Minggu, Juli 14, 2013

HIS, MULO dan Kweekschool di Padang Sidempuan ‘Tempo Doeloe’


HIS

Hollands Inlandsche School (HIS) di Padang Sidempuan (sekitar 1936-1939)
Hollandsch Inlandsche School (HIS) adalah sekolah pada zaman penjajahan Belanda. Pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 1914 seiring dengan diberlakukannya Politik Etis. Sekolah ini ada pada jenjang Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs) atau setingkat dengan pendidikan dasar sekarang. Sekolah ini diperuntukan bagi golongan penduduk keturunan Indonesia asli, sehingga disebut juga Sekolah Bumiputera Belanda. Pada tahun 1920 Belanda mendirikan HIS di Padang Sidempuan yang diperuntukkan bagi anak-anak ambtenaar, pegawai, serdadu KNIL, anak-anak raja dan anak pedagang dengan dikutip biaya sekolah yang cukup tinggi. Bahasa pengantar dalam sekolah ini adalah Bahasa Belanda. Sekalipun demikian, guru-gurunya adalah orang Indonesia dengan kepala sekolah seorang Belanda.


MULO

Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Padang Sidempuan (sekitar 1936-1939)
MULO (singkatan dari bahasa Belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) adalah Sekolah Menengah Pertama pada zaman kolonial Belanda di Indonesia. Meer Uitgebreid Lager Onderwijs berarti pendidikan dasar lebih luas. MULO menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Pada akhir tahun 1930-an, sekolah-sekolah MULO sudah ada hampir di setiap ibu kota kabupaten di Jawa. Hanya beberapa kabupaten di luar Jawa yang mempunyai MULO (termasuk di Padang Sidempuan).


Kweekschool



Kweekschool adalah salah satu jenjang pendidikan resmi untuk menjadi guru pada zaman Hindia Belanda dengan pengantar Bahasa Belanda. Kweekschool adalah salah satu sistem pendidikan di zaman Hindia Belanda, terdiri atas HIK (Holandse Indische Kweekschool) atau sekolah guru bantu yang ada di semua kabupaten dan HKS (Hoogere Kweek School) atau sekolah guru atas yang ada di Jakarta,Medan, Bandung, dan Semarang.

Pendidikan guru ini mula-mula diselenggarakan di Ambon pada 1834. Sekolah serupa diselenggarakan oleh zending di Minahasa pada 1852. Untuk memenuhi kebutuhan guru pada sekolah-sekolah dasar dibuka sekolah pendidikan guru negeri pertama di Nusantara pada 1852 di Surakarta. Setelah pendirian sekolah guru di Surakarta berturut-turut didirikan sekolah sejenis di Bukittinggi pada 1856, Tanobato (Tapanuli Selatan) pada 1864 (ditutup pada 1874), Tondano pada 1873, Ambon pada 1874, Probolinggo pada 1875, Banjarmasin pada 1875, Makassar pada 1876, dan Padang Sidempuan *Tapanuli Selatan) pada 1879.

Jenis sekolah ini mengalami pasang surut karena adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan sehingga beberapa sekolah ditutup dengan alasan penghematan keuangan negara. Kweekscool yang ditutup terletak di Magelang dan Tondano pada 1875, Padang Sidempuan (1891), Banjarmasin (1893), dan Makassar (1895).

***
Di huta (desa) Tanobato tahun 1862 didirikan sekolah guru (Kweekschool) yang dikelola Willem Iskandar. Murid-muridnya selain penduduk Mandailing/Natal juga berasal dari semua penjuru utamanya Angkola/Sipirok dan Padang Bolak/Padang Lawas. Alumni sekolah ini menjadi agen perubahan di Tapanuli Selatan khususnya di Padang Sidempuan. Para alumni ini menjadi pemimpin lokal, guru dan bahkan pengarang. Sebagian mereka (alumni) inilah yang menjadi guru-guru pendidikan 'ala barat' di sekolah-sekolah rakyat di Padang Sidempuan. Pada tahun 1874 Kweekschool Tanobato ditutup, alasan utamanya karena akan dibangun sekolah guru yang lebih baik di Padang Sidempuan yang juga menjadi pusat studi dari kebudayaan daerah.
Kweekschool Padang Sidempuan (kini SMA N 1) 

Kweekschool Padang Sidempuan ini akhirnya direalisasikan pada tahun 1874. Sekolah guru ini mewisuda muridnya yang pertama tahun 1884. Salah satu guru yang terkenal di Kweekschool Padang Sidempuan adalah Charles Adriaan van Ophuysen (1882-1890). Guru Belanda ini menjadi direktur sekolah guru Kweekschool Padang Sidempuan (1885-1890). van Ophuysen ini kelak menjadi ahli Bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia. Seorang alumni Kweekschool Padang Sidempuan, Rajiun Harahap gelar Sutan Casayangan Soripada, yang lahir di Batunadua pada tahun 1874, kemudian menjadi asisten van Ophuysen dalam mata kuliah Bahasa Melayu di Universiteit Leiden. Rajiun Harahap gelar Sutan Casayangan Soripada, adalah penggagas Indische Vereeniging tanggal 25 Oktober 1908 di Leiden. Organisasi ini menjadi cikal bakal Perhimpoenan Indonesia di Eropa. Kweekschool Padang Sidempuan berkembang pesat dan menghasilkan alumni yang banyak, sebagian sebagai guru dan sebagian yang lain menjadi pengarang, wartawan, pemimpin dan karyawan perusahaan perkebunan, pegawai pemerintahan Belanda (Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap)

Sumber:
Teks (Wikipedia.com dan akhirmh.blogspot.com)
Foto (KITLV.NL)

Lihat juga:
  • Sejarah Tata Ruang Padang Sidempuan: Suatu Esai Sosial-Ekonomi Kota di Masa ‘Doeloe’ Menuju Kota Masa Depan.
  • Surat Kabar di Padang Sidempuan ‘Tempo Doeloe’ dan Lahirnya Tokoh-Tokoh Pers Nasional dari Tapanuli Bagian Selatan

Tidak ada komentar: