Sabtu, Maret 23, 2013

Sentra ‘Salak Sidempuan’ di Lereng Gunung Lubuk Raya (Daerah Angkola) Tapanuli Selatan: Penghasil Salak Utama dan Terbesar di Indonesia


Padang Sidempuan, Kota Salak (foto internet)

Sentra Salak Utama di Indonesia

Salak Sidempuan sudah lama dikenal dan diusahakan secara turun temurun. Dengan tingkat produksi 426.758 ton per tahun (Tabel-1) menjadikan produksi Salak Sidempuan yang terbanyak di Indonesia. Sebagai sentra utama salak di Indonesia, pemerintah kota telah memproklamirkan sebutan nama kota sebagai KOTA SALAK. Salak Sidempuan yang memiliki ciri khas dibanding  jenis salak lainnya, tidak hanya memenuhi pasar-pasar di Sumatera  Utara juga menjadi komoditi ekspor. Selain itu Salak Sidempuan dipasarkan di seluruh provinsi di Sumatera dan negara jiran (Malaysia dan Singapura).


Tabel-1. Beberapa Sentra Produksi Salak di Indonesia

No
Sentra
Provinsi
Nama/
jenis salak
Produksi
(ton/tahun)
1
Padang Sidempuan
Sumatera Utara
Sidempuan
426.758
2
Sleman
DI Yogyakarta
Pondoh
120.000
3
Banjarnegara
Jawa Tengah
Pondoh
193.000
4
Tasikmalaya
Jawa Barat
Manonjaya
112.000
5
Karang Asem
Bali
Bali
31.897

Salak Sidempuan sudah lama dikenal, bahkan jauh sebelum adanya salak pondoh. Salak pondoh sendiri adalah jenis salak varietas unggul yang diintroduksi oleh pemerintah untuk dikembangkan masyarakat. Salak pondoh ini berkembang pesat di lereng gunung Merapi di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Salak pondoh sendiri baru mulai dikembangkan pada tahun 1980an. Tahun 1999, produksi buah ini di Yogyakarta mencapai 28.666 ton. Perkiraan produksi salak di seluruh Jawa sampai tahun 1980an hanya berkisar antara 7.000– 50.000 ton. Kini, sebaran sentra produksi salak pondoh telah meluas ke Jawa Barat (khususnya Tasikmalaya dengan produksi mencapai 112.098 ton). Namun demikian, berapa total produksi salak pondoh di Pulau Jawa belum terdata dengan baik. Selain sentra produksi salak di Padang Sidempuan/ Tapanuli Selatan (Sumatra Utara), saya telah melihat sendiri produksi salak di Sleman (DIY), Banjarnegara (Jawa Tengah), Bali, dan Enrekang (Sulawesi Selatan). Sentra produksi Salak Sidempuan tiada duanya.

Riwayat 'Salak Sidempuan' 

Salak Sidempuan adalah salah satu tanaman asli Indonesia yang tumbuh subur di lereng Gunung Lubuk Raya. Sentra produksi Salak Sidempuan sangat luas yang meliputi Kecamatan Angkola Barat, Kecamatan Angkola Timur, Kecamatan Angkola Selatan, Kecamatan Marancar dan Kecamatan Sayur Matinggi (Tabel-2). 



Tabel-2. Wilayah Areal Produksi Salak di 
Sekitar Padang Sidempuan (Tapanuli Selatan)

No
Kecamatan
Luas tanam (Ha)
Produksi (ton)
1
Angkola Barat
17.666
397.485
2
Angkola Selatan
466
10.485
3
AngkolaTimur
436
9.810
4
Marancar
363
8.168
Total
18.967
426.758

Kecamatan Angkola Barat adalah sentra utama. Di kecamatan ini terkenal dengan pepatah 'Salak Sibakkua, Dipangan Sada Mangido Dua" (salak Sibakkua, dimakan satu, malah minta dua). Tahun 1971 adalah pertamakali saya berkunjung ke daerah sentra salak ini di Sitinjak. Konon, Salak Sidempuan, diekspor ke Batavia pada era Belanda melalui pelabuhan Sibolga untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Eropa. Gambar-1 memperlihatkan perkembangan produksi salak di Indonesia (1970-2012). Dengan mengasumsikan bahwa pada tahun 1970 produksi salak Indonesia antara 20.000-30.000 ton, dan produksi salak pondoh baru diintroduksi tahun 1980an, maka total produksi salak Indonesia sebelum tahun 1980 besar kemungkinan merupakan kontribusi Salak Sidempuan.

Sumber: Diolah berdasarkan data Kementan dan BPS

Asal Mula Nama 'Kota Salak'

Kota Padang Sidempuan yang juga populer dengan sebutan nama ‘Kota Salak’ tofografinya adalah sebuah lembah yang merupakan cekungan yang dikelilingi bukit / gunung yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Angkola Barat dan Kecamatan Marancar, di sebelah Timur berbatasan dengan Angkola Timur, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Angkola Selatan dan Kecamatan Sayur Matinggi. 

Sebutan nama Kota Salak untuk Padang Sidempuan, muncul pada akhir tahun 1970-an, ketika anak-anak muda Padang Sidempuan tengah bergairah berbalas 'surat pendengar' yang diselingi lagu-lagu pilpen (pilihan pendengar) di udara melalui  Radio Kencana. Para pendengar yang berbalas surat ini kerap menyebut Kota Padang Sidempuan sebagai Kota Salak. Pada masa itu, penyiar terkenal dan pavorit adalah Pak Mono (nama aslinya Syamsul Harahap). Saya sendiri kala itu, hanyalah sebagai pendengar saja (rumah Pak Mono bersebelahan dengan rumah kami). 


'Outlet Salak' di Padang Sidempuan (foto internet)
Kota Padang Sidempuan sebagai Kota Salak telah lama sudah diabadikan dalam sebuah lagu yang berjudul Ketabo (ketabo tu Sidimpuan, musim ni salak sonnari disi dongan..) yang diciptakan oleh Nahum Situmorang (lahir di Sipirok 1908, wafat 1969) dan telah dinyanyikan dengan berbagai versi (YOUTUBE), antara lain oleh Betharia Sonatha, dan juga oleh Viky Sianipar-Indah Winar dan jangan lupa juga oleh Ovall Trio   .

'Salak Merah Sidempuan'

Salak  (SNI 3167:2009) sejenis palma dengan buah yang biasa dimakan. Dalam bahasa Inggris disebut salak atau snake fruit, sementara nama ilmiahnya merujuk pada Salacca zalacca. Buah ini disebut snake fruit karena kulitnya mirip dengan sisik ular. Salak merupakan tanaman tropis, terutama ditanam untuk dimanfaatkan buahnya. Salak juga telah menjadi salah satu komoditi ekspor Indonesia. Selain dimakan segar, salak juga biasa dibuat manisan, asinan, dikalengkan, atau dikemas sebagai keripik salak. Salak yang muda dapat digunakan untuk bahan rujak. Produksi salak terjadi sepanjang tahun dan kesegaran salak hanya mampu sekitar seminggu (Tabel-3).


Tabel-3. Deskripsi Umum Berbagai Jenis Salak

No
Nama/jenis salak
Ukuran
Tekstur
Warna
Aroma
1
Sidempuan
Besar
Basah
Merah/Putih
Wangi
2
Pondoh
Kecil
Kering


3
Manonjaya
Sedang



4
Bali
Sedang



5
Condet
Kecil




Salak ditemukan tumbuh liar di berbagai tempat di Indonesia. Diduga asal-usul salak sendiri berasal dari Asia Tenggara: Selain di Indonesia, salak juga dibudidayakan di Thailand dan Malaysia. Berdasarkan kultivarnya di Indonesia, masyarakat petani salak mengenal antara 20 sampai 30 jenis di bawah spesies. Pada masa ini, hanya beberapa jenis yang dikenal luas, diantaranya adalah Salak Sidempuan dari Sumatera Utara.


Salak Merah Sidempuan (foto internet)

Secara khusus, salak yang tumbuh di Sumatra bagian utara (Padang Sidempuan) merupakan salah satu dari tiga jenis salak utama yang ada di Indonesia--Salak Sidempuan merupakan jenis yang berbeda dari dua jenis lainnya dan khas yang nama botaninya Salacca sumatrana (Becc). Salak Sidempuan, selain berdaging putih juga berdaging merah yang memiliki nilai komersil yang tinggi. Pada tahun 1999, Menteri Pertanian menetapkan ‘Salak Merah Sidempuan’ dan ‘Salak Putih Sidempuan’ sebagai dua varietas dari enam varietas salak unggulan nasional--Sementara, dua jenis salak Indonesia lainnya adalah salak Jawa, Salacca zalacca (Gaertner) Voss dan salak Bali, Salacca amboinensis (Becc.) Mogea.***Dikompilasi dari berbagai sumber oleh Akhir Matua Harahap

___________
Sumber Utama:
Siregar, Laila Nurhasanah. 2009. “Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak dan Prospek Pengembangannya di KabupatenTapanuli Selatan”. Skripsi, USU.
Wikipedia. “Salak”
BPS, Bali.

1 komentar:

rahmat hidayat mengatakan...

mau dong salak merah...