hal ini GB Josua jelas tidak lupa jasa para pahlawan. GB
Josua ingin semua pribumi menghormati pahlawannya. GB Josua menggagas untuk
perayaan pertama kali di Medan memperingati Sisingamangaradja dan bertindak sebagai
Ketua Panitia.
Usai upacara pemekaman di Balige, 1953 |
Het nieuwsblad voor Sumatra, 01-07-1957: ‘Si Singamangaradja diperingati di Medan. Peringatan 50 tahun pahlawan Batak, Sisingamangaradja diperingati Sabtu di Balai Polisi di Jalan Bali. Seperti diketahui, komite perayaan ini dibentuk dibawah pimpinan Mr. GB Joshua, Pengawas Pendidikan Sumatera Utara. Setelah Mr Joshua memberikan gambaran singkat tentang kehidupan mendiang Si Singamangaradja XII lalu diikuti oleh kata sambutan oleh Panglima territorial, Djamin Gintings Komandan teritorial mengatakan bahwa semangat kegarangan dan heldhafiigheid Si Singamangaradja harus menjadi contoh bagi kita. Atas nama gubernur berbicara Tengku Ubaidillah. Setelah pidato resmi diberi tarian Batak. Upacara peringatan juga sudah diadakan di Jakarta pada 16 Juni. Dalam Soposoroeng dibuat sebuah monumen untuk menghormati pahlawan Si Singamangaradja di tempat dimana jenazahnya pada tanggal 17 Juni tahun 1953 dipindahkan ke Balige. Si Singamangaradja XII meninggal pada tanggal 17 Juni 1907 karena luka setelah ia lama menolak otoritas Belanda’.
Di
Jakarta sendiri telah dilakukan upacara peringatan Sisingamangaraja yang
dilakukan pada tanggal 16 Juni sebagaimana dilaporkan Algemeen Indisch dagblad
: de Preangerbode, 18-06-1957. Dalam upacara di Gedung Pemuda dibacakan pesan
Soekarno yang isinya ‘bahwa bangsa yang besar adalah yang menghargai selalu pahlawan
dan Sisingamangaradja XII bukan hanya pahlawan nasional, tetapi bahkan pahlawan
internasional’. Tiga pembicara utama adalah Walikota Jakarta, Soediro, Wakil
Ketua Parlemen dan KASAD Mayor Jenderal Abdul Haris Nasoetion.
(tunggu deskripsi lengkapnya)
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber tempo doeloe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar