Minggu, November 18, 2012

Redistribusi Etnik di Kabupaten Mandailing-Natal: Suatu ‘Game Theory’


Pembentukan  ‘Kabupaten Pantai Barat Mandailing’

Sejarah Kabupaten Pantai Barat Mandailing yang beribukota Kota Natal adalah sejarah yang panjang dan berliku. Perjalanannya dimulai dari Kota Padang Sidempuan sebagai ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan (dibentuk tahun 1952). Untuk lebih memajukan pembangunan di wilayah Natal, karena alasan wilayah tertinggal, dibentuk kecamatan baru di wilayah Natal. Kecamatan Natal yang wilayahnya sangat luas dimekarkan tahun 1992 dengan membentuk Kecamatan Batahan dan Kecamatan Muara Batang Gadis. Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai kabupaten tunggal di wilayah Tapanuli Bagian Selatan berlangsung selama 42 tahun sampai akhirnya harus dimekarkan. Pada tahun 1998 tujuh kecamatan yang menjadi bagian dari Kabupaten Tapanuli Selatan (Natal, Batang Natal, Kotanopan, Panyabungan, Siabu dan Muara Sipongi, Batahan dan Muara Batang Gadis) dibentuk menjadi sebuah kabupaten pemekaran yang diberi nama Kabupaten Mandailing-Natal yang beribukota di Panyabungan. Mandailing-Natal sebagai nama kabupaten diusulkan untuk menonjolkan eksistensi etnik Mandailing di satu sisi dan mengakomodir nama Natal (dari dua kecamatan yang berada di arah barat/pesisir tanah Mandailing: Kecamatan Natal dan Kecamatan Batang Natal).

Jumat, November 16, 2012

Populasi Etnik Angkola di Provinsi Jawa Timur: Terbanyak Ketiga Diluar Penduduk Asli


Oleh Akhir Matua Harahap


Berdasarkan hasil Sensus Penduduk, 2010 di Provinsi Jawa Timur tercatat sebanyak 707 etnik. Hanya lima etnik asli yang menjadi penduduk asli Jawa Timur, selebihnya adalah etnik pendatang (perantau). Lima etnik asli tersebut adalah Jawa, Madura, Osing, Bawean, dan Tengger. Dari 37,476,757 jiwa penduduk Jawa Timur, persentase terbesar adalah etnik Jawa (79.58 persen) yang disusul kemudian etnik Madura (17.53 persen). Tiga etnik asli lainnya, persentasenya terbilang sangat kecil: Etnik Osing di Banyuwangi (0.76 persen), etnik Bawean (0.19 persen) dan etnik Tengger (0.13 persen). Persentase keseluruhan etnik asli adalah   sebesar 98.19 persen. Ini berarti Provinsi Jawa Timur dominan dari etnik Jawa dan etnik Madura.


Tabel-1. Persentase etnik di Provinsi Jawa Timur
Etnik
Persen
Etnik
Persen
Etnik
Persen
Jawa
79.58
Bajao
0.07
Melayu
0.03
Madura
17.53
Bugis
0.06
Betawi
0.02
Osing
0.76
Bali
0.05
Rajabasa
0.02
Tionghoa
0.73
Lampung
0.05
Mandar
0.02
Bawean
0.19
Ambon
0.04
Sibolga
0.02
Tengger
0.13
Banjar
0.03
Minang
0.02
Sunda
0.12
Karo
0.03
Lainnya
0.41
Angkola
0.08
Flores
0.03
      


Etnik pendatang sendiri hanya sebanyak 1.81 persen saja dari total penduduk Provinsi Jawa Timur. Persentase etnik pendatang terbesar adalah etnik Tionghoa (0.73 persen)  dan kemudian pada urutan berikutnya adalah etnik Sunda (0.12 persen) dan Etnik Angkola (0.08 persen). Ini berarti etnik Angkola merupakan penduduk terbanyak ketiga di luar penduduk asli Provinsi Jawa Timur. Etnik Angkola adalah sub etnik Batak yang jumlahnya dominan terdapat di empat kabupaten/kota di wilayah Tapanuli Bagian Selatan, Provinsi Sumatera Utara, yakni di Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas dan Kota Padang Sidempuan.

Jumat, November 09, 2012

Keragaman Etnik di Tapanuli Bagian Selatan: Damai Itu Indah

*Semua artikel Budaya Angkola Mandailing dalam blog ini Klik Disini

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2010, di Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) terdapat sebanyak 72 etnik. Ada delapan etnik yang persentasenya terbilang cukup berarti (signifikan) yaitu: Angkola, Mandailing, Jawa, Toba, Nias, Minangkabau dan Melayu. Persentase etnik terbanyak adalah etnik Angkola (37.72 persen), disusul etnik Mandailing (36.30 persen), etnik Jawa (9.01 persen) dan etnik Toba (7.64 persen). Selain etnik Angkola dan Mandailing, terdapat tiga etnik yang juga merupakan etnik asli namun terbilang persentasenya kecil adalah etnik Ulu di Muarasipongi, Siladang di Panyabungan dan Pesisir di Natal. Semoga tercipta kedamaian di atas keragaman tersebut. Damai itu indah, bukan?