Lihat:
Harian Waspada, 7 Februari 2015 (hal. A6)
Budidaya Kopi
Kopi
Pakanten di Mandheling dan kopi Sipirok di Ankola. Apa artinya? Sentra produksi
terbesar kopi di Mandheling berada di Pakanten dan produksi kopi terbesar di Ankola berada di Sipirok.
Sejarah kopi di Afdeeling Mandheling en Ankola bermula di Pakanten tahun 1841 sebagai tindak lanjut hasil kesepakatan antara pejabat Belanda yang dikirim dengan para pimpinan lokal (Mandheling, Ankola, Batangtaro, Sipirok dan Padang Bolak) tahun 1838. Kemudian pejabat yang diangkat untuk memulai budidaya kopi ini adalah bernama T.A.C van Kervel sebagai asisten residen Mandheling en Ankola yang berkedudukan di Panjaboengan. Untuk mendukung program ini di hulu, pada akhir tahun 1841 ditempatkan dua controleur: F.W. Godin di lanskap Oeloe en Pakanten dan V.P.J. Happe di lanskap Ankola. Selanjutnya, di hilir tahun 1842 ditempatkan Eduard Douwes Dekker (kemudian dikenal sebagai Multatuli) sebagai controleur di Afdeeling Natal. Kedua afdeeling ini pada waktu itu masih bagian dari Residentie Air Bangies. Di Siboga sendiri pegawai yang ditempatkan baru setingkat pegawai yang disebut sebagai posthouder.
Sejarah kopi di Afdeeling Mandheling en Ankola bermula di Pakanten tahun 1841 sebagai tindak lanjut hasil kesepakatan antara pejabat Belanda yang dikirim dengan para pimpinan lokal (Mandheling, Ankola, Batangtaro, Sipirok dan Padang Bolak) tahun 1838. Kemudian pejabat yang diangkat untuk memulai budidaya kopi ini adalah bernama T.A.C van Kervel sebagai asisten residen Mandheling en Ankola yang berkedudukan di Panjaboengan. Untuk mendukung program ini di hulu, pada akhir tahun 1841 ditempatkan dua controleur: F.W. Godin di lanskap Oeloe en Pakanten dan V.P.J. Happe di lanskap Ankola. Selanjutnya, di hilir tahun 1842 ditempatkan Eduard Douwes Dekker (kemudian dikenal sebagai Multatuli) sebagai controleur di Afdeeling Natal. Kedua afdeeling ini pada waktu itu masih bagian dari Residentie Air Bangies. Di Siboga sendiri pegawai yang ditempatkan baru setingkat pegawai yang disebut sebagai posthouder.
Godin
adalah ahlinya budidaya kopi. Setelah dianggap budidaya kopi berjalan dengan
baik di Mandheling, tahun 1843 Godin dipindahkan ke Ankola untuk menggantikan
Happe. Mutasi Godin ini bukanlah karena cacat dalam tugasnya, tetapi justru
karena prestasinya di Pakantan yang telah cukup berhasil menjalankan tugas
atasan dalam pelaksanaan budidaya kopi. Oleh karena itu, pemindahan Godin dari
onderafdeeling Oeloe en Pakantan ke onderafdeeling Ankola adalah untuk
mensosialisasikan dan pelaksanaan budidaya kopi khususnya di Ankola.
Pada
tahun 1845, Afdeeling Mandheling en Ankola dipisahkan dari Residentie Air
Bangies dan kemudian digabungkan dengan terbentuknya Residentie Tapanoeli. Yang
menjadi residen adalah A. van der Hart, pahlawan Belanda di Bonjol (Tuankoe
Imam Bondjol). Prajurit kesayangan Gubernur Michiels ditunjuk menjadi residen pertama Residentie Tapanoeli
karena baru saja menjadi pahlawan Belanda di Pertibie (Tuankoe Tamboesai).
Meski van der Hart seorang prajurit yang tidak ada takutnya dan tidak takut
mati, tetapi ia adalah seorang prajurit yang berkelakuan baik dan juga humanis.
A. van der Hart sangat respek terhadap penduduk Tapanoeli tetapi sangat tegas
terhadap siapapun. Sebagai residen, programmnya sangat peduli terhadap perubahan
sosial penduduk dan pembangunan pertanian di Tapanoeli. Dia memprioritaskan
budidaya padi dan budidaya kopi. Penduduk tidak boleh lapar, tapi juga harus
dapat uang (untuk beli barang impor). Penduduk sejahtera, pemerintah kolonial kemudian
akan untung. A. van der Hart jeli melihat positioning Afdeling Mandheling en
Ankola: ada prospek di afdeeling yang subur itu. A. van der Hart lantas memperkenal bajak (yang sudah ada di Oetarimbaroe, Ankola) untuk
budidaya padi di seluruh Tapanoeli dan memperbaiki teknik budidaya kopi di Mandheling en Ankola.
Pada
tahun 1846 L.B. Polanen Petel menggantikan Godin. Petel adalah pejabat
berpengalaman di bidang kopi, yang sudah sejak 1843 menjadi staf asisten
residen Mandheling en Ankola di Panjaboengan. Jika Godin sebelumnya terbatas di
Ankola Djai, kini tugas Petel dilanjutkan ke Ankola Djoeloe. A. van der Hart seakan
ingin menjaga kesinambungan pimpinan dalam pelaksanaan budidaya kopi di
Mandheling en Ankola. Sementara itu, tanaman kopi di Mandheling sudah mulai
menghasilkan, tetapi faktanya di lapangan tidak tersalurkan dengan baik ke
pelabuhan malahan yang terjadi mulai ada gejolak sosial.
A.
van der Hart bisa sewaktu-waktu dimutasi. A. van der Hart tidak merasa elok
jika meninggalkan Tapanoeli tanpa ada kesan baik dari sisi sipil di Tapanoeli
yang dapat memberi tambahan warna dalam karirnya yang begitu cemerlang prestasinya di bidang militer. A. van der
Hart mulai tegas. H. Rodenberg yang menggantikan asisten residen Willer )1846)
kemungkinan dianggap tidak cakap dan belum setahun bertugas sebagai asisten
residen Mandheling en Ankola sudah ‘diusir’ van der Hart dari Tapanoeli. Setelah pencopotan ini, bahkan posisi asisten residen di Mandheling
en Ankola selama tahun 1847 kosong.
Konon van der Hart kerap datang ke Mandheling en Ankola hanya semata-mata
urusan pertanian, khususnya budidaya padi dan budidaya kopi.
Pada
tahun 1848 didatangkan J.K.D. Lammleth sebagai asisten residen di Mandheling en
Ankola. Sekali lagi, test case dilakukan van der Hart, dan setelah Lammleth
bekerja 100 hari tampaknya rapornya buruk, tidak ada hasilnya dan senasib
dengan Rodenberg juga dicopot dari jabatannya karena dianggap tidak melakukan
apa-apa dan hasilnya nol. A. van der Hart harus mencari sendiri asisten residen
baru. Setelah menimbang dengan cermat, A. van der Hart menemukan solusi dengan
mempromosikan A.P. Godon yang saat itu sebagai controleur di Singkel,
Residentie Tapanoeli untuk mengisi kekosongan jabatan asisten residen di
Mandheling en Ankola. Lammleth kemudian tersingkir entah kemana. Pada tahun ini
K.F. Strijman datang untuk menggantikan Patel. Controleur Ankola yang baru ini
adalah pejabat senior yang sudah pernah menjabat sebagai komisioner di
Residentie Air Bangies tahun 1842 dan 1843, ketika Mandheling en Ankola masih
bagian dari Air Bangies.
A.
van der Hart memilih Godon sangat tepat. Kini dia mendapatkan asisten residen
yang juga seorang yang humanis dan memiliki pemikiran visioner. Godon
berinisiatif membuka jalan ke Natal dengan melibatkan penduduk. Dengan
terbukanya jalan ini arus kopi dari Mandheling ke Natal berjalan lancer. Kini
perhatian Godon dialihkan ke Ankola. Stijman baru digantikan tahun 1851 oleh
A.J.F. Hamers.
Setelah
tidak ada Stijman, babak pertama pejabat yang berkompeten dalam budidaya kopi
di Mandheling telah berakhir. Mereka itu adalah Godin, Patel dan Stijman. Kini
estapet tidak lagi berada di tangan para controleur, tetapi sudah menguat di
tangan asisten residen sendiri, Godon. Sejak budidaya kopi diimplementasikan
pada tahun 1841 maka kini hasil budidaya kopi sudah menghasilkan. Peranan
seorang asisten residen Godon menapaki tangga berikutnya dalam ekonomi kopi
yakni perdagangan kopi. Bahkan sebelum kedatangan Godon, pohon-pohon kopi yang
sudah menghasilkan sudah cukup banyak dan bahkan pada tahun 1847 sudah ada kopi
sebanyak 5.000 pikol tetapi sulit diangkut. Akibatnya dua asisten residen
sebelum Godon, harus berakhir masa jabatannya sebelum waktunya. Situasi dan
kondisi ini yang dilihat Godon dan mengapa dia yang diangkat pemerintah yang
menjadi asisten residen Mandheling en Ankola.
Pada
tahun 1850 di Mandheling sudah dianggap selesai menanam kopi (koffik cultuur).
Populasi kopi di Tapanoeli sudah mendekati tiga juta pohon kopi. Jumlah ini hampir
seluruhnya berada di Mandheling en Ankola. Ulu dan
Pekanten merupakan lanskap yang memberi
kontribusi besar, sementara Ankola baru
sebagian wilayah saja
terutama di Ankola Djai. Untuk lanskap Ankola Djoeloe baru memulai pertanaman,
sedangkan di Sie Pierok meski belum
dimulai tetapi memberikan gambaran
sedikit harapan. Kehadiran
Hammers merupakan babak baru dunia kopi di Sipirok. Hammers memperluas sentra
kopi ke Sipirok dengan memilih lokasi yang sesuai di sebelah timur Prausorat.Jika Godin memulai budidaya kopi di Pakanten, Mandheling (1841), maka Hammers menyelesaikan budidaya kopi di Sipirok, Ankola (1851).
Selanjutnya pada
tahun 1852 struktur pemerintahan di Mandheling en Ankola berubah, dimana
afdeeling ini dipecah menjadi dua, yakni: Afdeeling Mandheling dan Afdeeling
Ankola. Asisten residen Godon hanya focus di Afdeeling Mandheling dan tetap
berkedudukan di Panjaboengan dengan dibantu seorang controleur van Hammert yang
berada di Klein Mandheling (Kotanopan). Sementara itu, di Afdeeling Ankola
hanya diperankan seorang diri A.J.F Hammers yang berkedudukan di Padang
Sidempoean. Hammers yang sejak 1851 sudah menempati posnya sekarang, kini
bosnya tidak lagi Godon tetapi langsung dengan Residentie di Siboga yang kini
residen adalah W. Koeken. Hammers sendiri adalah rekan lamanya yang pernah
sama-sama menjabat di Afdeeling Agam, Padangsche Bovenlanden.
Posisi
kopi di Tapanoeli pada saat ini berada di Afdeeling Mandheling. Sedangkan di
Afdeeling Ankola di bawah komando, Hammers (Controleur Ankola) produksi kopi
juga sudah mulai merangsek dan sudah pula diangkut ke pantai di pelabuhan
Djaga-Djaga. Di pelabuhan ditempatkan seorang pakhuismeester di Djaga-Djaga. Pada
tahun 1854 di Afdeeling Ankola Controleur Hammer diperkuat dengan penempatan
seorang opziener di Loemoet, P. Goud. Sejauh ini Loemoet masih bagian dari
Afdeeling Ankola. Pada tahun 1855 terjadi lagi perubahan struktur pemerintahan
di Residentie Tapanoeli. Afdeeling Mandheling dan Afdeeling Ankola digabung
lagi menjadi satu afdeeling.
Pendidikan
Sementara
itu, tidak diketahui persis kapan
sekolah pertama kali didirikan di Mandheling en Ankola, namun tetap
dapat diperkirakan. Pendidikan modern ala Barat mulai diperkenalkan dan
dilakukan oleh orang Belanda sendiri.
Pada tahun 1848 saat kedatangan Asisten Residen A.P. Godon di
Nederlandsch Indie dimulai pembukaan sekolah dasar negeri dan hanya terdapat di
beberapa kota tertentu, utamanya di Djawa. Sekolah dasar negeri yang menerapkan
aksara Latin. Gurunya adalah pribumi yang telah mendapat pelatihan singkat
(kursus) di bawah pengawasan instruktur Belanda. Untuk memenuhi kebutuhan guru
secara reguler dibuka sekolah guru (kweekschool) di Surakarta tahun 1852.
Bahasa pengantar di sekolah guru ini campuran bahasa Melayu dan bahasa Djawa.
Afdeeling Mandheling en Ankola yang secara resmi baru menerapkan pemerintahan
sipil sejak 1841 ‘legowo’ tidak ‘kebagian’ guru-guru yang ada. Sementara di
Residentie Padangsche Bovenlanden yang beribukota Fort de Kock sudah dibuka
sekolah negeri dan menerima guru yang terlatih dari pemerintah.
Praktis
hingga tahun ketiga A.P. Godon di Mandheling en Ankola tidak satupun anak-anak
pribumi yang mengecap pendidikan formal sekolah dasar alias sekolah aksara latin.
Ini kontras dengan di Residentie Bovenlanden seperti di Fort de Kock. Istri
Godon yang kebetulan mantan guru melihat perbedaan ini lalu berinisiatif
mendirikan sekolah non formal (homeschooling). Tentu saja dengan bahasa
pengantar campuran bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Sekolah ala Godon ini diperkirakan
dimulai tahun 1851. Meski ada kesenjangan dibanding dengan daerah lain yang
sudah memiliki sekolah formal (negeri), tetapi sekolah non formal ala Godon
(swadaya) ini memiliki keutamaan: selain gurunya (istri A.P. Godon) yang telah
mendapat sertifikasi guru di Belanda, juga dalam proses belajar ada pelajaran
bahasa Belanda.
Pada
awalnya mereka yang mendapat kesempatan bersekolah itu adalah sejumlah
anak-anak kepala-kepala kampong. Diantara murid-murid angkatan pertama ini
terdapat dua anak (bernama Si Asta dan Si Angan) memiliki kemampuan bahasa
Belanda yang baik dan minat yang tinggi dalam Ilmu Pengetahuan Alam lalu
direkomendasikan sang guru untuk mengikuti pendidikan kedokteran (Dokter Djawa
School) di Batavia. Dua anak belia ini tiba di Batavia tahun 1854. Mereka berdua
adalah orang pertama di luar Pulau Djawa yang diterima di sekolah tersebut
(sekolah Dokter Djawa sendiri dibuka tahun 1851).
Satu
lagi murid (bernama Si Sati) yang terbilang cerdas dan memiliki kemampuan
linguistic yang baik. Menurut Basyral Hamidi Harahap, Si Sati memasuki sekolah
rendah dua tahun yang didirikan Godon di Panjaboengan pada usia 13 tahun pada
tahun 1853. Begitu lulus, 1855, Si Sati diangkat menjadi guru di sekolahnya[1]. Pada
saat yang sama ia juga diangkat oleh Godon menjadi juru tulis bumiputera
(adjunct inlandsch schrijfer) di kantor Asisten Residen Mandailing Angkola. Peran
Si Sati tidak hanya strategis karena mampu menulis dengan aksara Latin dalam
bahasa Batak, bahasa Melayu dan dalam bahasa Belanda, tetapi juga dengan
sendirinya dapat mengurangi beban pekerjan Godon. Melihat kemampuan yang luar
biasa dari Si Sati, istri Godon juga ingin memberikan fungsi mengajar kepada Si
Sati untuk menggantikannya menjadi guru untuk adik-adik kelasnya. Istri Godon
ingin istirahat dan lengser serta mulai mempersiapkan cuti dua tahun ke negeri
Belanda jika suaminya nanti genap sudah bekerja untuk Negara selama delapan
tahun.
Si
Sati berangkat ke Negeri Belanda bersama Godon, Februari 1857. Pada tahun ini
(1857) setidaknya semua fungsi yang berkaitan dengan kopi sudah lengkap di
Mandheling en Ankola. Pada tahun ini (1857) setidaknya semua fungsi yang
berkaitan dengan kopi sudah lengkap di Mandheling en Ankola. Tahun ini juga
A.P. Godon akan mendapat cuti dua tahunan ke Negeri Belanda. Ini berarti Godon
akan mengakhiri tugasnya yang sudah delapan tahun bertugas di Mandheling en
Ankola dan ditambah dua tahun di Singkel, maka Godon berada di Residentie
Tapanoeli sudah selama 10 tahun penuh. Godon telah bekerja cukup lama untuk
menyelesaikan permasalahan kopi yang tidak tertangani oleh dua pendahulunya.
Tidak sia-sia A. van der Hart (Residen pertama Tapanoeli) memilih Godon sebagai
asisten residen di Mandheling en Ankola, suatu afdeeling di Residenti Tapanoeli
yang sejauh ini benar-benar siap dalam pembangunan ekonomi khususnya kopi dan
pengembangan sosial terutama di bidang pendidikan.
Godon
tidak hanya meninggalkan kesan baik di Mandheling en Ankola tetapi juga mantan
bosnya juga di tempat lain yang boleh jadi selalu mengikuti kiprah anak buahnya
ini. Andaikan A. van der Hart masih hidup, mungkin van der Hart tersenyum
melihat keberhasiln Godon di Tapanoeli, khususnya di Afdeeling Mandheling en
Ankola. Akan tetapi, sangat disayangkan Alexander van der Hart telah meninggal
di Sulawesi pada tahun 25 Mei 1855.
Zellner
adalah pengganti Godon. Zellner bukanlah orang baru di Residenti Tapanoeli.
Zellner memulai karir dari bawah sebagai abtenar 1842 di Afdeeling Pertibie
(Residenti Bataklanden, nama sebelumnya dari Residentie Tapanoeli). Setelah dua
tahun di Pertibie, Zellner direkrut Gubernur Michiels untuk menjadi stafnya di
Padang (1844). Terakhir Zellner adalah asisten residen di Afd. Limapoeloeh
Kotta yang dijabatnya sejak 1853. Kini (1858), Zellner akan berada kembali di
Residentie Tapanoeli. Suatu babak baru perkopian di Tapanoeli.
Zellner
kini di Mandheling en Ankola memiliki rangkap jabatan: di satu sisi sebagai
administrator pemerintahan (asisten residen), dan di sisi lain sebagai anggota
dari verder plaatselijk personnel (dewan pengawas ekonomi). Dewan pengawas ini
sebelumnya tidak ada. Keanggotaan dewan pengawas ini terdiri dari dua dari residentie,
yakni asisten residen dan komisaris, dua dari Sumatra’s Westkust yang
ditempatkan di Panjaboengan dan Padang Sidempoean dan dua agen Sumatra. Dalam
rapat-rapat dewan pengawas ini hanya permasalahan perdagangan khususnya
perkopian yang dibicarakan.
Sepeninggal
Si Sati yang berangkat studi ke Negeri Belanda, anak-anak didiknya telah
menyebar di sejumlah kampong utamanya di Mandheling untuk membuka sekolah
swadaya bersama penduduk. Si Sati alias
Soetan Iskander yang berangkat tahun 1857 studi ke Negeri Belanda, telah tiba
di Batavia akhir 1861 dan kembali ke kampong halaman di Mandheling tahun 1862. Atas
keinginan Si Sati alias Willem Iskander mendapat izin dari pemerintah untuk mendirikan
sekolah guru (kweekschool) dan memilih lokasi di Tano Bato arah ke Natal yang berhawa sejuk. Pemerintah mengangkat
Willem Iskander sebagai guru dan memiliki SK pegawai pemerintah.
Tahun
1855 Hammer dimutasi, tetapi penggantinya belum ada hingga Mr. W.A. Hennij 1857
menempati posnya di Padang Sidempoean. Pada waktu ini, bersamaan diangkatnya
pejabat baru G. van Asselt sebagai opziener di Sipirok. Opziener di Loemoet
dihapuskan. Sejak itu, Batang Taro dan Loemoet tidak termasuk lanskap Ankola.
Kedatangan van Asselt di Sipirok, tanaman kopi dari kebun penduduk Sipirok sudah mulai menghasilkan.
Java-bode: nieuws, handels-en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie,
29-01-1859: ‘mengutip surat Controleur Ankola en Sipirok, A.W. Henny yang
ditulis 1 Maret 1858 yang antara lain menyatakan bahwa beberapa kebun di Si
Pirok yang terletak di perbatasan Padang Lawas dimana ada beberapa kebun yang
semua tanaman telah menghasilkan, sementara yang beberapa kebun yang lain baru
menghasilkan sebagian saja, dan yang lainnya bahkan belum ada tanaman sama
sekali yang menghasilkan.
Kebun-kebun
yang dimaksud Hennij yang terletak di perbatasan Padang Lawas ini adalah
wilayah perbukitan yang berada di sebelah timur Prausorat yang juga mencapai
sisi timur tor Simuapbujing. Pada tahun 1861 W.A Hennij menggantikan Zellner
sebagai asisten residen Mandheling en Ankola. Karir Hennij terus meroket menjadi
Sekretaris Gubernur.
Kegiatan
Misionaris
Sebelum
kegiatan misi datang (van Asselt/Belanda dan para misionaris Jerman), penduduk
Sipirok sebagian besar sudah menganut agama Islam.
Gerrit van
Asselt yang kemudian dikenal sebagai Gustav van Asselt adalah pemuda setengah
buta huruf yang ingin menjadi penginjil di kampungnya di Negeri Belanda.
Setelah ditolak oleh salah satu organisasi misi karena dianggap terlalu bodoh
untuk mempelajari bahasa asing, lalu van Asselt kemudian ada yang menerimanya
di Amsterdam untuk belajar di seminaris. G. van Asselt di sekolah ini belajar
bahasa Melayu. Tahun 1856 van Asselt tiba di Batavia. Dia meminta izin untuk ke
Padang untuk menyebarkan injil di Padangsche Bovenlanden, tetapi ditolak karena
di lanskap itu sudah beragama Islam. Lalu pemerintah di Batavia menawarinya
menjadi administrator perkebunan kopi di Sipirok sambil menyebarkan Injil[2].
Gustav van Asselt menerimanya lalu diangkat sebagai opziener der derde klasse[3].
Tahun
1857 van Asselt berangkat ke Sipirok bersamaan dengan pengangkatan P. le Maire
untuk tugas pengawasan (opziener=pengawas) yang sama di Soeromatinggi. Keduanya
menggantikan tugas yang dilakukan oleh T. Gomies tahun sebelumnya. Fungsi ini
baru pertama kali diadakan di Ankola (1854) yang berkedudukan di Loemoet yang
waktu itu masih bagian dari lanskap Ankola. Opziener pertama adalah P.Goud
untuk mendampingi controleur A.J.F. Hammers yang telah berada di Padang
Sidempoean 1850. P. Goud digantikan T. Gomies.
Pada
tahun 1859 datang tiga pendeta muda ke Sipirok untuk mendampingi van Asselt
yang memerankan tugas ‘rangkap jabatan’. Pada waktu itu, sesungguhnya
pemerintah Belanda di Batavia masih menganut pemisahan antara tugas pemerintah
dan tugas gereja. Ketiga pemuda itu adalah Fiedrich Wilhelm Betz, J. Dammerboer
dan J.Ph.D. Koster. Uli Kozok menyebut van Asselt meninggalkan pekerjaan
administrator kebun untuk bergabung dengan Betz membuka pos zending. Padahal
kenyataannya tidak, sebab Opziener di Sipirok diperankan oleh van Asselt hingga
tahun 1862. Betz bertugas di Boengabondar dari tahun 1860 hingga 1869[4]. Dammerboer
di Oetarimbaroe dan Koster di Pagaroetan (Ankola).
Bataviaasch handelsblad, 09-03-1861:
‘pada tanggal 14 Februari terjadi gempa besar di Sipirok yang menyebabkan rumah
dan bangunan yang seluruhnya runtuh dan tidak satupun yang layak huni... ‘…setelah
pagi saya dan orang Eropa lainnya
meninjau desa-desa lainnya, sama saja dengan yang kami alami—sangat mengerikan
dan penduduk tampak shock. Penduduk
sudah mengungsi ke sawah ladang mereka, saya menulis surat ini di halaman di
atas sebuah meja…semoga surat ini dapat segera dimuat dan harapan ada yang
dapat membantu selimut’.
Kemudian
para pendeta Jerman datang. RMG menugaskan Karl Klammer, Carl Wilhelm Heine dan
Ernst Ludwig Denninger ke Sipirok. Pada tanggal 7 Oktober 1861 empat penginjil
van Asselt dan Betz dari pihak Belanda Heine dan Klammer mengadakan pertemuan
atas kesepakatan pimpinan masing-masing[8].
Denninger dan Dammerboer tidak ikut karena Denninger masih di Padang dan
Dammerboer meninggalkan zending (di kemudian hari muncul sebagai guru di
Kweekschool Padang Sidempoean).
Tidak
lama kemudian L.I. Nommensen bergabung di Ankola yang sebelumnya dia
ditempatkan di Barus. Tahun 1861 Nommensen melakukan perjalanan ke Silindoeng,
tetapi pemerintah melarang menetap, lalu Nommensen kembali ke Prausorat tempat
dimana van Asselt berkantor. Pada November 1863 Nommensen kembali tugas
ekspedisi ke Silindoeng. Baru pada bulan Mei 1864 Nommensen pindah dan mulai
menetap di Silindoeng.
Selama
di Prausorat (1861-1862) besar kemungkinan van Asselt berkolaborasi dengan
Nommensen untuk mendirikan sekolah rakyat. Menurut M.O. Parlindungan ada dua
murid terbaik Nommensen yakni Muhammad Yunus gelar Mangaradja Naposo dan Sjatif Anwar Harahap gelar Sutan Goenoeng
Toea. Dikemudian hari Mangaradja Naposo Siregar dikenal sebagai kakek dari M.O.
Parlindungan, sedangkan Soetan Goenoeng Toea adalah kakek dari Amir
Sjarifoeddin gelar Goenoeng Soaloon dan Todoeng gelar Soetan Goenoeng Moelia. Apakah anda tahun siapa ketiga anak muda asal Sipirok ini di kemudian hari?
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap
[1] Lihat Basyral Hamidy Harahap
[2] Lihat Uli Kozok (2009) yang
mengutip Groot (1984)
[3] Ini berbeda dengan yang ditulis
oleh M.O. Parlindungan yang menganggap van Asselt sebagai pakhuismeester. Pada
saat kedatangan van Asselt pakhuismeester (kepala gudang) baru satu orang di
Mandheling en Ankola yakni untuk mengepalai gudang kopi yang satu-satunya
berada di Tanobato (Groot Mandheling).
[4] Betz di Boengabondar digantikan
oleh Christian Philip Schutz hingga 1912 (selama 44 yahun)
[5] Lihat Uli Kozok (2009) yang
mengutip Groot (1984)
[6] Ini berbeda dengan yang ditulis
oleh M.O. Parlindungan yang menganggap van Asselt sebagai pakhuismeester. Pada
saat kedatangan van Asselt pakhuismeester (kepala gudang) baru satu orang di
Mandheling en Ankola yakni untuk mengepalai gudang kopi yang satu-satunya
berada di Tanobato (Groot Mandheling).
[7] Betz di Boengabondar digantikan
oleh Christian Philip Schutz hingga 1912 (selama 44 yahun)
[8] Tanggal ini disebut sebagai hari
jadi HKBP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar