Judul
ini sekilas mengagetkan—ada benarnya, juga tidak ada salahnya. Apa hubungannya
pembentukan Bahasa Indonesia (bahasa nasional) dengan kota kecil Padang
Sidempoean yang penduduknya seluruhnya berbahasa Batak dialek Angkola (bahasa
daerah). Apa pula hebatnya kota kecil Padang Sidempoean dibanding dengan kota
besar Batavia. Bagaimana duduk perkaranya? Mari kita lacak! [Sebagai info awal: C.A. van Ophuijsen adalah orang Belanda kedua yang fasih berbahasa Batak dan van Ophuijsen (mulai) belajar bahasa Melayu pertama kali di Mandailing].
***
Seorang anak Sumatra, yang lahir pada malam tahun baru 1854 bernama lengkap
Charles Adrian van Ophuijsen yang menjadi pangkal perkara. Charles adalah
seorang anak pejabat tinggi Belanda. Ayahnya J.A.W. van Ophuijsen memulai karir
dari bawah sebagai Controleur di Natal (Tapanoeli), kemudian menjadi asisten Residen di Solok dan
Residen di Palembang. Ayah Ophuijsen telah menghabiskan hampir seluruh karirnya
di Soematra. Charles sendiri lahir di Solok.
***
Charles
sejak berumur delapan tahun telah meninggalkan rumah orangtuanya di Palembang,
pindah sekolah ke negeri Belanda. Charles masuk sekolah dasar berasrama (kostschool)
van den Heer Van der Kamp di Hees dekat Nijmegen. Pada umur 11 tahun diterima
di sekolah tinggi Hoogere Burgerschool di Nijmegen. Di sekolah ini ada guru fisika
terkenal P. Van der Burg. Lalu pada kelas keempat dilanjutkan di Nijmeegsche gymnasium
untuk belajar de rechten of in de letteren namun tidak tuntas. Hal ini karena Charles diminta Negara
untuk mengikuti pelatihan kedokteran untuk ditugaskan di Nederlansch Indie.
Sebelum mengiuti ujian akhir, Charles selama tiga tahun (September 1872 sampai
Desember 1875) melakukan penelitian ‘médecin malgré lui’.
***
Setelah 14 tahun, Charles kembali ke
Nederlansche Indie. Namun Charles tidak menjadi dokter (seperti alumni Dokter Djawa School) melainkan
mendaftar dan lulus menjadi PNS di tempat kelahirannya, Sumatra. Pada November 1876 Charles ditempatkan sebagai
pegawai rendah di kantor Gubernur Sumatra’s Westkust. Sebulan kemudian Charles
diangkat sebagai panitera di kantor Controleur di Panjaboengan, Afdeeling
Mandheling en Ankola. Di tempat baru ini Charles juga merangkap sebagai postkommies,
juru sita dan petugas catatan sipil.
Tampaknya Charles
tidak terlalu senang dengan pekerjaannya, bukan karena adanya rangkap jabatan
tetapi karena minatnya. Charles justru lebih bersemangat mempelajari Bahasa
Batak dialek Mandailing ketimbang menjiwai tugas-tugas utamanya. Di sela-sela berdinas, Charles banyak
mempelajari cerita rakyat dan menuliskannya dalam bahasa Batak atau bahasa Melayu. Charles adalah orang Belanda kedua yang fasih berbahasa Batak (setelah N. van der Tuuk). Mengapa hal ini terjadi? Dengan bakat yang terpendam, besar kemungkinan Charles coba mengisi kekosongan penulis sastra lokal di Mandailing yang ditinggalkan oleh Willem Iskander yang telah berangkat studi untuk memperoleh akte kepala sekolah ke Negeri Belanda. Willem Iskander adalah orang pribumi pertama yang memperoleh akte guru di Negeri Belanda (1861).
Rupanya perilaku dan kemampuan belajar otodidak Charles ini diketahui oleh Menteri Buijs yang tengah berkunjung ke Panjaboengan lalu menawarkan apakah Charles dengan bakat dan kemampuannya itu bersedia untuk menjadi guru di sekolah Kweekschool. Sekolah yang dimaksud Pak Menteri membutuhkan guru Eropa yang akrab dengan satu atau lebih bahasa asli dan etnologi di Nederlandsche Indie. Profesi ini sangat jarang dan Charles tidak keberatan, malah sangat bersemangat. Jalan hidup Charles yang sebenarnya kini muncul ke permukaan di daerah terpencil di Mandheling en Ankola.
Rupanya perilaku dan kemampuan belajar otodidak Charles ini diketahui oleh Menteri Buijs yang tengah berkunjung ke Panjaboengan lalu menawarkan apakah Charles dengan bakat dan kemampuannya itu bersedia untuk menjadi guru di sekolah Kweekschool. Sekolah yang dimaksud Pak Menteri membutuhkan guru Eropa yang akrab dengan satu atau lebih bahasa asli dan etnologi di Nederlandsche Indie. Profesi ini sangat jarang dan Charles tidak keberatan, malah sangat bersemangat. Jalan hidup Charles yang sebenarnya kini muncul ke permukaan di daerah terpencil di Mandheling en Ankola.
****
Meski Charles sudah fasih berbahasa Batak dan berbahasa Melayu, namun
untuk menjadi guru harus melalui pelatihan. Charles berhasil mendapat
diploma guru di Padang pada Mei 1879. Pada bulan ini juga, Kweekschool Padang
Sidempoean dibuka (menggantikan Kweekschool Tanobato yang ditutup 1875, karena
Willem Iskander melanjutkan sekolahnya ke Negeri Belanda untuk kali kedua).
Charles tampaknya kecele, ingin ke Padang Sidempoean, malah pada bulan Desember
tahun itu juga justru ditempatkan ke Kweekschool Probolinggo untuk mengajar Bahasa
Melayu. Pemahaman Charles tentang bahasa Melayu dan fasih menggunakannya diperoleh di Mandailing. Tulisannya yang berjudul 'Kijkjes
in Het Huiselijk Leven Volkdicht (Pengamatan Kehidupan Kekeluargaan
Orang Batak) dipublikasikan pada tahun 1879.
Walau
begitu Charles tetap respek, malah pada Mei 1880 Charles diangkat sebagai anggota
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (semacam perhimpunan ilmu
dan pengetahuan) di Batavia. Lembaga ini menemukan seorang yang berprofesi guru
sebagai peneliti muda yang paling menjanjikan. Sementara sebagai guru permanen,
baru diperolehnya pada bulan Oktober 1881 setelah mengikuti dan lulus ujian di
Djawa pada bulan Mei sebelumnya. Sejak November 1881, Charles atas pertimbangan
karena bakat yang luar biasa, dia dibebaskan dari uang iuran anggota
perhimpunan.
***
Setelah
bertugas di Kweekschool Probolinggo selama dua tahun, kemudian Charles
dipindahkan ke Kweekschool Padang Sidempoean, ibukota Afdeeling Mandheling en
Ankola. Ini berarti, Charles akan kembali ke daerah dimana dia pertama
kali bekerja sebagai PNS selama tiga tahun di kantor Controleur di
Panjaboengan, Groot Mandheling—situs dimana dia pertama kali melakukan studi
bahasa dan masyarakat dan tempat dimana Charles menjadi fasih berbahasa Batak dan bahasa Melayu.
De locomotief: Samarangsch handels- en
advertentie-blad,
02-12-1881: ‘telegram dari Batavia yang mana C.A. van Ophuijzen (dari
Probolinggo) ditugaskan untuk mendukung guru di Kweekschool Padang Sidempoean’.
Soerabaijasch handelsblad, 14-12-1881 dan
Het nieuws van den dag: kleine courant, 10-01-1882: ‘pengangkatan (beslit) C.A.
van Ophuijzen sebagai guru di Kweekschool Padang Sidempoean’.
***
Keberangkatan
Charles ke Padang Sidempoean sempat tertunda beberapa minggu karena alasan
cinta. Charles menikah dengan Henriette Van Steeden, seorang gadis yang
menjabat sebagai kepala sekolah perempuan di Probolinggo. Henriette adalah
salah satu dari selusin guru lain yang datang dari Belanda ke Nederlandsche
Indie tahun 1875. Henriette diangkat menjadi kepala sekolah di Probolinggo Juli
1880, dimana sebelumnya dia ditempatkan di Soerabaija dan Pasoeroean.
***
Kweekschool Padang Sidempoean (menjadi gedung HIS/SMA N 1) |
Di Padang Sidempoean pada awal tahun 1882, C.A. van Ophuijsen memulai tugas baru mengajar di sekolah guru, yang mana J.W. van Haastert adalah direkturnya. Haastert adalah direktur yang kedua menggantikan Mr. Harmsen yang sudah lama sakit. Harmsen adalah anggota Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, sedangkan Haastert sendiri adalah guru muda yang diangkat sebagai guru di Kweekschool Padang Sidempoean.
Guru tetaplah guru, tapi Charles juga melihat hal yang lain diluar tupoksi seorang guru. Dengan menyadari dan semakin intens dengan pelajaran Bahasa Melayu, Charles mengktitisi prakteknya dengan membuat catatan (pertanyaan dan komentar) tentang penggunaan Bahasa Melayu. Tulisannya tentang hal itu kemudian diterbitkan dalam De Indische Gids edisi 1882. Dengan tulisan ini kemampuan riset Charles menjadi bahan pembicaraan di kalangan akademisi Belanda di Nederlansche Indie. C.A. van Ophuijsen meneliti di Mandheling en Ankola dan menulis di Padang Sidempoean tempat terpencil di pedalaman Sumatra, tetapi publisitasnya bergaung besar di Batavia.
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
25-09-1882: ‘C.A. van Ophuijzen akan mengajarkan bahasa Melayu di Kweekshool
Padang Sidempoean dengan mendapat tunjangan sebesar 50 Gulden per bulan di atas
gajinya’.
***
Pada tahun 1883, Haastert dimutasi ke
Probolinggo. Kekosongan fungsi direktur sekolah ini diperankan oleh C.A. van
Ophuijsen hingga ditunjuknya kepala sekolah yang baru. Atas peran ini, van
Ophuijsen mendapat gaji tambahan. Akhirnya pada 1 Februari 1884 datang kepala
sekolah yang baru bernama D. Grivel.
Bataviaasch handelsblad, 15-05-1883: ‘mutasi,
J.W. van Haastert ke Probolinggo, kepala sekolah Kweekschool Padang Sidempoean’.
Bataviaasch handelsblad, 27-09-1883: ‘C.A.
van Ophuijsen di tahun keduanya diberi tunjangan tambahan sehingga secara
keseluruhan gajinya menjadi 200 Gulden’.
De locomotief: Samarangsch handels- en
advertentie-blad,
31-01-1884: ‘pengangkatan D. Grivel, sebagai kepala sekolah Kweekschool Padang
Sidempoean, mulai efektif 1
Februari 1884. Grivel adalah guru di Kweekschool Fort de Kock’.
***
Charles
Adrian van Ophuijsen adalah guru multi talenta. Di Padang Sidempoean dengan
pengalaman pernah menjadi direktur sementara, mendorongnya untuk mengambil
diploma kepala sekolah. Sambil mengajar, meneliti bahasa dan sastra Batak serta
bahasa Melayu, van Ophuijsen mengikuti ujian kepala sekolah dan juga mengikuti
ujian kemahiran agronomi. Pada tahun 1884, van Ophuijsen lulus ujian kemahiran survei
agronomi dan pada tahun 1886 ditetapkan
sebagai ahli pertanian dan etnologi. Pengujinya adalah dosen-dosen perguruan
tinggi kedokteran di Batavia.
Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 07-06-1884: ‘Mr
van Ophuijzen, asisten guru di Kweekschool Padang Sidempoean, pada paruh
pertama bulan Juli datang ke Padang untuk melakukan ujian untuk mendapatkan
sertifikat kemahiran dalam survei agronomi’.
Karir
C.A. van Ophuijsen sangatlah cemerlang, juga keahliannya semakin beragam dan
minatnya terhadap bahasa dan sastra juga semakin intensif. Namun dalam
perjalanan tersebut adakalanya mendapat sial. Pada tanggal 13 Januari 1885 di Padang
Sidimpoean van Ophuijsen ditimpa musibah, karena ada kebakaran besar termasuk
rumahnya yang dilalap api sehingga hasil riset setahun juga ikut terbakar
menjadi abu. Charles tidak patah arah, dia bangkit, apalagi Charles dalam
risetnya didukung oleh para asisten yang juga merupakan beberapa siswanya di
Kweekshool Padang Sidempoean. Para asisten sukarelawan ini yang membuat van
Ophuijsen tetap nyaman dan tenang.
Di
Padang Sidempoean, van Ophuijsen selain mengajar, dunia risetnya tumbuh dan
berkembang dengan sempurna. Dia berada di lingkungan alam dan lingkungan sosial
yang luar biasa yang membuatnya menemukan kesempatan yang luar biasa untuk
mengumpulkan materi untuk bahasa dan etnologi. Dia tahu apa yang harus
dilakukannya dan dengan semangat untuk penelitian ilmiah dan bahwa dia tahu
bagaimana dan apa yang harus diselidiki. Menurut C. Snouck Hurgronje dalam memoir
bahwa van Ophuijsen bagaikan seorang profesor fisika atau mata pelajaran medis,
yang memiliki asisten laboratorium yang terampil dan satu pilihan co-siswa yang
sesuai. Itulah dunia van Ophuijsen di Padang Sidempoean.
Charles
bersama asisten yang juga dibantu oleh masyarakat sangat bersemangat untuk
melakukan riset. Hal yang mereka pelajari mulai dari literatur dari kitab suci
dari suku Batak dan juga hal yang tidak tertulis, seperti cerita rakyat,
dongeng, puisi cinta, tanda-tanda ajaib, teka-teki dan pepatah yang disarikan
di dalam banyak tulisan. Juga termasuk hal fragmentaris tentang permainan
anak-anak, obat rakyat, sihir, kebiasaan rakyat dan hukum rakyat, dan hasilnya
diselesaikan dalam bentuk ratusan notebook. Semua itu menurut Snouck ditulis
dengan tangan, rapi dan akurat.
***
Charles
Adrian van Ophuijsen berada di tempat yang benar dan di waktu yang tepat. Dia
tidak saja jago dalam mengajar tetapi juga mampu membimbing siswa-siswanya di
bidang riset. Oleh karenanya tidak heran, ketika koran Sumatra-courant:
nieuws-en advertentieblad edisi 16-12-1884 memberitakan suatu laporan pendidikan
di Nederlansche Indie bahwa hanya kweekschool di Padang Sidempoean bersama
kweekschool di Bandoeng, Probolinggo, Makassar, Tondano dan Amboina yang
memenuhi kualifikasi. Ini menngindikasikan bahwa Kweekschool Padang Sidempoean
merupakan sekolah guru terbaik di Sumatra.
Soerabaijasch handelsblad, 26-06-1885: ‘cuti
dua tahunan ke Eropa yang diberikan kepada kepala sekolah di Kweekschool Padang
Sidempoean, D. Grivel’.
Bataviaasch handelsblad, 30-06-1885: ‘guru-guru
utama kweekschool di Probolinggo dan Padang Sidempoean akan mendapatkan
tunjangan prestasi. Kepala sekolah, D.
Grivel di Padang Sidempoean akan mendapatkan penghasilan keseluruhan sebesar
800 Gulden pada bulan terakhir’.
Bataviaasch handelsblad, 12-10-1886: ‘untuk C.A. van Ophuijzen, asisten guru di sekolah untuk guru asli Padang Sidempoean,
setelah bulan Agustus 1885 untuk mendapatkan satu skema lain untuk membayar
sejumlah £ 150 per bulan sebagai hadiah
(tunjangan) untuk bertindak sebagai pejabat kepala sekolah (selepas D. Grivel
dan sebelum kehadiran L.G. van der Hoek sebagai direktur sekolah yang ditunjuk).
***
Pada
hematnya Charles Adrian van Ophuijsen terhitung sejak 1 Agustus 1885
sesungguhnya adalah fungsi Direktur Kweekschool Padang Sidempoean sebab kepala
sekolah yang menggantikan D. Grivel tidak kunjung datang. Selain itu, van
Ophuijsen di sisi lain telah berhasil pula dalam ujian bidang pertanian. Yang
paling menggembirakan sejak kedatangan van Ophuijsen tingkat kelulusan siswa
di Kweekschool Padang Sidempoean murni 100 persen.
Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 04-01-1887: ‘C.A
van Ophuyzen berhasil ujian di Batavia dalam bidang pertanian di bawah
bimbingan onderwijers J Endea dan G.J.F.
Biegman yang akan digunakan dalam pendidikan sekolah kweekschool Padang
Sidempoean’.
Bataviaasch nieuwsblad, 02-02-1887: ‘C.
A. van Ophuijzen diangkat menjadi kepala sekolah di Kweekschool Padang Sidempoean’.
Bataviaasch nieuwsblad, 01-09-1887: ‘ujian
dari kelas tertinggi di Kweekschool Padang Sidempoean yang dilaksanakan 11-13
Juli 1887 dari tujuh murid yang mengikuti, semuanya dinyatakan berhasil’.
Samarangsch handels- en advertentie-blad, 20-08-1888: ‘pada
ujian akhir yang diselenggarakan pada bulan Juni tahun ini di Kweekschool
Padang Sidempoean dari sembilan murid yang mengikuti ujian semuanya memenuhi
syarat’.
***
Charles
Adrian van Ophuijsen adalah guru dan pribadi yang lengkap. Meski tinggal dan
bertugas di daerah terpencil di pedalaman Sumatra di Mandheling en Ankola,
ternyata dia sangat betah dan menikmati. Bersama istri yang mantan guru mampu
membesarkan anak-anak mereka yang semuanya lahir di Padang Sidempoean. Total
van Ophuijsen di Padang Sidempoean selama delapan tahun hampir lima tahun
menjadi kepala sekolah hingga akhirnya 26 Januari 1890 harus meninggalkan
Padang Sidempoean karena diangkat menjadi Inspektur Pendidikan yang ditempatkan
di Fort de Kock. Hampir tidak ada pejabat pemerintah apalagi seorang guru mau
bertahan selama delapan tahun di satu tempat, di tempat terpencil pula. Semua
itu bagi van Ophuijsen ada maksud dan tujuannnya dan nanti pada akhirnya akan terbukti hasilnya.
***
Guru
yang menjadi pengganti kepala sekolah Kweekschool Padang Sidempoean adalah J.H.
Harmsman. Tampaknya van Ophuijsen sudah menyiapkan segala sesuatunya program
apa yang diperlukan di Kweekschool Padang Sidempoean. Segera setelah Harmsman
menjabat kepala sekolah, langsung menambahkan satu mata pelajaran baru yakni
pelajaran Bahasa Batak.
Bataviaasch handelsblad, 28-01-1890: ‘pengangkatan
C. A. van Ophuijzen sebagai Wakil Inspektur Pendidikan di Nederlandsche Indie, yang
kini sebagai guru di Kweektchool Padang Sidempoean. Ketentuan pengangkatan ini
berlaku hingga mulai hari ketika penggantinya hadir’.
Algemeen Handelsblad, 04-03-1890: ‘beslit
C. A. van Ophuijzen sebagai Wakil Inspektur pendidikan di Hindia Belanda sudah
keluar’.
Bataviaasch handelsblad, 25-04-1891: ‘kepala
sekolah Kweekschool Padang Sidempoean J.H. Harmsman untuk mempraktekkan
pengajaran bahasa Batak’.
***
Charles Adrian van Ophuijsen lalu kemudian naik jabatan
menjadi Inspektur pada tangga 11 Juli 1893. Charles
Adrian van Ophuijsen mendapat cuti libur ke Eropa antara April 1895-Maret 1896.
Namun bukannya cuti malah waktu cutinya justru digunakan untuk belajar bahasa
Arab dan bahasa Sansekerta di Leiden. Setelah kembali ke Nederlansche Indie, van
Ophuijsen lebih memilih tinggal di Padang karena alasan agar lebih dekat dengan
ibunya yang janda seorang diri.
Pada November 1896, pemerintah Nederlandsche Indie menugaskan van Ophuijsen untuk melakukan studi lapangan di daerah berbahasa Melayu utama untuk pengumpulan data yang diperlukan untuk desain sebuah sistem tetap ejaan bahasa Melayu dengan karakter latin untuk digunakan dalam pendidikan Inlandsch (pribumi). Charles tidak keberatan. Hasilnya, Kantor Percetakan Nasional pada tahun 1901 di Batavia telah menerbitkan buku berjudul Kitab Logat Melajoe yang merupakan hasil riset van Ophuijsen. Sejak 1903 perhatian Charles terhadap tata bahasa (daerah) Melayu semakin meningkat. Untuk urusan bahasa dan tatabahasa daerah ini, van Ophuijsen bukanlah yang pertama. Herman Neubronner van der Tuuk jauh sebelumnya berada di Tanah Batak (1851-1857) telah pula menyusun kamus bahasa Batak-Belanda dialek Mandheling/Ankola, Toba dan Pakpak). Mr. van der Tuuk juga telah menyusun tata bahasa (daerah) Toba sebagai tata bahasa pertama yang ilmiah di Nederlandsche-Indie (lihat Uli Kozok, 2009).
Pada November 1896, pemerintah Nederlandsche Indie menugaskan van Ophuijsen untuk melakukan studi lapangan di daerah berbahasa Melayu utama untuk pengumpulan data yang diperlukan untuk desain sebuah sistem tetap ejaan bahasa Melayu dengan karakter latin untuk digunakan dalam pendidikan Inlandsch (pribumi). Charles tidak keberatan. Hasilnya, Kantor Percetakan Nasional pada tahun 1901 di Batavia telah menerbitkan buku berjudul Kitab Logat Melajoe yang merupakan hasil riset van Ophuijsen. Sejak 1903 perhatian Charles terhadap tata bahasa (daerah) Melayu semakin meningkat. Untuk urusan bahasa dan tatabahasa daerah ini, van Ophuijsen bukanlah yang pertama. Herman Neubronner van der Tuuk jauh sebelumnya berada di Tanah Batak (1851-1857) telah pula menyusun kamus bahasa Batak-Belanda dialek Mandheling/Ankola, Toba dan Pakpak). Mr. van der Tuuk juga telah menyusun tata bahasa (daerah) Toba sebagai tata bahasa pertama yang ilmiah di Nederlandsche-Indie (lihat Uli Kozok, 2009).
***
Pada
tanggal 19 Februari 1904 Charles Adrian van Ophuijsen diminta untuk mengajar di
Universiteit Leiden. Hal ini terjadi karena di perguruan tinggi bergengsi itu jabatan
dosen kosong untuk bahasa dan sastra Melayu dan pengetahuan linguistic Nederlansche
Indie. Kecintaannya terhadap tanah kelahirannya Sumatra, khususnya di Tanah Batak
di Mandheling en Ankola tidak goyah. Di Leiden, pada tahun 1908 Charles van Ophuijsen
bersama Dr. C.W. Janssen dan kawan-kawan mendirikan Batak Institute.
***
Ejaan van Ophuijsen vs Ejaan Republik Indonesia |
***
Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu, tetapi tata bahasa Melayu yang menjadi
tata bahasa Indonesia. Sekadar diketahui gagasan tata bahasa ini disemaikannya
di Padang Sidempoean, ibukota Afdeeling Mandheling en Ankola. Suatu daerah yang
menurut C. Snouck Hurgronje yang paling
dicintai oleh Charles Adrian van Ophuijsen. Siapa C. Snouck Hurgronje? Dia
adalah ahli pribumi, juga seperti van Ophuijsen yang menjadi professor di
Leiden. Mr. Snouch kerap berkorespondensi dengan Dja Endar Moeda, seorang
mantan guru yang menjadi editor surat kabar Pertja Barat di Padang yang dulunya
adalah alumni Kweekschool Padang Sidempoean (angkatan pertama). Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda adalah pejuang pendidikan pribumi dan Raja Persuratkabaran di Sumatra.
***
Soetan Casajangan, asisten C.A. van Ophuijsen di Leiden |
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe, utamanya:
- Koran berbahasa Belanda (berbagai edisi)
- Memory Charles Adrian van Ophuijsen oleh C. Snouck Hurgronje (dbnl)
Lampiran:
Daftar
tulisan Charles Adrian van Ophuijsen (Topik Bahasa Batak)
- Toloe Sampagoel (leesboekje voor de Bataksche scholen in drie stukjes). Leiden, P.W.M. Trap, 1904.
- Kijkjes in het huiselijk leven der Bataks. Uitgaven van het Bataksch Instituut, No. 4. Leiden, S.C. Van Doesburgh, 1910.
- Bataksche teksten (Mandailingsch dialect). Eerste reeks. Leiden, S.C. Van Doesburgh, 1914.
- Indische Gids.
- Bataksche raadsels. (Deel XXVIII, bl. 201-15, 1883, en Deel XXX, bl. 459-472, 1885).
- De Loeboe's. (Deel XXIX, bl. 88-100 en 526-554, 1884).
- Bataksche spreekwoorden en spreekwijzen. (Deel XXXIV, bl. 72-99, 1891, en Deel XXXV, bl. 613-638, 1892).
- Over de afleiding en beteekenis van sapala-pala (Volgr. 5, I, bl. 98-100, 1886).
- De poëzie in het Bataksche volksleven. (Volgr. 5, I, bl. 402-32, 1886).[p. 107]
- Der Bataksche Zauberstab. (Band XX, S. 82-103, 1911)
-
Internationales Archiv für Ethnographie.Der Bataksche Zauberstab. (Band XX, S. 82-103, 1911)
Daftar Murid-murid
Willem Iskander yang menulis buku:
- Ja Lembang Gunung Doli. Soerat Parsipodaan. Batavia, 1889.
- Ja Manambin. Si Djahidin. Batavia, 1883.
- Ja Parlindungan. Kitab Pengadjaran. Batavia, 1883.
- Ja Sian, Sutan Kulipa dan Ja Rendo. Mandhelingsche rekenboekje voor hoogste klasse. Batavia, 1868.
- Mangaraja Gunung Pandapotan. On ma sada parsipodaan toe parbinotoan taporan parsapoeloean. Batavia, 1885.
- Mangaraja Gunung Pandapotan. Parsipodaan taringot toe parbinotoan tano on. Batavia, 1884.
- Philippus Siregar dan Sutan Kinali. Barita na denggan-denggan basaon ni dakdanak. Batavia, 1872 (dicetak ulang, 1904).
- Si Mangantar gelar Raja Baginda. On ma barita tingon binatang-binatang bahatna lima poeloe pitoe. Batavia, 1868.
- Philippus Siregar dan Sutan Kinali. Boekoe basaon ni dakdanak di sikola. Boekoe pasadaon. Batavia, 1873.
- Raja Laut, Barita sipaingot. Batavia, 1873.
- Si Pangiring dan Si Mengah. Boekoe basaon ni dakdanak di sikola. Boekoe padoeaon. Batavia, 1873.
- Si Saridin, Sada barita ambaen parsipodaan. Batavia, 1872.
- Sutan Kulipa. ‘Dalanna anso binoto oemoer ni koedo’.
1 komentar:
Luar Biasa ! Artikel ini menambah pengetahuan saya tentang Padangsidimpuan. Akan lebih baik dituliskan sumber tulisannya, lalu dijadikan sebuah buku dan dibagikan ke semua sekolah di Padangsidimpua. Agar masyarakat tahu asal muasal kota ini. Terima kasih buat penulis
Posting Komentar